Rabu, 25 Agustus 2021

Menguak Kritik atau Apresiasi Sastra

Mihar Harahap *
Harian Analisa, 22 Mar 2014
 
Sebenarnya Budi Hatees (BH) sedang mengesai H. B. Jassin dalam tulisan “Kritik Sastra atau Apresiasi Sastra”(Analisa, 16 Maret 2014). Entah mengapa, kemudian mencatut nama Mihar Harahap (MH) dengan mengatakan kritik MH bukan kritik, tetapi esai. Kalau benar kritik saya adalah esai, lalu mengapa mencatut nama saya ketika sedang mengesai H. B. Jassin, kritikus sastra Indonesia. Ini namanya mencari gara-gara.
 
Mencermati gelagat ini, pemahaman saya, BH merasa kesal pada saya. Soalnya setiap cerpennya dimuat di Analisa ini, pasti saya kritik bersama pecerpen lainnya. Tampak dari tulisan sebelumnya, BH tidak siap menerima kritik saya. Ketika itu tulisannya tidak saya gubris. Tulisan kali ini, terpaksa saya tanggapi, karena sudah kelewat batas atau tidak sehat lagi. Begitupun saya tidak perlu meradang, menerjang.
 
Biarlah BH tidak mengakui saya sebagai kritikus, walaupun saya pernah meraih Hadiah Kreativitas Sastra dari DKM dalam bidang kritik, malah di atas Herman KS (guru saya). Kalau Yulhasni menyebut saya kritikus strukturalisme, Arie A. Nasution menyebut saya kritikus apresiatif (seperti Rachmat Djoko Pradopo menyebut Herman KS) maka Damiri Mahmud (diskusi di TBSU) menyebut kritik saya mirip kritik H.B.Jassin.
 
Terus terang saya sebetulnya merasa terhormat disebut sebagai esais sastra ketimbang kritikus sastra. Mengapa? Menurut saya lebih sulit menulis esai daripada menulis kritik. Kalau kritik sastra bahannya dari orang lain (sastrawan), puisi, prosa, drama. sebaliknya esai sastra bahannya dari diri sendiri. Persoalannya bukan itu, -hormat atau tidak- melainkan prihal kritik sastra saya disebut BH sebagai esais sastra.
 
Sayangnya, pernyataan BH -sai sastra bukan kritik sastra- tidak didukung sepe rangkat ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pernyataan ini dianggap ilegal, terlalu pribadi dan sangat subjektif. Sayapun menolak pernyatan ini. Atau saya menanti BH dapat membuktikan pernyataannya pada tulisan lain. Bila perlu dalam diskusi, sehingga saya dapat mempelajari dan mempertimbangkannya.
 
Tulisan ini kelihatannya sembrono dan melingkar-lingkar. Misal, disatu paragraf dikatakan kiritikan saya menunjukkan kekuatan tradisi ilmiah atau kemampuan berteori yang mumpuni, namun di paragraf lain dia katakan kritikan saya tidak membutuhkan teo- ri/tradisi akademis. Mana yang benar? Sayang, BH kurang tahu atau tak mau tahu, pada-hal dalam tulisan/diskusi saya sudah memaparkan meoda saya mengeritik.
 
Menurut kamus, apresiasi (Inggeris,appreciation = penghargaan) adalah 1). kesadaran terhadap nilai seni/budaya, 2). penilaian/penghargaan terhadap sesuatu. Menurut ahli, kritik adalah cabang ilmu sastra yang berurusan dengan perumusan, klarifikasi, penerangan dan penilaian terhadap teks karya sastra. Jadi, apresiasi sastra dan kritik sastra berarti ganda dan sama. Kritik merupakan ilmu/sistem dalam apresiasi karya sastra.
 
Kritik sebagai ilmu dalam apresiasi karya sastra dapat dipelajari, misalnya di kam pus, kebetulan saya dosen mata kuliah kritik sastra itu. Sesuai kurikulum/silabus, dipelajari pengertian kritik sastra, sejarah, sifat, fungsi, jenis, metoda, penulisan, penilaian, latih an dan lainnya. Itu sebab, ketika BH menyatakan kritik sastra saya adalah esai sastra, timbul pertanyaan, apakah BH paham perbedaan kririk sastra dengan esai sastra?
 
Memang teori kritik sastra berasal dari barat. Soalnya, tidaklah tepat bila mengeri tik karya sastra Indonesia menggunakan teori barat itu. Layaknya, gunakanlah teori Indonesia agar sesuai dengan budaya, cara pikir-rasa dan kondisi Indonesia. Sudah ada kesa- daran itu sejak lama, tetapi entah mengapa hingga kini, Budi Darma, Sapardi Djoko Damono, Abdul Hadi WM belum juga membuat metoda kritik sastra itu.
 
Saya mencoba membuat metoda Tebekule, sudah saya kenalkan ke media publik, dalam diskusi bahkan saya lakukan ketika mengeritik karya sastra.Tebe, tema dan bentuk, merupakan perwujudan dari makna apresiasi/kritik bersifat pemahaman, penghayatan dan penguasaan karya sastra. Kuncinya, apa (tema:isi, tujuan, pesan) dan bagaimana (bentuk: plot, karakter, setting, bahasa). Keduanya, tergantung pada karya sastra itu.
 
Kule, kuat (kekuatan) dan lemah (kelemahan) karya sastra. Hal ini perwujudan dari makna apresiasi/kritik bersifat penghargaan, penilaian baik-buruknya karya sastra. Ibarat memerah susu sapi, saya perah cerpen/novel untuk mencari/menemukan Tebenya (kata BH menceritakan kembali/kompilasi kisah). Baru saya tahu enak-tidaknya susu sapi itu untuk merasakan Kule-nya (BH diam saja mengenai ini). Kenapa?
 
Semestinya, frekunsi Tebe harus berbanding sama dengan Kule (50%-50%). Bila dipecah lagi, tema = 25%, bentuk = 25%, kekuatan = 25% dan kelemahan = 25%. Memahami kondisi pengarang Sumut yang belum dewasa, maka pemerataan frekuensi ti- dak stabil. Siasatnya, dilihat siapa pengarang dan mutu karangannya. Itupun terkadang tidak tepat. Terbukti BH, tetapi jumlahnya berangsur-angsur relatif menurun.
 
Terkait catatan di bawah tulisan: “penulis adalah kritikus sastra Indonesia di Su- mut”, rasanya tak begitu penting, namun dilirik BH juga bahkan menjadi aset besar untuk menyudutkan saya. Dulu, pengarang menulis alamat rumah/tanggal mengarang. Kini, nama profesi, jabatan atau organisasi. Semula, saya tulis nama profesi (kritikus sastra) serta jabatan (Dekan FKIP), sekarang hanya nama profesi saja. Salahkah?
 
Kalau Hasan Al Bana menyebut pandai fiksi, maka saya menyebut kritikus sastra (walau BH tak mengakui). Di jurnal internasional, nama profesi malah wajib ditulis. Majalah Horison bahkan foto dan biodata singkat. Di Kompas terkadang ada. Kalau saya me nulis di Jurnal Nasional Jakarta nama profesi diganti redakturnya menjadi dosen. Padahal saya lebih suka disebut kritikus sastra (apalagi esais sastra) ketimbang dosen.
 
Lebih dari itu, catatan di bawah tulisan adalah komitmen saya terhadap perkemba ngan sastra Indonesia di Sumut. Mungkin hanya saya yang mengatakan siap mengeritik karya sastra Sumut dan tidak yang lain (kecuali hal tertentu). Saya tetap menggelorakan karya sastra Sumut adalah karya sastra Indonesia dan bukan monopoli Jakarta. Biar tidak populer, biar tak menulis lain. (kecuali rindu). Inilah perjuangan saya.
 
*) Penulis adalah kritikus sastra Indonesia di Sumut, dan sebagai Ketua Forum Sastrawan Deli Serdang. http://sastra-indonesia.com/2017/10/menguak-kritik-atau-apresiasi-sastra/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar