Kamis, 24 Juli 2014

Cinta dalam Religiusitas Gus Mus

Munawir Aziz *
Suara Karya, 9 Nov 2013

MEMBACA sajak-sajak KH Musthofa Bisri (Gus Mus) adalah seperti menyelam dalam kejernihan batin. Sajak-sajak Gus Mus merefleksikan kedalaman jiwa, olah rasa dan refleksi atas kondisi sosial yang jadi sengkarut hidup umat manusia. Sajak Gus Mus sering dianggap “balsem”, dapat menyengat untuk menawarkan panas di tubuh dan telinga, sekaligus mencipta ketenangan. Sajak-sajak balsem karya Gus Mus ringan ditelinga dan sedap dibaca, meski menusuk dalam kelembutan batin. Itulah, sajak-sajak yang ia tulis dengan cinta.

Sepanjang karirnya sebagai penyair, Gus Mus sangat peduli dengan tema-tema religiusitas dan cinta. Sajak-sajaknya menjadi cermin bening bagi umat manusia yang ingin mencari bahkan apa yang selama ini menjadi perjalanan panjang untuk menemukan cinta, menemu kebahagiaan. Gus Mus mengusap kata, menulis, dan merenungkan hakikat dengan ketenangan batin dan kejernihan hati.

Bagi Gus Mus Sang Kiai, sastrawan, pelukis, budayawan, dan seabgreg sebutan lain mendedikasikan sajaknya untuk semua, tanpa sekat agama, etnis, kebudayaan bahkan watak manusia. Sajak Gus Mus menyelam dalam, menelusup pada ruang yang sering menjadi wadah kedengkian, sajak yang ditulis dengan hati.

Gus Mus, salah satu sastrawan penting yang lahir dari pesantren. Ia lahir di Rembang, pada 10 Agustus 1944, dari keluarga penulis dan pengasuh pesantren. Ziarah keilmuan dari pesantren ke pesantren, serta renungan terhadap kemanusiaan menjadikan sajaknya mengalunkan ritme tentang kisah-kisah manusia. Selama 1991-2002, Gus Mus telah menulis beberapa buku: Ohoi (1991), Tadarus (1993), Pahlawan dan Tikus (1995), Rubayat Angin dan Rumput (1995), Wekwekwek: Sajak-sajak Bumilangit (1996), Negeri Daging (2002), dan Gandrung (2005). Tentu saja, esai-esainya yang bernas juga selalu ditunggu pembaca.

Bagi Gus Mus, cinta akan menjadi sesuatu yang sederhana, namun mewakili perasaan: kepercayaan dan bahasa hati. Cinta tidak diwakili oleh bujuk rayuan, hadiah mewah ataupun citra artifisial yang lain. Cinta mewujud dalam sikap dan keteguhan batin untuk saling mengisi perasaan. Sajak Gus Mus berjudul “Hanin”, merefleksikan cinta yang sederhana: mestinya malam ini/ bisa sangat istimewa/ seperti dalam mimpi-mimpiku/ selama ini. kekasih, jemputlah aku/ kekasih, sambutlah aku/ aku akan menceritakan kerinduanku/ dengan kata-kata biasa/ dan kau cukup tersenyum memahami deritakulalu kuletakkan kepalaku yang penat/ di haribaanmu yang hangat/ kekasih, tetaplah di sisiku/ kekasih, tataplah mataku. tapi seperti biasa/ sekian banyak yang ingin kukatakan tak terkatakan/ sekian banyak yang ingin kuadukan/ diambilalih oleh airmataku/ kekasih, dengarlah dadaku/ kekasih, bacalah airmataku/ malam ini belum juga/ seperti mimpi-mimpiku/ selama ini.

Rindu, sesuatu yang berkawan akrab dengan cinta, hadir mewakili malam. Ia tergopoh-gopoh untuk menyapa malam, namun sengaja menjauh dari siang. Sebab malam, yang selalu sunyi dan menyendiri, menjadi ruang kontemplasi batin paling efektif untuk mencari jejak sebenarnya tentang makna cinta: malam ini/ lagi-lagi kau biarkan sepimewakilimu. Cinta dan malam, kadang kala hanya menghadirkan sepi.

Sajak “Hanin” Gus Mus, menjelma sebagai puisi cinta yang hangat sekaligus ramah. Puisi ini tak hanya mencipta rasa tenang, namun juga menjadi pertautan hati antar hati untuk senantiasa saling mengisi.

Pertautan makna antar hati yang dinarasikan dalam sajak-sajak cinta Gus Mus, tentu saja menjadi hikmah berharga bagi siapa saja yang berusaha menyesapnya untuk mengais makna dari apa yang paling dicari oleh manusia: kebahagiaan. Dan, cinta serta cita, yang menuntun manusia untuk menjemput hasratnya dengan dua jalan lempang: kebaikan dan kedhaifan meski hasratku tak tertahankan/ meski semua pintu kau bukakan/ meski semua isyaratmu menjanjikan/ -mengingat kedaifan diri dan lika-liku jalan-/ akankah sampai padamu (Labirin, dalam Gandrung, 2005: 42).

Hasrat, adalah bahasa hati. Ia bagian komunikasi yang dibagun dengan rasa. Lalu, kemudian mencari makna untuk mencipta terang-gelap dalam nuansa cinta.

Sajak-sajak cinta Gus Mus tak berumah pada kekosongan. Ia menjadi jalan menuju pada apa yang menjadi hakikat makhluk: menuju Tuhan. Gus Mus menulis sajak-sajak cinta tidak dibarengi dengan egoisme dan nafsu. Akan tetapi menjadi doa, memantik ingat dan menjelma rasa untuk menjemput hakikat kemanusiaan.

Hakikat kemanusiaan inilah yang didengungkan Gus Mus di pelbagai forum: pengajian, khotbah, diskusi ilmiah, sampai silaturahim antar santri. Gus Mus selalu mengingatkan, agar manusia mencintai sesama, berdasarkan fitrah kemanusiaan. Lalu, cinta membutuhkan renungan, kejernihan batin dan manajemen perasaan agar dapat mencari jalan benar menuju hakikatnya.

Sajak “Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat” merefleksikan hal ini:

Kalau kau sibuk bermain cinta saja/ Kapan kau sempat merenungi arti cinta?/ Kalau kau sibuk merenung arti cinta saja/ Kapan kau bercinta?

Ternyata, cinta tak hanya patut direnungi, tetapi dilakukan, dialami. Dengan begitu manusia akan mengerti hakikat sebenarnya dari perasaan dirinya. Apakah menuju jalan yang benar menuju Sang Pencipta, atau hanya dilandasi nafsu membahana. Maka, di sela puisinya, Gus Mus mentransformasikan rasa menuju langit, menuju pintu kesejatian mencari Cahaya Illahi:Kalau kau sibuk berdzikir saja/ Kapan kau sempat menyadari keagungan yang kau dzikiri?/ Kalau kau sibuk dengan keagungan yang kau dzikiri saja/ Kapan kau kan mengenalnya?

Dzikir, sebagaimana cinta, adalah ritual yang dibangun dari perasaan dan kerendahan hati. Sebuah tarekat, atau lorong panjang bagi seorang salik, untuk menemu hakikat sebenarnya dari manusia dan kemanusiaan. Dan, yang sebenarnya, cinta, dzikir ataupun ritual transendental lainnya, tidak dibahasakan dalam egoisme, dalam ungkapan untuk mencari simpati atau pencitraan diri. Sajak “Aku Tak Kan Memperindah Kata-kata”, seolah menempeleng mereka yang cari simpati dengan memainkan citra diri.aku tak kan memperindah kata-katakarena aku hanya ingin menyatakancinta dan kebenaranadakah yang lebih indah daricinta dan kebenaran maka memerlukan kata-kata indah?

Sajak-sajak cinta Gus Mus, serupa cahaya yang mencipta terang hati yang gelap, jiwa-jiwa yang penat. Ia menjadi tadarus bagi malam-malam sunyi. Dengan sajak cintanya, Gus Mus membuktikan bahwa cinta tidak hanya menjadi alasan untuk nafsu, akan tetapi lorong menuju menuju kemuliaan.

*) Munawir Aziz, penulis buku “Dinamika Identitas Orang Pesisiran” (2013), alumnus Center for Religious and Cross Cultural Studies (CRCS), sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Jogjakarta.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2013/11/cinta-dalam-religiusitas-gus-mus.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar