Senin, 14 Desember 2020

Teks Klasik Dan Pembentukan Budaya Daerah

Agus Sulton *
Radar Mojokerto
 
/1/
Penyebutan istilah ”klasik” pada teks-teks sastra atau teks sumber sejarah hakikatnya lebih berkenaan dengan masalah waktu. Apabila dilihat dari sifat pengungkapannya, dapat dikatakan bahwa kebanyakan isinya mengacu kepada sifat religius, histories, didaktis, dan belletri. Ini berarti bahwa penetapan periodisasi bagi periode sastra klasik tidak dapat dipastikan secara pasti, seperti apa yang terjadi dalam sastra Indonesia, mungkin karena penciptaan manuskrip tidak dapat diketahui secara pasti. Dalam hal ini, sastra klasik konsep awalnya lebih mengarah untuk mempengarui suatu kelompok masyarakat agar mengikuti pada kelompok tertentu, atas dasar menyampaikan ajaran-ajaran yang akhirnya dapat mendogmatisasi kemudian menjalankannya secara taqlid, sehingga bagi literator atau pencipta dari kalangan bukan abdi dalem keraton jarang mencantumkan nama pengarang atau tahun penciptaan teks itu sendiri.
 
Teks klasik yang tulis tangan ini dipandang sebagai hasil budaya masa lampau yang dinamakan dengan manuskrip. Teks manuskrip merupakan suatu keutuhan dan di dalamnya banyak menyimpan pesan atau ajaran tertentu. Pesan yang terbaca dalam teks secara fungsional berhubungan erat dengan culture society dan dengan bentuk kesenian lainnya. Dilihat dari makna yang dikandugnya, wacana yang berupa teks klasik itu mengemban fungsi tertentu, yaitu pembentukan pola pikir, nilai kejujuran, nilai kedisiplinan, nilai cinta kasih sesamanya, atau bahkan norma-norma lain, yang bisa diaktualisasi (relevan) bila diterapkan dalam kehidupan pada masa sekarang. Seperti apa yang terdapat dalam teks Syair Kanjeng Nabi (As. Ar. 12) dan Aji Saka Versi Islam (As. Ar. 7), dalam teks manuskrip tersebut banyak mengajarkan mengenai cara bersikap dan bertingkah laku yang baik, serta digambarkan pula mengenai sikap dan tingkah laku yang semestinya tidak kita dilakukan.
 
/2/
Menggali dan menemukan kembali sumber-sumber budaya masa lampau dengan memperhitungkan kearifan lokal (daerah) merupakan bagian dari upaya membangun identitas bangsa sebagai landasan bagi pembentukan jatidiri bangsa, karena kearifan ini merupakan akar suatu bangsa dalam pembentukan karakter dan akhirnya memunculkan suatu yang kreatif dan intensif.
 
Dalam perspektif historis, proses semacam itu tidak lepas dari ketergantungan daya dukung masyarakat sebagai agen pewaris sekaligus pengembang kultural yang seharusnya mampu bersikap plural akan dunia hiperrealitas, tetapi ada semacam imperatis yang mendesak untuk diaktualisasikan dari berbagai sudut pandang bukannya penjinakan sosial budaya atau sejenis tumbal modernitas.
 
Persoalan minat lagi-lagi menjadi suatu kendala tersendiri, mengingat karagu-raguan atau bahkan melestarikan suatu budaya lokal seringkali kurang bisa diuntungkan secara meterial atau rasa gensi yang begitu tinggi, Prof. Sayuti menyebutnya sebagai isu kemanusiaan yang bersifat sentral. Hal tersebut akan menjadi lebih jelas takkala peneliti dari luar negeri saat ini banyak bergentayangan memburu dan menggali berlian yang terkandung di dalam manuskrip (teks klasik). Kita (masyarakat Indonesia) sudah merasa kesakitan terhadap perampasan dan pembakaran manuskrip-manuskrip daerah yang dilakukan oleh pihak Kolonial akan pelegitimasian seseorang yang haus kekuasaan, akhirnya berakibat pada teror mental generasi berikutnya yang lebih memandang sikap apatis terhadap manuskrip. Kondisi seperti ini—diperparah lagi dengan sikap masyarakat kita saat ini yang selalu bersabar menunggu pihak asing untuk menggali sumber budaya lokal dan akhirnya menentukan arah gerak sejarah Indonesia atau daerah.
 
Dari situasi yang seperti itu, seharusnya kita bisa jadikan sebagai kristalisasi dan rasa nasionalisme, bukan sekedar obrolan ”warung kopi” oleh para mahasiswa atau dosen yang berkecimpung di ranah budaya atau filologi. Karena dengan cara demikian kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang pada abad lalu, atau semacam penghubung terhadap orang pendahulu kita, salah satunya berupa manuskrip.
 
/3/
Tidak ada salahnya kita belajar dari sejarah masa lampau, dari sini kita dapat memperoleh berbagai macam informasi baik mengenai sejarah babad atau sejenisnya. Misalnya, kita dapat mengisahkan tentang pembakaran buku keagamaan dan kesejarahan atas perintah Sultan Demak sesudah Majapahit jatuh—sumber ini juga diperoleh dari manuskrip, yaitu dalam salah satu episode manuskrip Babad Kediri.
 
Manuskrip di sini diperankan sebagai sumber dari budaya itu sendiri, penggalian internalisasi terhadap nilai-nilai yang terbentuk bertahun-tahun yang membentuk budaya, hal ini akan tergerogoti oleh nilai-nilai luar apabila tidak dibarengi dengan komitmen yang kuat. Karena budaya merupakan suatu cara pandang akan dunia dan realitas yang dijalani saat ini atau sebagai word of view bagi pembentukan jiwa seseorang.
 
Dasar budaya suatu masyarakat itulah yang akhirnya membuka kemungkinan bagi demokrasi pluralisme secara Nasional. Manuskrip atau sumber budaya lainnya— menjadikan kristalisasi akan hal ini. Apabila kristalisasi ini benar-benar dipahami, maka akan memberikan poin untuk menuju pintu gerbang sebagai masyarakat yang bangga terhadap budaya daerah. Bukan suatu yang harus terbelakang dan rasa hormat yang dibuat-buat atas segala sesuatu yang modern, Robson menyebutnya sebagai masyarakat yang mempunyai rasa rendah diri budaya, padahal membentuk kebudaya nasional tidak lepas dari puncak-puncak budaya daerah.
 
Namun, kita petut berbangga diri dengan kondisi globalisasi yang semakin seragam ini, saudara Fahrudin Nasrullah mampu memberikan sumbangan dengan mengungkap sejarah ludruk Jombang—yang selama ini dianggap sebagai poros produk Jombang. Posisi harmoni seperti ini akhirnya mampu memberikan suatu ”roh pembangunan” dengan mengkristalisasi kearifan-kearifan lokal—yang selanjutnya budaya daerah tersebut memiliki aspek definitif, yaitu budi dan daya. Budi merupakan bagian dari sistem nilai dan estetika yang terwujud dalam perilaku. Sementara daya merupakan keberdayaan buah tangan dari pemahaman hidup seseorang.
 
Sudah saatnya bagi pihak yang sadar akan perstasi masa lampau—untuk segera melakukan gerakan atau semacam reaksi penggalian dan melestarikan budaya daerah. Dalam hal ini, Departeman Pendidikan Nasional, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Dewan Kesenian, atau sanggar-sanggar budaya yang mempunyai orientasi signifikan untuk meningkatkan kinerja dan kerjasamanya.
 
Dengan demikian, ajaran ”wulung”, ”niti”, atau ”tutur” dan beberapa kesenian daerah atau sumber budaya (teks klasik) lainnya tetap menjadi sesuatu yang dikenal dan diaplikasikan oleh generasi sekarang. Semangat ini akhirnya memberi penyimakan yang cermat akan peninggalan-peninggalan masa lampau yang tetap relevan untuk dijadikan suatu cerminan (kristalisasi), walaupun dengan kemasan yang agak berbeda, tetapi tetap berpegang pada aspek budaya daerah dan mampu mempertahankan diri dari sirkulasi alamiah.
***
 
*) Agus Sulton lahir di Jombang, 1986. Status sebagai mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Jombang. Penggiat di Lingkar Study Warung Sastra (LISWAS, komunitas tulis dan apresiasi sastra) Ngoro-Jombang. Kumpulan puisi pribadinya ”Tetesan Tinta Air Mata” (ditulis dari tahun 2002-2005), ”Sketsa Tak Bermantra 1” (ditulis dari tahun 2004-2006), ”Berhias Mata Kaca” (ditulis dari tahun 2006-2008), dan “Kantin Pelatuk Naga” 2010. Karya lainnya berupa cerpen, esai, dan 1 novel pribadi ”Rembulan Bernyanyi”. Saat ini tinggal dan berkarya, di Desa Rejoagung, Kec Ngoro, Kab Jombang JATIM. http://sastra-indonesia.com/2010/08/teks-klasik-dan-pembentukan-budaya-daerah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar