Minggu, 11 Juli 2021

Ibu Kota Buku

Muhidin M. Dahlan *
jawapos.com
 
Beirut, kota yang kerap dikutuk sebagai salah satu ibu kota yang paling rajin memproduksi teror dan kekerasan di kawasan samudera pasir, menjelma menjadi kota buku paling semarak di tahun ini. Ibu kota Lebanon itu terpilih sebagai ibu kota buku dunia (World Book Capital) oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
 
Program yang bernama ”a city the World Book Capital for year” ini sudah berlangsung sejak 2001. Kota Madrid menjadi kota pembuka untuk pelaksanaan program ini. Lalu berturut-turut Alexandria (2002), New Delhi (2003), Antwerp (2004), Montreal (2005), Turin (2006), Bogot? (2007), Amsterdam (2008), dan sekarang Beirut.
 
Pemilihan kota itu bukan disandarkan pada sistem kompetisi, melainkan lewat mekanisme penunjukan. Untuk kepentingan itu UNESCO membentuk sebuah dewan bersama yang digandeng dari beberapa lembaga perbukuan internasional berwibawa. Di antaranya: International Publishers Association (IPA), International Booksellers Federation (IBF), dan International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA).
 
Dewan bersama itulah yang kemudian menggodok kota-kota yang layak dijadikan sebagai ibu kota buku saban tahun berjalan. Bahkan untuk 2010, dewan ini sudah menetapkan ibu kota buku dunia berikutnya, yakni Ljubljana (Slovenia).
 
Kota yang ditunjuk itulah yang mendapat kesempatan merayakan buku dengan caranya masing-masing selama setahun. Beirut sendiri, seperti dikabarkan situs resminya, menggelar di seluruh penjuru kota sekira 120 peristiwa buku.
 
Memang mengejutkan keterpilihan Kota Beirut. Belasan tahun kota ini menjadi panggung teater perang sipil yang menakutkan, pabrik bom mobil, dan dentum banalitas kekerasan lainnya yang tak putus-putus merundung.
 
Tapi bagi mereka yang memahami agak lebih dalam jiwa Beirut, akan tahu bahwa jangkar dunia sastra dan tradisi intelektual Timur Tengah pernah tertancap di batin kota ini. Menurut penulis Beirut Fragments: A Memoir–yang fragmennya pernah dimuat di New York Review of Books pada 1990, Jean Said Makdisi, kawasan Hamra yang menjadi pusat gravitasi kota tak bisa diabaikan perannya sebagai kawasan ”an almost boundless tolerance and freedom of thought”.
 
Sejak 23 April 2009 hingga 23 April 2010, kalimat Said Maksidi itu seperti menemukan jawabannya. Ke-120 peristiwa buku yang digelar menunjukkan bahwa Beirut adalah kota literasi yang kaya dan layak diperhitungkan. Di sana pelbagai ajang perbukuan dipertontonkan. Seperti konferensi internasional aktivis buku dan kebudayaan ihwal konflik Arab-Israel, training perpustakaan dan seminar taman bacaan, dialog audiobooks untuk kalangan buta, dunia penerjemahan Beirut, akar dan perkembangan pers, buku anak, festival puisi dan prosa, festival akbar seni rupa, patung, musik, dan seni video, dan seterusnya.
 
Dengan mandat keterpilihan sebagai ibu kota buku itu, pemerintahan Kota Beirut memiliki privelese mengundang para penulis dan penerbit-penerbit beken di seantero dunia, seperti para penyair Mexico dan Jerman, novelis Prancis, penerbit-penerbit dari Italia dan Mesir, desainer dan ilustrator buku dari Spanyol dan Swiss, aktivis-aktivis buku dari Belanda, toko-toko buku di kawasan serumpun seperti Aljazair, Maroko, Siria, Tunisia, dan Uni Emirat Arab.
 
Yang tak bisa dilupakan bahwa rahim Beirut pernah melahirkan pujangga besar dunia, Gibran Khalil Gibran, yang dalam satu putaran hidupnya telah menyumbang literasi cinta dan perdamaian yang paling menakjubkan di dunia. Pada momentum ini kemudian Gibran National Committee membuat semacam Gibran Fest dengan menampilkan wajah produksi karya-karya Gibran yang telah diterjemahkan ke hampir seluruh bahasa dunia. Termasuk salah satunya yang paling tajir penerjemahan Gibran adalah Indonesia. Saking tajirnya, karya-karya Gibran yang bersifat cinta-sufistik itu menjelma menjadi karya-karya anak remaja yang gaul abis. Tentu itu bukanlah ulah Gibran, melainkan kreasi penerbit-penerbit mini di Indonesia yang memodifikasi Gibran semau-maunya menjadi ini dan itu.
 
Seakan mengembalikan spirit damai yang diteaterkan karya-karya Gibran di panggung literasi dunia, pemerintah kota dibantu para aktivis buku dan kebudayaan, LSM, dan kantong-kantong kreativitas Beirut menjadikan ajang World Book Capital sebagai jawaban dari kebudayaan dan dunia buku atas konfrontasi yang tiada akhir antara Arab-Israel. Usaha ini sekaligus meneguhkan kredo bahwa buku bisa menyatukan dan mengukuhkan keragaman, sementara politik rasialisme memisahkan, mempertajam gap keragaman, dan mengobarkan perang.
 
Untuk perayaan keragaman itu pemerintahan Kota Beirut memiliki privelese mengundang para penulis dan penerbit-penerbit beken di seantero dunia, seperti para penyair Mexico dan Jerman, novelis Prancis, penerbit-penerbit dari Italia dan Mesir, desainer dan ilustrator buku dari Spanyol dan Swiss, aktivis-aktivis buku dari Belanda, toko-toko buku di kawasan serumpun seperti Aljazair, Maroko, Syria, Tunisia, dan Uni Emirat Arab.
 
Dan Beirut pun berpesta dan menari mabuk dengan buku sepanjang tahun. Di posisi ini, Unesco, sebagai jangkar gagasan, telah menjembatani jalan toleransi lewat dunia buku di tanah lahirnya para nabi monoteistik yang terus-menerus sangsai di ujung teror.
 
Di atas semua itu, program ini bisa juga kita baca sebagai ikhtiar membangkitkan kehangatan tradisi sebuah kota, merangsang daya intelegensi dan kreativitas, dan memberi identitas baru pada sebuah kota di mana identitas itu dirayakan, dijaga, dan dipundaki secara kolektif oleh seluruh eksponen warganya.
 
Di Indonesia, pemberian identitas atas sebuah kota bukan soal asing lagi. Umumnya yang cukup terkenal mengidentifikasi kota dengan makanannya (Kota Gudeg/Jogjakarta, Kota Tahu/Kediri, Kota Pecel/Madiun), dengan alam geografisnya (Kota Seribu Satu Gua/Pacitan, Kota Jati/Blora), keseniannya (Bumi Reog/Ponorogo), agama dan pendidikan (Kota Serambi Mekkah/Aceh, Kota pelajar/Jogjakarta dan Malang), naskah kuna (Tambo Minang/Padang, Bukittinggi; La Galigo/Makassar; Negarakrtagama/Mojokerto, Babad Tanah Djawi/Solo-Jogjakarta; Perang Syabil/Aceh; Hikayat Hang Tuah/Riau; Hikayat Banjar/Banjarmasin), dan seterusnya.
 
Dalam konteks ini, barangkali penting bagi para pemangku dunia perbukuan dan kebudayaan dengan bekerja sama dengan pemerintah kota setempat memikirkan kembali bagaimana memberikan denyut kota dengan buku secara bergiliran setiap tahun dengan menjadikannya sebagai ibu kota buku.
 
Modal yang kita punyai sebetulnya sudah cukup. Setiap tahun banyak sekali aktivitas perbukuan yang digelar oleh banyak kota. Sebut saja Book Fair yang sudah dilakukan secara reguler di Jakarta, Jogjakarta, dan beberapa kota lainnya. Beberapa festival juga saban tahun dilakukan, misalnya Ubud Writers & Reader Festival, kompetisi Khatulistiwa Award, penghargaan Prosa Terbaik Dewan Kesenian Jakarta, bienalle-bienalle seni rupa, festival-festival film (JIFFEST, Jogja-NETPAC Asian Film Festival, FFI, Festival Film Bandung), festival perpustakaan dengan menganugerahi perpustakaan publik terbaik yang dilakukan Perpustakaan Nasional. \
 
Ada juga pertemuan tahunan komunitas-komunitas buku (komunitas blog buku, penerjemah, editor, penulis, penyair, cerpenis, asosiasi penerbit independen, peresensi, dongeng Nusantara, dan sebagainya).
 
Sementara itu, saban tahun untuk memperingati Hari Buku Internasional (23 April) dan Buku Nasional (17 Mei) Forum Indonesia Membaca selalu merayakan semacam festival literasi selama sepurnama di mana tahun ini dipusatkan di Gedung Bank Mandiri di Kota Tua Jakarta Kota.
 
Nah, saatnya kini untuk mengambil sebuah langkah berani mencetuskan program perbukuan baru yang massif dalam program dan terencana-satu dalam jaringan. Selain memberi denyut baru pada sebuah kota, mandat ”Ibu kota Buku” ini memberikan privelese kepada pemerintah dan warga di sebuah kota yang terpilih untuk memanggil para penggiat dunia buku, literasi, kesenian, dan industri-industri kreatif lainnya untuk menyelenggarakan aktivitas tahunannya dalam satu kota secara bersama-sama.
 
Barangkali, ini salah satu cara kita menghidup-hidupkan nyala tahunan sebuah kota dengan buku.
***
 
*) Kerani di Indonesia Buku [I:BOEKOE]. Berdiam di Jogjakarta. http://sastra-indonesia.com/2009/05/ibu-kota-buku/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar