Sabtu, 04 April 2020

Pertunjukan Teater Negri Sungsang dan Silaturrahmi Budaya

Denny Mizhar *

Sore tampak cerah, orang-orang sedang menata barang dagangannya, berharap mengais rejeki di sebuah pagelaran teater. Desa Wisata Jono Kecatan Temayang Kabupaten Bojonegoro akan ada pergelaran Teater dari Komunitas Suket Indonesia dari Jombang. Kali ini mereka akan menampilkan Negri Sungsang. Desa Wisata Jono adalah tempat perdana yakni pertunjukan teater Komunitas Suket Indonesia dengan kalaborasi dengan Komunitas Jaran Kepang Wahyu Budaya Mojowarno pada Minggu, 22 Januarai 2012.

Senja pun beranjak. Penata musik, pemain jaranan, dan pemain teater bersiap-siap melaksanakan tugasnya. Di awali dengan sambutan dari Mbah Catur kepala desa Mojowarno yang menjadi ketua rombongan Komunitas Suket Indonesia. Penonton mulai berdatangan ingin menyaksikan pertunjukan teater kali ini. Meski hujan rintik jatuh, para penonton tak ambil peduli untuk tetap berada di tempat pertunjukan yakni di halaman samping Sanggar Anugrah Desa Jono yang didirikan oleh Pak Dasuki kepala Desa Jono.

Musik dari intrumen perkusi rancak berbunyi, empat penari jaranan masuk ke dalam panggung berjoget mengikuti irama bunyi dari para pemusik. Penonton semakin berdesakan, bahkan ada yang harus berjinjit untuk menyaksikan atraksi para penari jaranan. Bunyi yang konstan semakin intens berbunyi seorang pawang masuk ke dalam panggung, penari pun mulai trans sehingga gerakan para penari menjadi suatu pertunjukan komedi dengan ulah dan tingkahnya. Penonton menjadi terhibur.

Negri Sungsang

Ketika para penari jaranan akan meninggalkan panggung, dua orang membawa bendera berwarna merah-putih yang terpisah di kanan dan kiri tangannya. Mulailah adegan pertunjukan Negri Sungsang. Gerak teatral, seorang yang melawan kekuasaan negrinya. Rasa sakit, ia bahasakan dengan gerak tubuh dan dialog-dialog perlawanan dengan latar dua perempuan membawa bendera. Di Panggung belakang sebelah kiri berada sebuah podium dimana penguasa berada dan di sampingnya pengawal dengan properti pecut (cambuk).

Logika kekuasaan pun nampak: siapa pun yang melawan dan mengganggu rasa aman kuasanya harus disingkirkan. Pengawal yang membawa pecut pun beraksi menyingkirkan orang yang melawan tuannya.

Di sela-sela dialog-dialog liris, muncul dua tokoh yang memerankan orang kampung. Dua orang tokoh dengan dialog-dialog satir menyitir dengan cara banyolan, membuat dramatik dari pertunjukan teater Negri Sungsang menurun. Ruang terbagi menjadi dua, aktor-aktor yang berdialog dengan liris dan aktor yang berdialog natural komedian.

Ruang yang berbedah dari penciptaan pemanggungan akhirnya menjadi satu pada akhir pertunjukan. Ketika kekuasan tumbang dan seorang yang melawan kekuasaan menjadi pahlawan. Dari beberapa dialog yang muncul dari pengawal adalah keterbelahan pilihan, antara membela suara hatinya dan tuan kuasanya.

Sungsang memiliki arti terbalik, biasa digandenkan dengan kelahiran, lahir sungsang artinya lahir terbalik. Begitu pun dengan negri sungsang yakni negeri terbalik. Hal ini menjadi kritik terhadap kondisi kekinian yang dialami bangsa ini, begitulah pentas negri sungsang dapat diambil makna. Kondisi bangsa Indonesia yang harusnya kaya raya dan masyarakatnya tentunya sejahtera, karena salah urus dan para penguasa lebih mementingkan dirinya sendiri maka rakyatpun menjadi terabaikan.

Negri Sungsang adalah naskah yang ditulis oleh Lek Glagah Putih dengan para pemain Jati Utami, Wulan, Juki Alamsyah, Muflikhun, Mahendra, Hadi dan Sabrang Soeparno menjadi pertunjukan alternatif di desa wisata Jono. Pertunjukan yang pertama Negri Sungsang dilakukan oleh komunitas suket di Desa Jono memiliki beberapa catatan teknis. Pertama adalah tak sampainya vokal pada penonton, kedua panggung yang tidak bisa dijangkau semua penonton. Hal ini menjadi catatan tersendiri bagi sebuah pertunjukan yang dilakukan di ruang terbuka tetapi teknis pemanggungan serupa dalam gedung pertunjukan, tanpa bantuan soud system. Sehingga pesan dari pertunjukan tidak sampai pada penonton. Ketakberanjakan penonton pada pertunjukan tersebut karena seni tradisi jaranan dan aktraktifnya aktor tanpa terdengar dialog. Selain itu, keterjarakan antar pertunjukan dan penonton yang seharusnya dapat diwakili oleh komedian tidak bisa sampai. Hal itulah yang menjadi catatan bagi saya yang menonton Negri Sungsang. Selain itu, buklet sebagai jalan memahami jalan cerita pertunjukan dan mengenal aktor-aktornya pun tidak ada.

Silaturrahmi Budaya

Tak kalah pentingnya dari peristiwa pertunjukan Negri Sungsang adalah silaturrahmi Budaya antara Desa Mojowarno dan Desa Jono dengan kesenian meski berbeda Kabupaten. Desa Mojowaro dengan Kepala Desa Catur, biasa dipanggil akrab dengan Mbah Catur adalah seniman teater sedang kepala desa Pak Dasuki seniman tradisional pendiri sanggar Anugrah. Mereka berdua adalah sama-sama kepala desa yang sedang mengembangkan desa dengan kesenian. Sebelum keberangkatan rombongan Komonuitas Suket Indonesia, desa Mojowarno mengelar pertunjukan teater dengan mendatangkan kelompok Teater Ruang. Begitu halnya dengan Desa Jono, sehabis ketempatan Konggres Satra Jawa.

Pertemuan dua kepala desa dengan model silaturrahmi yang bermedia kesenian dan budaya jarang sekali ditemui. Malahan kerap kali kita mendengar perkelahian antar desa. Maka silaturrahmi ini dapat menjadi sebuah percontoan bagi desa-desa lain yang mengoptimalkan serta mengembangkan kesenian dan budaya untuk saling bertukar wacana. Hal tersebut juga akan memperkaya khasana seni budaya bagi masyarakat. Tak hanya itu, tetapi akan mengurangi disintegrasi bangsa, juga menjadi tontonan alternatif di tengah semburan televisi yang tidak memiliki nilai estetika tinggi.

Komunitas Suket Indonesia dan Komunitas Seni Jaran Kepang Desa Mojowarno tak hanya tampil di desa Jono tetapi berkeliling menyapa desa di Tuban dan Blora. Selamat.

Malang, 24 Januari 2012
____________________
*) Pegiat Pelangi Sastra Malang dan Anggota Teater Sampar Indonesia-Malang.
http://sastra-indonesia.com/2012/02/pertunjukan-teater-negri-sungsang-dan-silaturrahmi-budaya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar