Kamis, 24 Juli 2014

Sufisme Dalam Puisi Acep Zamzam Noor

Pungkit Wijaya
poongkeetwijaya.wordpress.com

Sastra sufi identik dengan perenungan diri terhadap sang Ilahi, yang dibahasakan dengan bahasa Cinta. Cinta ini mematuhi Tuhan; Membenci sikap yang melawan Tuhan; berserah diri pada Tuhan; dan menjauhi segala kecenderungan yang melalaikan kita terhadap Nya, karena bersumber pada realitas kehidupan yang tidak dapat dijelaskan melalui pemahaman logis rasional dan tak dapat diserap panca indra, maka yang harus aktif adalah akal intuitif yang dijelaskan lewat imajinatif kreatif. Dengan yang intuitif dan imajinatif kreatif berarti hanya dapat menggunakan simbol-simbol tertentu dalam bahasa figuratife.

Acep ZamZam Noor adalah putra pertama ulama besar almarhum K.H ilyas Ruhiat, mantan rois A’am PBNU yang memiliki pesantren Cipasung,Tasikmalaya. Meskipun kental dengan tradisi kepesantrenan Acep secara akademisi berbasiskan ilmu seni rupa, setelah dia menyelesaikan SLTA di pondok Pesantren As’syafi’iyah, Jakarta. lalu menempuh pendidikannya ke Jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (1980-1987). Mendapat fellowship dari Pemerintah Italia untuk tinggal dan berkarya di Perugia, Italia (1991-1993).

Dengan demikian Kang Acep,sapaan akrab Acep ZamZam Noor, adalah salah seorang penyair yang berbasiskan pesantren .Oleh karena itu, saat membaca puisi-puisinya sebenarnya dia sekaligus seorang kiai, seniman, sastrawan, pelukis dan budayawan yang tidak lepas dari sisi religiutas dan sufisme seorang penyair-santri yang sunyi penuh dengan do’a, mesra, tetapi sarat kritik sosial.

Perkembangan khazanah kesusastraan sufisme di Indonesia sebenarnya tidak bisa lepas dari peran serta penyair dari pesantren. Dalam sejarah kesusastraan Indonesia kita mengenal Taufiq Ismail, Abdul Hadi W.M, KH Mustofa Bisri, KH D Zawawi Imron, Emha Ainun Najib, Ahmad Tohari, KH Muhammad Zuhri dan sekian banyak nama yang memiliki nilai religiutas dalam setiap karya sastra mereka, dari puisi, cerpen maupun lain nya.

Dalam beberapa puisinya, Kang Acep agaknya mengedepankan sisi religiutas yang mesra. Pengalaman penyair yang penuh perenungan tersebut dapat kita baca, misalnya pada potongan bait sajaknya yang berjudul “Cipasung”.”cangkul ku iman dan sajadahku lumpur/hari esok adalah perjalanku sebgai petani/tanpa ketam masih ingin kupanen kesabaranmu yang lain/atas sajadah lumpur akutersungkur dan terbukur/.”

Dalam puisi di atas kita lihat setiap baris kata yang menggambarkan kesantunan seorang Acep meski juga tergambar jelas keadaan sosiokultur Cipasung sebagai kota santri, dalam bait ketiga, ‘cangkul ku iman dan sajadahku lumpur ‘. Di sana kang Acep terlihat sebagai seorang yang mempunyai nilai spiritual yang kental. Lalu Peran Kiai dia pertegas dalam ‘hari esok adalah perjalananku sebagai petani’ dan simbol petani saya analogikan seperti Kiai yang harus siap melayani setiap pengajian amal.

Di sini bagaimana sosok penyair sufistik, “atas sajah lumpur aku tersungkur dan terkubur”,cita-cita kang Acep mungkin tidak seperti para politisi atau pejabat negara yang ingin berlomba-lomba dalam harta dan tidak lantas ingin tinggal menetap di luar negeri namun bercita-cita menjadi ‘doa’ dan ingin kembali ke daerah dia dilahirkan dengan perjalannya sebagai petani dengan memanen ketam kesabaran nya.

Seakan cita-cita Kang Acep dia tegaskan dalam puisi nya yang berjudul ‘ aku kini doa’, kini aku doa/tolong jangan kotori kemurnianku dengan kata-kata/. Dalam bait sajak tersebut dituliskan sebuah pengharapan kemurnian sebagai seorang religius dan kata yang terakhir berelasi dalam kehidupan nyata seperti para politisi yang sering mengumbar kata-kata atau janji-janji saat berkampanye.

Ketulusan terhadap Tuhan sebagai penyair sufistik, saya kutip dalam sebuah esai yang pernah dia tulis yang berjudul intensitas. dia mengatakan bahwa saya tertarik pada puisi-puisi sufi, dapat kita baca juga, dalam ‘sajak nakal’. doa-doaku/menyelinapkedalam kutangmu/seperti tangan/tanganku/nakal/seperti doa/meremas payudaramu disorga/, yang termuat dalam antologi puisinya Menjadi Penyair Lagi (2007) setelah kumpulan Antologinya Tamparlah Muka Ku (1982), Aku Kini Doa (1986), Kasidah Sunyi (1989), Dayeuh Matapoe (puisi Sunda, 1993), Dari Kota Hujan (1996), Di Luar Kata (1996), Di Atas Umbria (1999), Dongeng dari Negeri Sembako (2001), Jalan Menuju Rumahku (2004).

Acep Zam-Zam dalam sebuah essainya yang berjudul ‘puisi dan batu akik’ yang dia tulis saat acara Khatulistiwa literary Award 2008-2009 pernah mengatakan bahwa menulis puisi sebagai jalan hidup yang aneh, dan tidak dapat menerangkannya secara rasional, sementara teori batu akik dan bulu kuduknya mampu menjadikan seseorang menulis puisi dengan semua tahapan yang prosesnya tidak mudah ini harus dikerjakan dengan penuh intensitas, dengan kekhusyukan, kesabaran dan ketulusan.

Dengan kata lain dilakukan dengan cinta. Makna cinta ini tentu metafornya adalah mencintai puisi sekaligus mencintai sang ilahi. Dan teori bulu kuduknya mengisyaratkan bahwa proses mistifikasi harus penuh penghayatan dan perenungan. Maka seorang Acep Zamzam Noor mampu memenangkan beberapa penghargaan atas sejumlah karyanya.

Sumber Kabar Priangan 11 Agustus 2010
Dijumput dari: http://poongkeetwijaya.wordpress.com/2013/11/08/sufisme-dalam-puisi-acep-zamzam-noor/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar