Senin, 19 Juli 2021

9 Pertanyaan untuk Sapardi Djoko Damono

: “Sastra Menciptakan Dunianya Sendiri”
 
Grathia Pitaloka
jurnalnasional.com
 
HAMPIR 30 tahun Sapardi Djoko Damono bergaul dengan hujan, tetapi ada saja rahasia yang belum ia ungkap dari jarum-jarum air itu. Lelaki yang Maret mendatang genap berusia 69 tahun ini sadar makna hujan tak seutuhnya dapat diringkus dalam bahasa.
 
Mungkin sunyi adalah salah satu isyarat yang berhasil ditangkap Sapardi dari hujan. Bersama sunyi, sulung dari dua bersaudara ini melatih kepekaan inderanya untuk lebih sensitif. Berlatih untuk dapat mendengarkan denting yang paling lembut.
 
Dari sunyi itu juga sebagian puisi Sapardi lahir. Karya yang disebut oleh banyak orang sebagai puisi liris karena memproses perkembangan pikiran dan perasaan yang subtil. Berikut petikan obrolan Sapardi dengan Jurnal Nasional di Jakarta, beberapa waktu lalu.
 
1. Apa kesibukan Anda sekarang?
 
Saat ini saya sedang menikmati hidup. Saya tidak lagi mengajar atau memegang jabatan tertentu sehingga lebih punya banyak waktu untuk kegiatan-kegiatan personal seperti menulis, melukis, atau bermain musik. Saya terus menulis karena dengan itu saya dapat terus belajar. Saya tidak ingin berhenti pada satu titik saja. Oleh karena itu, saya mewajibkan diri untuk terus berproses supaya saya bisa terus berkembang.
 
2. Apa ada rencana untuk meluncurkan buku baru atau membuat pameran?
 
Rencananya dalam waktu dekat saya akan meluncurkan dua kumpulan sajak saya. Beberapa puisi pernah dimuat di harian ibu kota. Beberapa teman juga mengajak saya untuk membuat pameran lukisan, tetapi tawaran itu belum saya terima.
 
3. Anda membutuhkan waktu khusus untuk berkarya?
 
Tidak. Saya tidak memerlukan waktu atau tempat khusus untuk menulis. Saya juga tidak pernah mematok berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah karya. Semuanya saya biarkan mengalir. Berjalan sesuai proses. Oleh sebab itu, karya-karya saya, terutama puisi, tercipta dalam jangka waktu yang berbeda-beda. Ada yang lahir dalam waktu singkat, namun ada pula yang membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun. Saya punya kebiasaan untuk terus-menerus memperbaiki agar dapat menghasilkan yang terbaik.
 
4. Menurut Anda bagaimana kondisi sastra Indonesia saat ini?
 
Saya rasa sastra Indonesia saat ini sedang berada pada kondisi yang menggembirakan. Banyak lahir para penulis baru yang memberikan warna segar di dunia sastra Tanah Air. Banyaknya karya sastra dari luar yang masuk ke Indonesia juga turut memacu kemajuan sastra Tanah Air. Para penulis jadi memiliki lebih banyak literatur dan tidak menjadi katak dalam tempurung.
 
5. Bagaimana pendapat Anda mengenai komentar bahwa pembaharuan puisi Indonesia terhenti pada Afrizal Malna?
 
Kita tidak bisa mengharapkan pembaharuan akan muncul setiap saat. Pembaharuan itu dapat terjadi dalam waktu bertahun bahkan, berpuluh tahun. Dulu pada awal tahun 90-an Afrizal Malna melakukan pembaharuan dengan sajak-sajaknya, tetapi pembaharuan itu tidak berdiri sendiri melainkan bagian dari proses.
 
Setelah Afrizal pembaharuan terus berlanjut. Itu dapat dilihat pada sajak-sajak Joko Pinurbo. Setelah itu saya yakin pasti akan lahir lagi penyair yang membuat pembaharuan. Sastra itu sebuah proses panjang yang berjalan dengan pelan. Perubahannya terjadi sangat lembut dan mesti dilihat secara cermat.
 
Akhir-akhir ini saya sering membaca surat kabar dan menemukan banyak anak muda yang memiliki potensi. Bisa berkembang atau tidak tergantung kemauan mereka untuk belajar. Untuk menjadi penulis yang baik, seseorang harus rajin membaca. Membaca membuat seseorang menjadi kritis dalam berpikir. Kekritisan itu penting dalam proses belajar karena jika tidak mereka tidak akan naik tingkat.
 
6. Apakah untuk membuat sesuatu yang baru harus “membunuh” yang sudah ada sebelumnya?
 
Jangan menyamakan sastra dengan olahraga. Untuk mengalahkan rekor loncat satu meter seseorang harus loncat minimal dua meter. Dalam sastra tidak seperti itu, menurut saya itu absurd. Kalau pun sudah “dibunuh” saya rasa semua orang setuju jika karya Chairil masih tetap memikat. Sastra itu sebuah labirin proses, satu sama lain berkembang tidak dengan saling mematikan.
 
7. Bagaimana dengan kondisi sastra daerah saat ini?
 
Tidak menyenangkan. Jarang sekali majalah atau buku yang terbit dalam bahasa daerah. Kalau pun ada peredarannya tidak begitu luas dan biasanya hanya untuk kalangan terbatas. Oleh karena itu, banyak penulis lebih memilih untuk menulis dalam bahasa Indonesia.
 
Menurut saya itu adalah sesuatu hal yang tidak bisa dipaksakan, bahkan suatu saat mungkin harus direlakan. Hakikat dari sebuah bahasa dia akan ada kalau terus dipakai dan perlahan akan punah bila tidak digunakan.
 
8. Apa punahnya sastra daerah bermuara dari butanya generasi muda terhadap bahasa daerah?
 
Sekarang kita sehari-hari komunikasi pakai bahasa apa? Tayangan televisi pakai bahasa apa? Koran-koran pakai bahasa apa? Saya rasa wajar jika mereka lebih akrab dengan bahasa Indonesia karena memang itulah yang sehari-hari mereka gunakan. Memang dalam perjalanannya pasti ada korban. Tetapi, korban di sini tidak dalam konteks baik buruk karena beberapa bahasa di dunia juga mengalami hal yang serupa, punah. Saya rasa kepunahan merupakan sesuatu hal yang biasa, tidak perlu ditangisi. Namun, kalau masih ada yang mau mempertahankan ya bagus.
 
9. Benarkah sastra daerah memperkuat perkembangan sastra Indonesia?
 
Kita tidak bisa memperkuat satu jenis sastra melalui sastra lain. Sastra menciptakan dunianya sendiri. Satu sama lain memang jadi bagian yang tidak terpisahkan, namun tetap tidak terjalin satu hubungan yang saling menguatkan. Sastra satu tidak bisa menyumbang untuk sastra lain.
***

http://sastra-indonesia.com/2009/02/9-pertanyaan-untuk-sapardi-djoko-damono/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar