Agus Sulton *
Radar Mojokerto
/1/
Penyebutan istilah
”klasik” pada teks-teks sastra atau teks sumber sejarah hakikatnya lebih
berkenaan dengan masalah waktu. Apabila dilihat dari sifat pengungkapannya,
dapat dikatakan bahwa kebanyakan isinya mengacu kepada sifat religius,
histories, didaktis, dan belletri. Ini berarti bahwa penetapan periodisasi bagi
periode sastra klasik tidak dapat dipastikan secara pasti, seperti apa yang
terjadi dalam sastra Indonesia, mungkin karena penciptaan manuskrip tidak dapat
diketahui secara pasti. Dalam hal ini, sastra klasik konsep awalnya lebih
mengarah untuk mempengarui suatu kelompok masyarakat agar mengikuti pada
kelompok tertentu, atas dasar menyampaikan ajaran-ajaran yang akhirnya dapat
mendogmatisasi kemudian menjalankannya secara taqlid, sehingga bagi literator
atau pencipta dari kalangan bukan abdi dalem keraton jarang mencantumkan nama
pengarang atau tahun penciptaan teks itu sendiri.
Teks klasik yang tulis
tangan ini dipandang sebagai hasil budaya masa lampau yang dinamakan dengan
manuskrip. Teks manuskrip merupakan suatu keutuhan dan di dalamnya banyak
menyimpan pesan atau ajaran tertentu. Pesan yang terbaca dalam teks secara
fungsional berhubungan erat dengan culture society dan dengan bentuk kesenian
lainnya. Dilihat dari makna yang dikandugnya, wacana yang berupa teks klasik
itu mengemban fungsi tertentu, yaitu pembentukan pola pikir, nilai kejujuran, nilai
kedisiplinan, nilai cinta kasih sesamanya, atau bahkan norma-norma lain, yang
bisa diaktualisasi (relevan) bila diterapkan dalam kehidupan pada masa
sekarang. Seperti apa yang terdapat dalam teks Syair Kanjeng Nabi (As. Ar. 12)
dan Aji Saka Versi Islam (As. Ar. 7), dalam teks manuskrip tersebut banyak
mengajarkan mengenai cara bersikap dan bertingkah laku yang baik, serta
digambarkan pula mengenai sikap dan tingkah laku yang semestinya tidak kita
dilakukan.
/2/
Menggali dan menemukan
kembali sumber-sumber budaya masa lampau dengan memperhitungkan kearifan lokal
(daerah) merupakan bagian dari upaya membangun identitas bangsa sebagai
landasan bagi pembentukan jatidiri bangsa, karena kearifan ini merupakan akar
suatu bangsa dalam pembentukan karakter dan akhirnya memunculkan suatu yang
kreatif dan intensif.
Dalam perspektif
historis, proses semacam itu tidak lepas dari ketergantungan daya dukung
masyarakat sebagai agen pewaris sekaligus pengembang kultural yang seharusnya
mampu bersikap plural akan dunia hiperrealitas, tetapi ada semacam imperatis
yang mendesak untuk diaktualisasikan dari berbagai sudut pandang bukannya
penjinakan sosial budaya atau sejenis tumbal modernitas.
Persoalan minat lagi-lagi
menjadi suatu kendala tersendiri, mengingat karagu-raguan atau bahkan
melestarikan suatu budaya lokal seringkali kurang bisa diuntungkan secara
meterial atau rasa gensi yang begitu tinggi, Prof. Sayuti menyebutnya sebagai
isu kemanusiaan yang bersifat sentral. Hal tersebut akan menjadi lebih jelas
takkala peneliti dari luar negeri saat ini banyak bergentayangan memburu dan
menggali berlian yang terkandung di dalam manuskrip (teks klasik). Kita
(masyarakat Indonesia) sudah merasa kesakitan terhadap perampasan dan
pembakaran manuskrip-manuskrip daerah yang dilakukan oleh pihak Kolonial akan
pelegitimasian seseorang yang haus kekuasaan, akhirnya berakibat pada teror
mental generasi berikutnya yang lebih memandang sikap apatis terhadap
manuskrip. Kondisi seperti ini—diperparah lagi dengan sikap masyarakat kita saat
ini yang selalu bersabar menunggu pihak asing untuk menggali sumber budaya
lokal dan akhirnya menentukan arah gerak sejarah Indonesia atau daerah.
Dari situasi yang seperti
itu, seharusnya kita bisa jadikan sebagai kristalisasi dan rasa nasionalisme,
bukan sekedar obrolan ”warung kopi” oleh para mahasiswa atau dosen yang
berkecimpung di ranah budaya atau filologi. Karena dengan cara demikian kita
dapat berkomunikasi dengan orang-orang pada abad lalu, atau semacam penghubung
terhadap orang pendahulu kita, salah satunya berupa manuskrip.
/3/
Tidak ada salahnya kita
belajar dari sejarah masa lampau, dari sini kita dapat memperoleh berbagai
macam informasi baik mengenai sejarah babad atau sejenisnya. Misalnya, kita
dapat mengisahkan tentang pembakaran buku keagamaan dan kesejarahan atas
perintah Sultan Demak sesudah Majapahit jatuh—sumber ini juga diperoleh dari
manuskrip, yaitu dalam salah satu episode manuskrip Babad Kediri.
Manuskrip di sini
diperankan sebagai sumber dari budaya itu sendiri, penggalian internalisasi
terhadap nilai-nilai yang terbentuk bertahun-tahun yang membentuk budaya, hal
ini akan tergerogoti oleh nilai-nilai luar apabila tidak dibarengi dengan
komitmen yang kuat. Karena budaya merupakan suatu cara pandang akan dunia dan
realitas yang dijalani saat ini atau sebagai word of view bagi pembentukan jiwa
seseorang.
Dasar budaya suatu
masyarakat itulah yang akhirnya membuka kemungkinan bagi demokrasi pluralisme
secara Nasional. Manuskrip atau sumber budaya lainnya— menjadikan kristalisasi
akan hal ini. Apabila kristalisasi ini benar-benar dipahami, maka akan
memberikan poin untuk menuju pintu gerbang sebagai masyarakat yang bangga
terhadap budaya daerah. Bukan suatu yang harus terbelakang dan rasa hormat yang
dibuat-buat atas segala sesuatu yang modern, Robson menyebutnya sebagai
masyarakat yang mempunyai rasa rendah diri budaya, padahal membentuk kebudaya
nasional tidak lepas dari puncak-puncak budaya daerah.
Namun, kita petut
berbangga diri dengan kondisi globalisasi yang semakin seragam ini, saudara
Fahrudin Nasrullah mampu memberikan sumbangan dengan mengungkap sejarah ludruk
Jombang—yang selama ini dianggap sebagai poros produk Jombang. Posisi harmoni
seperti ini akhirnya mampu memberikan suatu ”roh pembangunan” dengan
mengkristalisasi kearifan-kearifan lokal—yang selanjutnya budaya daerah
tersebut memiliki aspek definitif, yaitu budi dan daya. Budi merupakan bagian
dari sistem nilai dan estetika yang terwujud dalam perilaku. Sementara daya
merupakan keberdayaan buah tangan dari pemahaman hidup seseorang.
Sudah saatnya bagi pihak
yang sadar akan perstasi masa lampau—untuk segera melakukan gerakan atau
semacam reaksi penggalian dan melestarikan budaya daerah. Dalam hal ini,
Departeman Pendidikan Nasional, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Dewan
Kesenian, atau sanggar-sanggar budaya yang mempunyai orientasi signifikan untuk
meningkatkan kinerja dan kerjasamanya.
Dengan demikian, ajaran
”wulung”, ”niti”, atau ”tutur” dan beberapa kesenian daerah atau sumber budaya
(teks klasik) lainnya tetap menjadi sesuatu yang dikenal dan diaplikasikan oleh
generasi sekarang. Semangat ini akhirnya memberi penyimakan yang cermat akan
peninggalan-peninggalan masa lampau yang tetap relevan untuk dijadikan suatu
cerminan (kristalisasi), walaupun dengan kemasan yang agak berbeda, tetapi
tetap berpegang pada aspek budaya daerah dan mampu mempertahankan diri dari
sirkulasi alamiah.
***
*) Agus Sulton lahir di
Jombang, 1986. Status sebagai mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI
Jombang. Penggiat di Lingkar Study Warung Sastra (LISWAS, komunitas tulis dan
apresiasi sastra) Ngoro-Jombang. Kumpulan puisi pribadinya ”Tetesan Tinta Air
Mata” (ditulis dari tahun 2002-2005), ”Sketsa Tak Bermantra 1” (ditulis dari
tahun 2004-2006), ”Berhias Mata Kaca” (ditulis dari tahun 2006-2008), dan
“Kantin Pelatuk Naga” 2010. Karya lainnya berupa cerpen, esai, dan 1 novel
pribadi ”Rembulan Bernyanyi”. Saat ini tinggal dan berkarya, di Desa Rejoagung,
Kec Ngoro, Kab Jombang JATIM. http://sastra-indonesia.com/2010/08/teks-klasik-dan-pembentukan-budaya-daerah/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Muhaimin Iskandar
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Rodhi Murtadho
A.H. J Khuzaini
A.S Laksana
Aa Sudirman
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Achiar M Permana
Addi Mawahibun Idhom
Adhi Pandoyo
Adi W. Gunawan
Afrion
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Buchori
Agus Mulyadi
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wahyudi
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Baso
Ahmad Dahri
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Munjin
Ahmad Naufel
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadul Faqih Mahfudz
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhlis Purnomo
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Albert Camus
Alfathri Adlin
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Alimuddin
Amelia Rachman
Amie Williams
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andik Suprihartono
Andri Awan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ari Welianto
Arief Rachman Hakim
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Bahrum Rangkuti
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bonardo Maulana Wahono
Bre Redana
Budi Darma
Budiman Hakim
Buku
Bung Hatta
Bustan Basir Maras
Butet Kertaredjasa
Candrakirana
Capres Cawapres 2019
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahlan Iskan
Dahlan Kong
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Satika
Dian R. Basuki
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diponegoro
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodit Setiawan Santoso
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Doris Lessing
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Edisi Khusus
Edy A Effendi
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Ekwan Wiratno
el-Ha Abdillah
Enny Arrow
Erdogan
Esai
Esthi Maharani
Estiana Arifin
Evi Melyati
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahri Salam
Faisal Kamandobat
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Forum Santri Nasional
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galeri Sonobudoyo
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohammad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun el-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi
Gus Dur
Gusti Eka
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf
Halim HD
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamzah al-Fansuri
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Harris Maulana
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Herry Fitriadi
Herta Muller
Heru Kurniawan
Hesti Sartika
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
IAI TABAH
Ibnu Wahyudi
Idrus Efendi
Ignas Kleden
Iis Narahmalia
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Inung As
Irfan Afifi
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iwan Simatupang
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
Jawa dan Islam
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joni Ariadinata
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastra
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kadjie MM
Kalis Mardiasih
Kanti W. Janis
Karang Taruna Kedungrejo
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kedungrejo Muncar Banyuwangi
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Kembulan
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kitab Kelamin
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Buana Kasih
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas Selapan Sastra
Kopi Bubuk Mbok Djum
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lan Fang
Launching Buku
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Linda S Priyatna
Literasi
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lukisan
Lukman Santoso Az
M. Faizi
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M.D. Atmaja
Maduretna Menali
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maimun Zubair
Maiyah Banyuwangi
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Sitohang
Mario Vargas Llosa
Marsel Robot
Mas Garendi
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Max Arifin
Media Seputar Indonesia
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mianto Nugroho Agung
Mien Uno
Miftachur Rozak
Mihar Harahap
Mochtar Lubis
Moh. Husen
Moh. Jauhar al-Hakimi
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Sobary
Mohammad Rokib
Mohammad Wildan
Motinggo Busye
Muafiqul Khalid MD
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Alimudin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yunus
Muhidin M. Dahlan
Mukhsin Amar
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik
Munawir Aziz
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Ndix Endik
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Ninin Damayanti
NKRI
Nur Taufik
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Obrolan
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Pagelaran Musim Tandur
Palestina
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawon Seni
PDS H.B. Jassin
Pekan Literasi Lamongan
Pelukis Tarmuzie
Pendhapa Art Space
Pendidikan
Penerbit Pelangi Sastra
Pengajian
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Pungkit Wijaya
Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB)
Pustaka LaBRAK
Putu Fajar Arcana
R Giryadi
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Nur Hakim
Rani R. Moediarta
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Syaldo
Remy Sylado
Rendy Adrikni Sadikin
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Romel Masykuri Nur Arifin
Ronny Agustinus
Rosi
Rosihan Anwar
Rosmawaty Harahap
Roy Kusuma
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Faris
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanusi Pane
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sasti Gotama
Saut Situmorang
Saya
Sayyid Muhammad Hadi Assegaf
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Joko Suyono
Setia Budhi
Shiny.ane el’poesya
Shofa As-Syadzili
Sholihul Huda
Shulhan Hadi
Sihar Ramses Simatupang
Siti Aisyatul Adawiyah
Siwi Dwi Saputro
Soediro Satoto
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunardian Wirodono
Sunlie Thomas Alexander
Sunoto
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Taman Ismail Marzuki
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Afandi
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tere Liye
Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
TS Pinang
Tsani Fanie
Tulus S
Udo Z. Karzi
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Widie Nurmahmudy
Yanuar Widodo
Yanusa Nugroho
Yerusalem
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yoks Kalachakra
Yonathan Rahardjo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar