Senin, 18 Desember 2017

Sastra Islam dalam Bingkai Bahasa Agama

Edy A Effendi *
uinjkt.ac.id

KEHADIRAN karya sastra yang bernafaskan Islam dalam arus kesusastraan Indonesia modern, seringkali hanya menjadi pelengkap penderita dalam konstelasi kehidupan sastra Indonesia. Padahal, kehadiran teks sastra bernafaskan Islam, merupakan bagian terpenting untuk memahami hubungan kausalitas antara seni Islam dan spiritualitas Islam. Hubungan kausalitas seni Islam dan spiritualitas Islam itu, menurut Titus Burckhardt, karena seni Islam diilhami oleh spiitualitas Islam secara langsung, sedangkan wujudnya dibentuk oleh karakteristik tertentu dari tempat penerima wahyu al-Quran, yaitu dunia Semit dan nomadis yang nilai-nilai positifnya diuniversalkan Islam.

Kondisi semacam ini, yakni terciptanya kajian teks sastra berdasarkan hubungan kausalitas antara seni Islam dan spiritualitas Islam, didukung oleh mutan-muatan firman Tuhan yang diwujudkan dalam format kitab suci. Kitab su-ci sebagai sebuah teks menawarkan berbagai ragam bahasa, yang seringkali di-sandarkan pada narasi-narasi deskriptif dan bentuk metafor serta ribuan simbol, yang masih membutuhkan perangkat tafsir dari wilayah sastra sebagai satu cara untukmembedah kandungan teks yang ada.

Dalam konteks ini, sastra Indonesia, sepi dari keramaian karya-karya sastra yang memiliki nilai uti-litas Islam.Untuk itu, para sastrawan, mau tidak mau, didesak membongkar kebuntuan dalam proses penafsiran terhadap bahasa agama, agar bahasa yang disebar ke wi-layah publik memiliki karakter yang terstruktur, dengan lebih memanusiawikan bahasa sebagai sarana kerja yang lebih kualitatif. Suasana semacam inilah, yang seharusnya dikembangkan dalam menciptakan karya-karya sastra yang memiliki muatan-muatan Islam, mengingat dalam kitab suci, pesan dan anjuran atau perintah Tuhan seringkali disebar dalam bentuk narasi deskriptif serta ungkapan-ungkapan metaforis. Dan juga, ada asumsi-asumsi pembenaran bahwa puncak kemajuan sastra (seni Islam) selalu menjadi obor kehidupan intelektual Islam (spiritual Islam). Sebaliknya, jika sebuah komunitas tidak dimarakkan oleh tradisi intelektual (spiritual Islam), secara tidak langsung akan memberi vibrasi yang kuat bagi runtuhnya mutu seni Islam (sastra).

Posisi Bahasa

Kekuatan bahasa agama sebagai sarana representasi dari mekanisme kerja keseharian, senantiasa menawarkan ruang-ruang subjek, untuk beroperasi melakukan tindakan-tindakan sosio-religius, serta menentukan strategi-strategi dan tema-tema yang diyakini mampu mem-bangun medan kesadaran publik. Dari sinilah posisi bahasa agama, tidak sekadar alat korespondensi antar subyek, tapi ia telah ikut serta membangun satu peta kekuatan di luar dirinya.

Dalam kerangka kerja berpikir seperti ini, bisa ditarik satu perbedaan awal dari posisi bahasa agama dan posisi bahasa di dalam pagar sastra. Bahasa agama secara historis-antropologis adalah bahasa manusia, tetapi secara teologis didalamnya memuat kalam ilahi yang bersifat trans-historis atau meta-historis. Maka ketika bahasa agama dimarakkan dengan muatan-muatan metafor, ia selalu membuka pintu bagi ruang-ruang imajinasi serta kemungkinan-kemungkinan baru bagi kerja sebuah penafsiran dan bukannya sebuah representasi dari realitas yang telah mapan, yang acapkali menutup pintu tafsir, sehinga sulit untuk didekati.

Perbedaan tafsir yang sangat menonjol terhadap suatu teks, seringkali terjadi dalam wilayah keagamaan, yang acapkali melupakan beda pendapat sebagai order of nature (ketentuan alam). Dalam perjalanan sejarah yang dia-rungi komunitas Kristen dan Islam, munculnya kelompok evangelis (eksklusif) yang diwakili oleh Hendri Kraemer dan Karl Bath di barisan Kristen dan Sayyid Qutb serta penafsir Shi Muhammad al-Balaghi dari komunitas Islam, memberi bukti bahwa kerja penafsiran yang masih berkiblat pada kaidah-kaidah normatif terhadap suatu teks agama, berjalan dalam kurun waktu yang lama. Sementara di sisi lain, kelompok ekuminis (inklusif) dari unikum Kristiani ditempati Raymond Panikar dan George Khodr. Dan di komunitas inklusif Islam, lahir tokoh-tokoh seperti Muhammad Abduh dan Rashid Ridha. Contoh kecil ini, hanya sekadar gambaran bahwa hamparan perbedaan terhadap teks-teks agama, memang telah merasuki perdebatan cukup panjang yang bertitik tolak pada perbedaan dalam menggunakan bahasa agama sebagai medium artikulatif ke wilayah publik.

Gambaran di atas, memperlihatkan posisi bahasa agama lebih banyak mengungkap dunia dalam atau bayangan batin daripada realitas keseharian, yang banyak ditempuh dengan percakapan dunia luar. Disinilah bahasa agama menemukan karakternya. Ia hadir sebagai ragam ekspresi yang melewati perakitan-perakitan psiko-psikis dalam diri seseorang. Sementara bahasa dalam sastra, mau tidak mau, mengawinkan proyek imajinasi dengan realitas kese-harian. Proyek perkawinan antara imajinasi dan realitas kese-harian dalam kutub sastra inilah, yang seringkali meramaikan pertikaian pemikiran sastra ke dalam ruang-ruang publik. Sebagai contoh dalam kasus ini bisa dilihat pada karya-karya sastra Jawa pra-kontem-porer, seperti Serat Jatiswara, Serat Gatoloco (tusuk penggosok), dan Serat Centini, ketika ditolak oleh masyarakat pembacanya, karena sebagian besar karya-karya tersebut menjadi lambang pornografi dan anti Islam dari sosok santri lelan yang menjadi tokoh sentralnya. Atau di sisi lain, kasus cerita pendek Langit Makin Mendung karya Kipanjikusmin dan Ayat-ayat Setan yang ditulis Salman Rushdie, adalah akibat posisi bahasa yang begitu rentan.

Maka ketika bahasa sastra memasuki ruang-ruang agama, akan menemui jalan bunu dari hakikat bahasa sebagai basis liberalisasi pemikiran setiap individu. Dalam konteks ini, bahasa sastra akan membentur “tembok agama” yang dibingkai oleh aturan-aturan bahasa yang ditetaskan dari tindakan-tindakan Tuhan sebagai penentu bahasa agama. Dari sinilah peran-peran paradoksal sastra Islam ditemukan. Sebuah peran sastra Islam yang dibauri oleh kontradiksi-kontradiksi. Untuk itulah, apa yang pernah diapungkan Komaruddin Hidayat dengan membuat tiga karakterisasi bahasa agama, menjadi relevan untuk diajukan.Pertama, objek bahasa agama, terutama theo-oriented, adalah metafisis, berpusat pada Tuhan dan kehidupan baru di balik kematian dunia. Kedua, sebagai implikasi dari yang pertama, format dan materi pokok narasi keagamaan adalah kitab suci. Ketiga, bahasa agama mencakup ungkapan dan ekspresi keagamaan secara pribadi maupun kelompok, meskipun ungkapannya menggunakan bahasa ibu.

Tiga karakterisasi bahasa agama yang diajukan Komaruddin Hidayat, memposisikan peran bahasa ibarat ruh atau inspirasi yang hidup dan bergerak dalam tubuh agama. Tampaknya dalam proses sosialisasi lahirnya karya sastra Islam, keharusan untuk membongkar kembali hutan belantara bahasa yang terdapat dalam kitab suci, yang dihuni maraknya metafor dan ribuan simbol, mengharuskan para pekerja sastra untuk menelusuri peran bahasa itu sendiri sebagai jembatan untuk menuai gagasan-gagasan yang akan disebar ke wilayah pembaca. Oleh karena itu, seharusnya arah hidup penyair dan sastrawan, khususnya dalam arus kehidupan modern, adalah memberikan satu arti yang lebih murni kepada kata-kata dari sang puak.

Imbauan Octavia Paz ini, peraih Nobel Sastra 1990, yang mengambil intisasi pikiran dari penyair Stephane Mallarme, mendesak untuk dijadikan acuan perbincangan, ketika karya-karya sastra Islam memiliki kecenderungan untuk diping-girkan dalam gelombang sastra Indonesia, dan memilih dunia kode yang bukan lagi sepenuhnya berada di bawah jurisdiksi kata-kata.

*) Edy A Effendi, penyair dan jurnalis. Pengajar di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Tulisan ini pernah dimuat di Harian Kompas.
http://www.uinjkt.ac.id/id/sastra-islam-dalam-bingkai-bahasa-agama/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar