Rabu, 25 Agustus 2021

BEKAL LANJUT PENGAPRESIASI SASTRA (17)

Djoko Saryono *
 
Yang dimaksud dengan bekal lanjut pengapresiasi sastra ialah  bekal tambahan atau berikutnya yang seyogianya dimiliki oleh pengapresiasi sastra agar dapat melakukan kegiatan apresiasi sastra secara lebih bermakna, meluas, mendalam, kaya, dan tajam. Bekal lanjut ini tidak harus dimiliki, tetapi sebaiknya atau seyogianya dimiliki. Jika tidak dimiliki, seorang pengapresiasi sastra tetap dapat melakukan kegiatan apresiasi sastra. Jika dimiliki, seorang pengapresiasi sastra bukan hanya dapat melakukan kegiatan apresiasi sastra, melainkan juga meluaskan dan mendalamkan perolehan kegiatan apresiasi sastra. Dengan kata lain, kegiatan apresiasi sastranya menjadi luas dan dalam karena yang diperoleh lebih banyak dan beraneka ragam serta kaya, misalnya pengalaman, pengetahuan, kesadaran, dan hiburan sekaligus.
 
Terdapat bermacam-macam bekal lanjut yang bisa dimiliki oleh pengapresiasi sastra. Bekal-bekal lanjut yang seyogianya dimiliki oleh pengapresiasi sastra sebagai berikut. Pertama, pengetahuan ihwal lambang-lambang terutama lambang-lambang bahasa, lambang-lambang sastra, dan lambang-lambang budaya. Meskipun dalam beberapa hal bisa menggunakan lambang bukan bahasa (misalnya, beberapa judul cerpen Danarto dan puisi Sutardji), karya sastra pada dasarnya terpapar dalam bahasa sehingga bagaimanapun lambang-lambang bahasa perlu dikuasai oleh pengapresiasi. Hal ini meningkatkan dan mencermatkan serta menajamkan penjiwaan, penghayatan, dan penikmatan pengapresiasi sastra dalam melakukan kegiatan apresiasi sastra. Demikian juga lambang-lambang sastra dan budaya.
 
Sebagaimana diketahui, karya sastra menyodorkan kemungkinan-kemungkinan khas yang terwadahi atau terwahanai dalam lambang-lambang khas pula yang kemudian disebut lambang sastra sehingga ada baiknya lambang-lambang sastra ini dikuasai oleh seorang pengapresiasi sastra. Penguasaan atas lambang-lambang sastra ini akan meningkatkan ketajaman, kecermatan, kedalaman, keluasan, malahan kekayaan kegiatan apresiasi sastra beserta hasil-hasilnya. Selain itu, karya sastra pada dasarnya terikat konteks budaya sehingga di dalamnya selalu termuat lambang-lambang budaya.
 
Seorang pengapresiasi sastra ada baiknya juga mengetahui lambang-lambang budaya yang terdapat dalam karya sastra. Pengetahuan lambang-lambang budaya ini bisa meningkatkan dan mengembangkan mutu dan cakrawala penjiwaan, penghayatan, dan penikmatan karya sastra yang diapresiasi. Misalnya, jika Maulana Ikram (misalnya) mengetahui lambang bahasa, sastra, dan budaya dalam karya sastra Kakawin Arjunawiwaha (Empu Kanwa) atau Salju (Subagio Sastrowardoyo), niscaya cakrawala dan mutu penjiwaan, penghayatan, dan penikmatannya atas dua karya sastra tersebut jauh lebih meningkat dan berkembang karena tangkapanya dan cerapannya atas sinyal-sinyal sastrawi yang terdapat dalam dua karya tersebut jelas lebih baik. 
 
Kedua, pengetahuan tentang manusia dan kemanusiaan dengan segala seginya. Pengetahuan tentang siapakah manusia, bagaimanakah hakikat hidup manusia, apakah makna kebahagiaan, kesengsaraan, kematian, dan hidup sesudah mati bagi manusia, bagaimanakah manusia hidup di dunia bersama-sama dengan makhluk lain, bagaimanakah manusia harus bersikap terhadap dunia dan lingkungannya, dan sejenisnya merupakan pengetahuan tentang manusia dan kemanusiaan yang perlu diketahui oleh manusia. Pengetahuan ini bisa diperoleh manusia melalui agama, filsafat, etika, psikologi, antropologi, dan sejarah.
 
Karena itu, alangkah baiknya jika seorang pengapresiasi sastra menyukai dan kalau bisa membaca bacaan-bacaan agama, filsafat, etika, psikologi, antropologi, dan sejarah sebab dengan demikian dia akan memperoleh pengetahuan tentang manusia dan kemanusiaan demikian banyak dan beraneka ragam. Selanjutnya hal ini akan memperkaya, memperluas, dan memperdalam hasil-hasil kegiatan apresiasi sastranya. Misalnya, jika Imam Wicaksana mengetahui hakikat menjadi manusia, hidup manusia di dunia, makna kematian, kesengsaraan, dan kebahagiaan menurut konsep eksistensialisme atau filsafat Barat dan menurut Ki Ageng Suryomentaram atau filsafat Jawa, niscaya dia akan lebih kaya, luas, dan dalam penjiwaan, penghayatan, dan penikmatannya atas novel Kering dan Ziarah (Iwan Simatupang) dan cerpen panjang (long short story) Sri Sumarah (Umar Kayam) yang diapresiasinya.
 
Ketiga, pengetahuan tentang masyarakat dan budaya dengan segala pelik-peliknya. Pengetahuan ini antara lain bersangkutan dengan pandangan dunia, pandangan hidup, cara berpikir, sikap hidup, adat-istiadat, tradisi-tradisi, ritus-ritus, perilaku sosial, stratifikasi sosial, etos sosial, hukum dan atau norma sosial dan perubahan sosial. Keadaan dan situasi sosial (misalnya anomi sosial, kesenjangan sosial, dan persoalan sosial), perkembangan masyarakat dan budaya (misalnya, kontinuitas dan diskontinuitas perkembangan, arah dan orientasi perkembangan, dan konflik dan akulturasi dalam perkembangan), dan transformasi masyarakat dan budaya (misalnya, arah transformasi, tahapan transformasi, kualitas transformasi, dan masalah-masalah transformasi) termasuk pengetahuan tentang masyarakat dan budaya juga.
 
Alangkah baiknya kalau seorang pengapresiasi sastra menguasai pengetahuan ini. Hasil kegiatan apresiasi sastranya niscaya akan kaya, luas, dan dalam. Dia tidak hanya memperoleh literary enjoyment, tetapi lebih daripada itu: dia mungkin mendapat pencerahan, kesadaran-kesadaran baru, dan bahan-bahan renungan yang bagus tentang berbagai hal yang bersangkutan dengan hidupnya. Misalnya, jika Aruming Ramadani mengetahui situasi sosial dan politis pada zaman penjajahan Belanda di Jawa, pandangan dunia dan cara berpikir penjajah Belanda atas Hindia Belanda, dan keadaan masyarakat pada zaman penjajahan Belanda, niscaya perolehannya atau hasil kegiatan apresiasinya atas roman Bumi Manusia (Pramudya Ananta Toer) lebih bermakna, kaya, luas, dan dalam. Dia tidak hanya memperoleh hiburan-hiburan yang bisa jadi terdapat dalam roman tersebut, tetapi juga kesadaran-kesadaran akan hakikat penjajahan dan dampak negatif penjajahan baik di bidang sosial ekonomi maupun mentalitas.
 
Keempat, pengetahuan tentang sastra yang mencakupi karya sastra, teori sastra, sejarah sastra, dan kritikan sastra. Pengetahuan tentang karya sastra di sini bisa berupa jenis-jenis karya sastra (puisi, prosa, dan drama), judul-judul karya sastra, bentuk dan isi karya sastra, sastrawan dan kehidupannya, dan hubungan karya sastra dengan pengarang dan keadaan sosial. Pengetahuan tentang teori sastra bisa berupa aliran-aliran sastra (romantisme, realisme, naturalisme, absurdisme, dan sebagainya), pertentangan antara mimesis dan kreasi, hakikat sastra menurut berbagai pemikiran dan pandangan (pandangan Plato, Aristoteles, Iqbal, Kristeva, dsb.), paham-paham teori sastra (strukturalisme, formalisme, feminisme, sosiologi sastra, psikologi sastra, semiotika, pascakolonialisme, geokritik sastra, ekokritik sastra, dan sebagainya), dan cara kerja paham-paham teori sastra.
 
Pengetahuan tentang sejarah sastra bisa berupa pengetahuan tentang aliran dan karya sastra seperti apa yang menonjol dan kuat dalam berbagai kurun waktu, bagaimana latar belakang sastrawan-sastrawan, bagaimanakah kaitan peristiwa-peristiwa sosial-politis-budaya dengan sastra seperti zaman tahun 1965-an dengan Manikebu dan Lekra, dan bagaimana hubungan antara suatu karya sastra dan karya sastra lain. Pengetahuan tentang kritikan sastra dapat berupa karya-karya sastra apa saja yang telah dikritik oleh pengritik, bagaimana kritik berbagai pengritik terhadap suatu karya sastra, bagaimana kecenderungan-kecenderungan kritikan para pengritik, dan bagaimana wujud-wujud kritikan karya sastra yang ada.
 
Berbagai-bagai pengetahuan tentang sastra ini memang tidak harus dikuasai oleh pengapresiasi sastra. Akan tetapi, tidak ada salahnya jika seorang pengapresiasi sastra ingin menguasainya. Penguasaan atas pengetahuan tentang sastra ini malah menguntungkan pengapresiasi sastra. Misalnya, jika kita mengetahui latar belakang Danarto yang menyukai bacaan-bacaan mistik kejawen dan berteman dengan pelukis penganut mistik kejawen, maka pengetahuan ini bisa dimanfaatkan untuk menghayati dan menikmati cerpen-cerpen Danarto seperti Adam Ma’rifat, Godlob, dan Lahirnya Sebuah Kota Suci.
 
Kelima, pengetahuan linguistik dan stilistik. Kedua pengetahuan ini bersangkutan dengan bunyi-bunyi bahasa, kata-kata, kalimat-kalimat, wacana-wacana, dan gaya-gaya. Pengetahuan tentang hal-hal ini bermanfaat sekali dalam apresiasi sastra karena bagaimanapun karya sastra terpapar dalam bahasa yang mengandung aspek linguistis dan stilistis. Jika seorang pengapresiasi sastra memiliki pengetahuan ini, maka niscaya dia lebih mampu melakukan penjiwaan, penghayatan, dan penikmatan karya sastra ketika melakukan kegiatan apresiasi sastra.
 
Misalnya, penjiwaan, penghayatan, dan penikmatan kemerduan bunyi dalam puisi (baik karena ikonisitas maupun asonansi) sangat ditunjang oleh pengetahuan linguistik khususnya bunyi-bunyi bahasa. Kalau Laila Kinanti, sebagai misal, memiliki pengetahuan linguistik dan stilistik yang baik atau sangat baik, dia niscaya akan mampu menangkap dan menikmati kehebatan, keelokan, dan kebagusan ikonisitas puisi-puisi Chairil Anwar dan W. S. Rendra. Sebaliknya, jika pengetahuan linguistik dan stilistiknya terbatas atau pas-pasan, Laila Kinanti pasti tidak dapat menikmati keluarbiasaan ikonisitas puisi-puisi Chairil dan Rendra.
 
Meskipun tidak wajib atau harus dimiliki atau dikuasai, kelima bekal lanjut tersebut seyogianya dikenali atau diketahui. Tidak perlu semuanya. Mengenali serba sedikit, tidak mendalam, salah satu atau beberapa di antara kelima bekal lanjut tersebut sudah baik karena sudah bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan, menjaga, dan mengembangkan mutu dan cakrawala apresiasi sastra. Untuk mengenali serba sedikit itu tidak perlu pula belajar secara khusus. Kalau pengapresiasi sastra pernah mengenyam pendidikan terutama persekolahan, sekalipun tingkat dasar, sebenarnya dia sudah mengenali kelima bekal lanjut tersebut walaupun mungkin secara tidak sadar atau bawah sadar. Mengapa demikian? Sebabnya, informasi-informasi mengenai kelima bekal lanjut tersebut secara tersirat terdapat dalam mata-mata pelajaran di sekolah. Jadi, tidak perlu belajar antropologi, filsafat, linguistik, dan lain-lain secara khusus!
 
Bersambung 18

*) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd., Guru Besar Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra pada kampus UNM (Universitas Negeri Malang). Telah banyak menghasilkan buku, artikel apresiasi sastra, serta budaya. Dan aktif menjadi pembicara utama di berbagai forum ilmiah kesusatraan tingkat Nasional juga Internasional. http://sastra-indonesia.com/2021/08/bekal-lanjut-pengapresiasi-sastra-17/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar