Rabu, 04 Agustus 2021

Imajinasi Kematian Para Penyair

Ahmad Naufel *
riaupos.co
 
Kematian adalah peristiwa kelahiran kembali jiwa menuju muara keabadiannya. Karena itu, ia mengandung mozaik ketakterhinggan di mana nalar tidak akan bisa menjangkaunya. Sebab, kematian ada lah muara dari segala gemuruh yang tertampung dalam hidup ini. Ada-menuju-Kematian (Sein-zum-Tode) demikian kata filsuf-metafisikus Jerman, Martin Heidegger.
 
Kematian menjadi jarak pemi sah antara rasa yang dialami ja sad dan rasa yang akan dialami ruh. Ia adalah momen transisi atau rentang peristiwa tentang keterputusan yang menyimpan misteri. Kematian sebagai misteri sulit diungkap karena pengalaman manusia tidak akan pernah menembusnya.
 
Hanya saja imajinasi manusia tentang kematian tidak pernah berhenti, tetap berhembus dari zaman ke zaman. Penglihatan secara fisik tentu akan menimbulkan rasa getir, gemetar dan takut hingga termanifestasikan dalam bentuk spiritualitas. Muncullah agama untuk menawarkan ketenangan bagi manusia yang akan menuju lorong eskatologis itu.
 
Penyair Pakistan, Muhammad Iqbal mengafirmasinya dengan larik sajaknya: Kukatakan padamu tanda seorang mukmin/ Bila maut datang, akan merekah senyum di bibir/ Meninggal dalam suasana tenang/ Dengan senyum mengembang di bibir. Agama di sini dikonstruksikan oleh Iqbal sebagai oase yang menyejukkan, yang akan meng antarkan manusia ke depan ambang kebahagiaan abadi. Seolah-olah mereka yang mati dengan bibir tersenyum telah paripurna dengan ilusi duniawi. Dan jiwa kembali ke peraduan keabadiannya dengan tenang.
 
Eksistensi manusia memberi suntikan kuat bagi timbulnya imajinasi tentang kematian. Tetapi imajinasi itu tidak akan sampai pada hakikat yang dikehendakinya, yaitu, menyingkap tabir misteri kematian secara gamblang tanpa tedeng aling-aling. Labirin masa depan yang misterius itu meskipun tanpa dikehendaki tetap akan datang dan tak ada yang bisa membendungnya. Kecongkakan Ramses II untuk hidup selama-lama nya dan menjadi abadi pada akhirnya tertelan oleh misteri kematian. Karena dia tidak sadar bahwa menjadi abadi harus mati terlebih dahulu.
 
Lonceng kematian yang datang secara tiba-tiba telah mengilhami Subagyo Sastrowardoyo melahirkan larik: Dan kematian makin akrab. Membaca larik sajak Subagyo, kita ditarik untuk terus me nyadari bahwa hari-hari yang dilalui manusia adalah pergulatan dengan kematian.
 
Namun, kematian tidak melulu identik dengan kemencekaman. Kematian tetaplah suatu peristiwa yang selalu mengundang reaksi dan pemberian makna. Lepasnya jiwa dari jasad semata-mata adalah momen menuju kelahiran kehidupan baru yang tidak lagi inheren dengan perangkap du niawi. Dalam Puisi Kematian Rabindranath Tagore (2015), Raka Santeri menyebut bahwa bagi Rabindranath Tagore, penyair Asia peraih Nobel sastra 1913, jiwa bukanlah sesuatu yang abs trak, tetapi kongkret, layaknya wujud seorang ibu. Sedangkan kematian adalah pelukannya untuk memberi kelahiran baru.
 
Lain halnya dengan pengamatan saintifik-medis yang akan menjustifikasi bahwa kamatian tidak akan pernah dirasakan tanpa diala mi karena hanya dilihat dari sisi fisik dan bilogisnya. Sedangkan yang mengalami, telah terkubur dan tidak akan bangkit untuk menceritakan peristiwa yang dialaminya.
 
Tanpa melalui penghayatan dan lompatan imajinasi, kematian akan menjelma sesuatu yang mengerikan. Berbeda bagi sejumlah penyair yang menghidangkannya dengan narasi yang seolah-olah telah dan akan dialaminya dengan suasana estetis walaupun tetap dalam balutan misteri. Nuansa estetis kematian kian menemukan pijakannya lewat larik sajak Aslan Abidin: Tak ada yang mencintaimu setulus kematian. Aslan berhasil menghempas suasana getir dengan menawarkan romantika yang berjejak dalam setiap dimensi tentang kematian.
 
Chairil Anwar dalam Yang Terhempas dan Putus (1949) menulis: Di Karet di Karet (daerahku y. a. d) sampai juga deru dingin. Karet memang jadi tempat Chairil dimakamkan. Baginya kematian bukanlah suatu ancaman dan tidak perlu takut menghadapinya. Kesadaran Chairil akan kepastian datangnya kematiaan menjadi alasan bahwa hidup harus dihayati seda lam-dalamnya. Agar dapat merasakan manisnya intisari hidup ini.
 
Sajak Chairil tersebut mengi ngatkan juga pada sajak Kriapur Kupahat Mayatku di Air (1981): kupahat mayatku di air/ namaku mengalir/ pada batu dasar kali kuberi wajahku/ pucat dan beku. Sajak ini menjelma semacam deja vu, yang pada ahirnya kecelakaan merenggut nyawa Kriapur dan menenggelamkannya ke dasar kali bagaikan bait-bait sajaknya yang pucat-pasi.
 
Di dalam genggaman para penyair, kematian menjelma sebagai peristiwa yang tidak harus ditakuti. Kematian adalah pemantik spirit agar dinamika hidup ini harus diisi dengan nuansa yang bermakna. Tetapi, ketumpulan imajinasi dan pudarnya penghayatan akan menenggelamkan seseorang dalam lautan kengerian saat berbicara tentang ihwal kematian. Agama mampu menjadi wahana yang meneduhkan bagi orang yang penghayatannya benar-benar mendalam. Jika tidak, kita hanya menjalani ritual dalam kehampaan.
 
Ketidakmungkinan untuk menegasi kematian membuat kita harus mengafirmasinya. Tetapi afirmasi yang dilakukan juga tidak disandarkan pada kehendak individualisme destruktif demi kepentingan dirinya sendiri, seperti yang dilakukan individu atau perusahaan yang membakar hutan yang menyebabkan masyarakat terpapar asap di Sumatera dan Kalimantan. Nyawa tidak bisa ditukar dengan segala ihwal kebendaan. Bagi korban asap atau bahkan Wiji Thukul kematian adalah kebenaran.
 
Jika hidup telah berhasil dimaknai dengan mengaksentusi kebenaran, maka mati adalah pembuktian bahwa kebenaran tidak akan pernah terkalahkan. Dan dengan mati, mereka (para pembela kebenaran) menjadi abadi. Sehingga diksi “mukmin” dalam sajak Muhammad Iqbal di atas bukan sekadar bagi orang Islam belaka, tetapi bagi semua umat manusia yang menjunjung tinggi kebenaran.
 
Ahirnya dengan lantang Tan Malaka bergelegar “Ingatlah bahwa dari dalam kubur suara saya akan lebih keras daripada di atas bumi”. Kematian menjadi bukti bahwa kebenaran akan tetap berdengung melintasi masa demi masa.
***

*) Ahmad Naufel, Pengelola Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta. http://sastra-indonesia.com/2017/09/imajinasi-kematian-para-penyair/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar