Selasa, 27 Juli 2021

NIETZSCHE, AKU TETAP DIET

Nurel Javissyarqi
https://pustakapujangga.com/2009/09/nietzsche-i-stay-in-diet/
 
(I) Nietzsche, obor apa yang kau nyalakan,
hingga kerajaan jiwaku lebur; bersamamu aku menjelma abu.
 
(II) Kotoran memuakkan, membanjiri otak dan pedang;
usang sudah, tiada pecahan cermin memantulkan cahaya.
 
(III) Dalam kandas, aku cacing gemuk berpesta di ladangmu.
Aku dan kau; sembunyi di balik hitamnya lumpur
atas panasnya matahari.
 
(IV) Yang porak-porandakan nurani,
kenapa membangun pondasi? Dan buat apa berbaju sutra?
Sedang kebinalanmu menjadikan warna tak sekadar penggoda.
 
(V) Dalam lembar tersobek lain, memandang beda
di sudut fikiran; bukankah bola bergerak memutar,
atau kincir air mengalirkan daya listrik?
Jangan taruh di kepala, sebelum temukan ujung samudra,
sebab tiada lain, renung itu butiran garam;
kembali ia, mendekat kepada matahari.
 
(VI) Senjakala berhala di selat Dwipa,
menyeretmu dewa-dewi menggerogoti bulan,
dan bayang-bayang mengerang dalam pekat;
tubuh-tubuh dendam menggigil keluar padat.
 
(VII) Seramai-ramainya yang sembahyang
mengelilingi bulan, berkeliaran di langit biru;
harum nyawamu sekuntum kantil di awan,
adalah pernah hilang di tamansari.
 
(VIII) Sengaja mengajakmu ke relung terdalam,
sebelum kau tersadar bersamanya;
seberapa jarak usia kita melangkah,
antara waktu-tempat mereka perkirakan,
bagi kepasrahanmu menentukan berjumpa.
 
(IX) Kabut jaman menebal di setiap kesegaran pagi,
membuyar oleh terangkatnya bola matahari kepadamu,
segaris mengingatkan tersesat, begitu kebodohan gelap.
 
(X) Senja, senjakala, merah melipat-lipat mega,
inilah amarah gila cakrawala dikelam timur raya,
atas masa-masa menggantungkan ingatan,
ketika rindunya malam dalam dada jaman.
 
(XI) Engkau endapkan kenyataan memaksa,
menancapkan tulang di kedalaman bumi kesadaran;
inilah mitos, atau ikan-ikan khianat goyangan ombak,
terdampar kering, hangus di pesisir.
 
(XII) Kekupu mengecup kemolekan bunga di taman,
yang penuh asmara warna, bergerak estetika Jerman,
kumaksud Gandring menyala di medan percintaan;
mengumpulkan awan, kuda gelombang angin lautan
kepada malam-malam berkurang, hanya kejora di matamu.
 
(XIII) Terlunta kata di gurun lelah menginjakkan cahaya,
olehnya tidurlah sebentar, agar malam berpeluk ia percaya;
selain bunga-bunga padma, kembang lain tiada merekah,
maka marilah bertemanan, sebelum dunia bertenggelam.
 
(XIV) Dewa-dewi murka, kala ada
menggosok-gosokkan purnama di pucuk-pucuk cemara,
pada cakar pohon gersang, terlaksana keangkuhan dunia.
 
(XV) Batu melambung, hindarilah mata lembing;
sebaiknya rasan-rasan diri ketika asyik menyendiri,
kala merasai rerumputan hikmah, dan marilah
mendesak maju, di medan perang kebijakan.
 
(XVI) Serentak kata-kata menghujam,
ini rajaman abadi; aku bersamamu dan mereka
memakan daging merasakan terbang bersama.
Dalam lambung kebutaan; aku diseret angin
melampaui ketinggian gelombang. Tak pernah
kumendarat, pada pintu yang hilang oleh gusar.
 
(XVII) Ke sana ke mari balon udara;
ini hutang moyang bagi anak-anaknya,
dan ritual suci mendekati kehancuran.
Di sini tempat berperang, dilahirkan-dimatikan.
 
(XVIII) Langit senja, lepas bayangmu menghadap,
pada lantai marmer pendapa pengadilan;
seorang timur hilang ketimurannya,
seorang barat hilang kebaratannya,
melindasi jaman ke pintu seterusnya,
ada dunia baru lebur, menuju keutamaan.
 
(XIX) Racun gelap kelaparan, menggeleparkan sayap
kekuatan, menyisakan lempengan tulang-belulan,
dan urat nadi terputus, membebaskan lainnya.
 
(XX) Pada pemberhentian waktu, gairah hayat berganti;
rantai baja tahan karat, dilumasi minyak torehan warna,
reinkarnasi pengetahuan berputar dari jaman ke jaman,
memasukkan gelombang ke dalam gelombang lautan.
 
(XXI) Penari waktu, cahaya menyeluruh,
hujan bermata seribu atas deru segenggam debu,
nyawa-nyawa bebijian jagung bersatu warangka ruh,
kepada batang menanjaki dewasa; kekuncup temanten
berkabar berita, akan bebijian ranum berbagi kecantikan
nan sahaja, kepada pedusunan pinggiran kota.
 
(XXII) Kini masa mempercepat cahaya gelombang,
kilatan kerikil terpecahkan, berdenting ke telinga jiwa,
atas serat-serat sukma bertemunya kasih sayang sesama
yang menyatukan partikel-partikel aura kata-kata pujangga.
 
(XXIII) Aku terus menyeret kantuk yang sarat,
melampaui malam hingga bentukan purnama;
takkan mengucur kecuali digali,
takkan mendengkur kecuali lalai,
takkan bercinta kecuali tersenggol hati.
 
(XXIV) Penumpukan bebatuan candi demi kuasa legenda,
yang memenggal berhala, kenapa masih sesembah arwah?
Purnakan senjamu di ufuk pertanggungan bentuk ganjil,
jangan kau rawat balik.
Tidakkah rumah laba-laba kehujanan-kepanasan?
Engkau berlari ke sana ke mari demi kekuasaan,
racun ganas melekat erat, di ruang jabat tangan.
 
(XXV) Di bukit perubahan, tangan angin kepada yang lain,
bergerak tak ubahnya wewarna bunga-bunga di air telaga,
atau di kebun belakang, bercangkul pada batok kepala.
 
(XXVI) Seekor kelelawar lamban mengepak; ditinggalkan
anak-anaknya memorak-porandakan kota-kota lama.
 
(XXVII) Burung dara terbang mengikuti gerak tangan
tuannya; pencarian tujuan baru, semusim berubah terlaksana.
 
(XXVIII) Pagi-pagi datang kepadamu,
dari mimpi semalam menikmati kesadaran,
degup terangkum arti dalam alunan keseimbangan;
putik-putik menyapa, kekupu bersalam mentari senja,
pada tubuh ketenangan telaga, kau dunia penuh warna.
 
(XXIX) Kau cemooh Socrates dengan dialektikanya.
Tidakkah kesadaran tempomu mengikuti tariannya?
Ini serangga dalam kuluman bibir teratai; di atas kertas
berdiam diri, sedang embun itu samudera kerinduannya.
 
(XXX) Aku bukan tergantung konstruksi kata-kata;
Apakah kau kira sebuah bangunan memang benar?
Bukankah kau lihat sebagian atap dibocorkan;
kunang-kunang memperbaharui ruh cahayanya,
bukan bentuk, tapi lebih ke dalam aroma sentausa.
 
(XXXI) Benar ucapanmu, kuasa atas ayunan nilai dedaun,
namun yang bernafas kau ingkari; keluguanmu
di bawah Socrates dan Plato, dan engkau
lebih dari gaya kemerosotan nilai-nilai.
 
(XXXII) Kenekatanmu sejajar Vincent Van Gogh,
maka kumerangsek dada; menginjak rumput sama tegak,
pastikan senjakala kematian, pada kilatan pedang serupa.
Sekuat rumput patah ditegakkan,
kawan Voltaire merentangkan tangan kita,
kini sudah, sebelum mereka muntah, dan aku
tetaplah diet, tak makan dagingmu Nietzsche.
 
22 Oktober 2000

http://sastra-indonesia.com/2008/11/nietzsche-aku-tetap-diet/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar