Minggu, 14 Juli 2019

Teater dan Ikan Lamongan *


UNBOXING TEATER LAMONGAN
Rodli TL

Membaca judul ini, muncul dalam benak pikiran pertamakali, apa hubungan teater dan ikan?
Secara geografis Lamongan berada pada pantai utara pulau jawa. Di lewati sungai bengawan Solo, juga banyak bagian kampung yang berada pada dataran rawa-rawa. Dengan kondisi alam seperti itu, maka secara alamia masyarakatnya survive dengan air dan kekayaannya, apakah ituh? Jawabannya pastilah ikan. Tentulah orang Lamongan akan mengenal ratusan jenis dan nama ikan laut, puluhan ikan sungai bengawan dan rawa-rawa. Mulai dari ikan sembilang, bloso sampai jatul. Dan kemudian Lamongon gagah dengan lambang ikannya, yaitu lele bermakna ulet dan survival sedang bandeng sebagai komoditas derajat perekonomian dan masa depan.

Hari ini menjadi nyata, bahwa sebagian besar masyarakat Lamongan sejahtera lantaran karunia Allah lewat berbagai macam ikan. Masyarakatnya sangat terampil bagaimana cara menangkap dengan berbagai alat yang mereka kreasikan. Mulai dari jaring, jala, waring, serok, wuwu, susuk, rajut, jegog, ancak, sengkap dan lain sebagainya. Dengan cara miyang, mirik, ngubeg, ngesat dan mancing. Sesungguhnya Lamongan punya berbagai cara untuk ada dan berada dengan ikannya.

Lalu apa hubungannya dengan teater?
Sejak ratusan tahun lalu, Lamongan punya teater tradisional kentrung, mungkin  saja disebar oleh Sunan Drajat yang konsep pertunjukannya belajar dari Sunan Kalijaga, atau karena kluntrang-kluntrungnya Kyai Basiman dari Bale Tuban sampai Lamongan yang kemudian dikembangkan oleh mbah Marko di Payaman yang kemudian sampai saat ini dilanjutkan oleh mbah Ahmad Kusaeri dengan nama Kentrung Sunan Drajat yang dikenalkan sejak tahun 1991.

Di Lamongan bagian selatan, juga ratusan tahun yang lalu pernah punya teater tradisional yang dinamai dengan sandur. Belasan tahun yang lalu pernah diteliti dan dikembangkan oleh Kamijo yang kemudian dikenal dengan Joko Sandur. Ia mengungkapkan bahwa kesenian sandur di daerah Lamongan ini mempunyai kesamaan dengan kesenian sandur yang ada di daerah lain (Tuban dan Bojonegoro). Kata sandur berawal dari sebuah artikel yang berjudul “Seni Sandur Saya Mundur”. Dengan kata lain bahwa sandur berasal dari kata mesisan ngedur atau beksan mundur, karena sandur dipentaskan semalam ngedur (semalam suntuk). Kesenian sandur merupakan kesenian yang terminologinya diambil dari anonim sandur: isane tandur (sa’wise tandur) yang berarti selesai bercocok tanam. Dengan kata lain bahwa seni sandur adalah salah satu bentuk ekspresi seni masyarakat agraris yang dilakukan selesai bercocok tanam. Disamping itu cerita yang ada dalam sandur, berbicara tentang gambaran kehidupan petani dalam menjalankan aktifitas agrarisnya.

Sandur sempat pentas di Gor dan Alun-alun Lamongan pada tahun 2005, 2006an. Sejak itu, teater tradisional yang pakem dengan nama-nama tokoh Jasmirah, Balong, Petak, Jasmani, Pak Empang, Nyai Asil, Anton, Lithi, Pak Calak, dan seorang Germo ini sudah jarang muncul, bahkan tidak pernah lagi pentas di panggung apapun di Lamongan. Teater tradisional yang seakan-akan hanya mampir saja, tidak punya tempat tinggal lagi di Lamongan.

Ironisnya perkembangan teater tradisional tersebut tidak sejalan dengan pertumbuhan ikan di Lamongan. Ikan Lamongan dengan berbagai jenis dan cara memasaknya terus berkembang ke berbagai daerah wilayah nusantara terkenal dengan kekhasan Lamongan sampai manca Negara. Namun ironisnya teater tradisionalnya tak lagi memiliki generasi yang mau mengembangkannya. Sandur sudah tiada, kentrung hanya seorang Kusaeri saja.

Di tahun 1980an mulai muncul teater-teater modern yang digandrungi anak muda yang tumbuh kembang di sekolah dan beberapa perguruan tinggi di Lamongan dengan berbagai nama. Ada Teater Ganast, Teater Citra, teater Tewol, Teater Nawa, Teater Pelangi, Teater Rupa, Teater Kukobeluk, Teater Rayap, Teater Taman, Teater Ramu, Teater Timur Tengah, Teater Air, Teater Talimama, Teater Kipas, Teater Sketsa, Teater Model dan masih banyak yang lainya. Di beberapa perguruan tinggi ada Teater Roda, Teater Nafas Kata, Teater Rasa, Teater Ilat, Teater Serulink, Teater Klaras. Juga muncul teater-teater yang mandiri yaitu Kostela, Sangbala, Ginyo dan Doet Theatre. Namun sebagian besar teater itu juga masih sulit bernafas dengan karya-karya pertunjukannya.

Lamongan juga pernah punya peristiwa-peristiwa penting dalam perhelatan teater, ada Lamongan Art, Kolaborasi agenda tahunan Dewan Kesenian Lamongan, Temu Karya Teater Roda, Festival Monolog Teater Nafas Kata, Padhang Bulan Kotaselam, Candrakirana Kostela, Pojok Seni Sangbala. Sebagian besar peristiwa-peritiwa itupun kehilangan tanggal hari waktunya. Hanya Temu Karya Teater Roda yang masih punya nyali besar untuk terus ada.

Walau tidak berkali-kali beberapa kelompok teater pernah mementaskan karyanya pada peristiwa teater nasional dan internasioanl, Teater Anak Sangbala pada Festival Seni Internasional PPPPTK Jogjakarta, Teater Roda pada acara Temu Sastrawan Nusantara di Taman Budaya Surakarta, Teater Ginyo, Teater Nafas Kata, Doet Theatre juga seringkali pentas di Hari Teater Dunia di Taman Budaya Surakarta. Juga kerjasama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Sanggar Tri Melati, Sangbala dan beberapa aktor Lamongan beberapakali mementaskan karyanya di Taman Mini Indonesia Indah. Dan banyak lagi teater-teater pelajar mengikuti festival-festival regional dan nasioanal.

Tulisan diatas suatu usaha unboxing teater Lamongan, membuka kotak yang berisi tumpukan-tumpukan teater yang pernah dimiliki Lamongan. Lalu menjadi harapan sebagaimana ikan lele, bandeng, panami, cumi-cumi, kepiting dan kakap, selalu dijaga ekosistemya dan dikembangkanya. Tidak menututup kemungkian teater-teater yang tersimpan dalam kotak Lamongan tersebut akan menjadi survive dengan budaya masyarakatnya.

Tentunya masih banyak tumpukan-tumpukan lain yang masih belum terbuka. Semoga saja kemarau teater di Lamongan tidak terlalu panjang. Bila hujan itu segera turun teater-teater itu kembali berlompatan pada laut dan sungai, rawa dan tambak. Anak-anak pasti semakin giat bersekolah gembira dan bermain dengan nyanyian “udan telak / bapak golek iwak / dipangan dangak-dangak”. Teater-teater akan menjadi atribut kebesaran prestasinya. Akan ada pasar-pasar teater Lamongan yang mengirim karya-karya teater ke nusantara bahkan ke manca negara. Sebagaimana pasar ikan Lamongan yang seringkali mengekspor ikan kakap dan panami ke Jepang dan berbagai negara lainnya.
***

*) Dipresentasikan pada acara Unboxing Teater Lamongan di Teater Roda Unisda, 29 Juni dan Rumah Budaya Pantura, 7 Juli 2019 dan menyusul di tempat-tempat lainnya.
http://sastra-indonesia.com/2019/07/unboxing-teater-lamongan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar