Rabu, 03 Januari 2018

Kacapiring: Kulminasi Religiusitas Danarto

Jafar Fakhrurozi
kawanmalaka.wordpress.com

Di usianya yang hampir menginjak kepala tujuh, di luar dugaan Danarto masih memiliki tangan emas untuk merautkan cerita-ceritanya di atas kertas. Hal itu bisa kita lihat dan rasakan ketika membaca Kacapiring, antologi cerpen terbaru Danarto yang terbit pertengahan 2008 tahun lalu. Seakan ingin melanjutkan cerpen-cerpen sebelumnya, Kacapiring bagaikan lantunan lagu gambus yang lebih bijak dan berisi. Apa gerangan yang disampaikan Danarto dalam Kacapiring?

Tak terlalu berbeda dengan cerpen Danarto sebelumnya, Kacapiring dengan 18 buah cerpen yang terhimpun di dalamnya, kembali mengajak kita untuk merenung tentang arti kehidupan lewat nuansa sufi dan mistiknya. Walau terkesan sudah umum, seperti halnya sastra sufistik yang sering mengangkat tema-tema seputar kematian, cinta, dan sosial. Akan tetapi jika kita membaca dan mengkajinya dengan skemata multipersfektif dan aktual, kita akan dapat menemukan nuansa lain dari Kacapiring. Nuansa tersebut bisa jadi adalah kekuatan yang membedakan dengan cerpen sebelumnya, atau antara Danarto dan pengarang cerpen sufi lainnya.

Mungkin, karena cerpen dalam antologi tersebut adalah koleksi cerpen yang telah dimuat di Koran, maka dalam Kacapiring, tema-tema yang disuguhkan begitu aktual dan up date. Seperti halnya tragedi tsunami Aceh, penggusuran, perampasan tanah, pro kontra pornografi dan pornoaksi, reformasi, serta realitas sosial lainnya yang ada di sekitar manusia Indonesia hari ini. Bahkan dengan detail, jeli dan tanpa sensor. Danarto menyebutkan beberapa nama dan fakta yang akrab di benak masyarakat. Selain itu, dalam Kacapiring, Danarto tidak hanya berposisi sebagai pengisah yang resah. Justru ia menemukan semacam jawaban-jawaban atas keresahannya tersebut. Dalam bingkai religiusitas, jawaban-jawaban itu bisa jadi menggambarkan derajat keimanan Danarto terhadap Khalik yang dianutnya. Masih dalam ke-khas-an Danarto, realitas batin dan sosial tersebut masih banyak dibingkai dalam mistisisme.

Untuk membuktikan asumsi-asumsi di atas, mari kita bahas beberapa cerpen yang ada dalam Kacapiring. Dalam cerpen yang berjudul Jantung Hati misalnya, ia mengangkat dua konsep oposisi biner. Kehidupan-kematian dan kekotoran-kesucian. Ia menilai bahwa manusia takut akan kematian, ketakutan itu muncul diakibatkan oleh adanya pengadilan di hari akhirat, manusia takut karena hidupnya penuh dosa (kekotoran). Oleh karena lukisan tentang neraka yang begitu mengerikan, maka manusia sangat takut menghadapi maut. Manusia takut pengadilan karena waktu di dunianya penuh kekotoran. Dalam cerpen tersebut, Danarto seakan mengingatkan bahwa, manusia tak luput dari kekotoran, maka kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan. Kalau mau direnungkan, mayoritas manusia selain nabi dan rasul tidak pernah luput dari dosa, lantas kenapa harus takut diadili. Kesucian itu hanya milik malaikat, begitu Danarto menyimbolkan dalam cerpennya.

Cerpen yang dikisahkan melalui tokoh yang ia ceritakan dengan narasi aku-lirik itu adalah sebuah imajinasi belaka, sebab secara logika tidak mungkin seorang yang telah meninggal bisa bercerita, pun dengan Danarto yang belum pernah mengalami kematian. Di sinilah kadar religiusitasnya terlihat begitu tinggi. Cerpen Jantung Hati adalah sebuah kesaksian pertaubatan seorang manusia yang penuh dosa.

Dalam cerpen Lailatul Qodar, yang bercerita tentang sebuah keluarga yang mudik dari Jakarta ke kampung halamannya di Jawa, keluarga yang sebulan penuh khusuk menjalani ibadah Ramadhan itu baru mudik setelah menunaikan sholat Ied. Di perjalanan, ketika jalur sangat padat dan macet, mereka melihat ada jalan kosong yang tak dilihat oleh pengendara lain, akhirnya mereka sampai di tujuan dengan cepat dan selamat. Dalam cerpen tersebut, Danarto ingin menggambarkan keutamaan ibadah Ramadhan terutama di malam Lailatul Qadar. Di saat orang-orang sibuk mengantri karcis jauh-jauh sebelum lebaran, sebuah keluarga dalam cerpen itu memilih beribadah dengan khusuk dan baru pulang setelah lebaran. Cerpen-cerpen bernuansa sufistik lainnnya terdapat pada Zamrud, Jejak Tanah, Nistagmus, Lauk dari Langit, dan Ikan-Ikan dari Laut Merah.

Dalam nuansa sufistik tersebut, terdapat beragam estetika dan tema. Seperti dikatakan sebelumnya, estetika mistik masih menjadi estetika dominan Danarto. Pada Zamrud dan Jejak Tanah, nuansa mistik sangat kental. Sebagaimana mistik, ketidaklogisan itu bukanlah sebuah perkara, justru lewat mistik tersebut Danarto mengisahkan realitas yang profan. Jejak Tanah adalah sebuah kritik terhadap para pemodal yang kerap membeli dan menggusur tanah rakyat. lewat tokoh Bapak yang berprofesi sebagai pengusaha yang rajin membeli dan menggusur tanah rakyat, Danarto berhasil mengetengahkan sebuah problem sosial kontemporer yang terjadi di Indonesia. Yang menarik adalah bahwa dalam persfekstifnya, walau rakyat selalu dirugikan oleh tokoh Bapak, akan tetapi Danarto memberikan kesempatan tokoh Bapak untuk mengemukakan alasannya. Tokoh bapak seakan-akan tidak mengerti, kenapa ia selalu diprotes padahal dalam melakukan pekerjaannya ia selalu menaati aturan serta membayar ganti rugi yang pantas. Meskipun demikian, Danarto tetap menyerahkan keberpihakannya pada korban. Keberpihakkan tersebut diperlihatkan secara mistik dengan nasib jenazah Bapak yang tak diterima tanah. Nuansa Sufistik juga terlihat kuat pada cerpen Pohon yang Satu Itu, Nistagmus dan Lauk dari Langit yang menyinggung tentang Tragedi Tsunami Aceh akhir 2004 silam.

Di luar sisi transendennya, Danarto juga memiliki wawasan realitas yang cukup kuat. Walau tidak ideologis, namun beberapa cerpennya berhasil mengisahkan realitas sosial dengan persfektif kaum marginal di Ibu kota. Dalam cerpen Zamrud, Danarto melukiskan realitas buruh dan kaum cilik lainnya seperti tukang becak. Cerpen Alhamdulillah, Masih Ada Dangdut dan Mi Instan, dengan sangat realis masalah-masalah penggusuran dikemukakan. Dalam dua cerpen tersebut yang menarik adalah bahwa ditemukan beberapa fakta ilmiah populer, seperti penyebutan nama Dita Indah Sari dan Wardah Hafidz, dua perempuan aktivis yang vokal di Jakarta, kutipan lagu Ada Pelangi di Matamu karya grup band rock Zamrud, lagu Ketahuan karya Band Matta, Ucing Garong dan fakta-fakta lainnya yang beberapa waktu ke belakang pernah marak dan membumi di kalangan masyarakat. Saya kira, penyebutan beberapa fakta tersebut cukup menarik. Sesuatu yang jarang dilakukan cerpenis lainnya. Hal itu menunjukkan bahwa Danarto adalah seorang pengarang yang tidak terpisah dari ruang, ia malah setia menemani ruang metropolis yang penuh persoalan.

Masih dalam hal aktualitas, dalam cerpen Telaga Angsa dan Si Denok, Danarto mengajak kita untuk berdiskusi soal konsep kesenian terkait adanya UU APP. Dengan ilmiah dalam cerpen Telaga Angsa Danarto membandingkan referensi agama dengan estetika seni pada kostum penari balet yang super tipis. Atau pada lukisan dan patung perempuan kegemaran Bung Karno dalam cerpen Si Denok.

Terhadap lingkungan, Danarto juga memiliki sense yang kuat, cerpen Pohon Rambutan dan Pohon Zaqqum adalah representasi kepekaannya terhadap lingkungan.

Dari beberapa bahasan singkat terhadap cerpen-cerpen Kacapiring, tak terlalu berlebihan kalau Danarto diberi gelar cerpenis sufistik, atau dengan kadar sastra, religiusitas dan sosialnya tinggi. Jika merujuk pendapat Abdul Hadi WM tentang pembagian sastra religius yang mencakup; karya yang menggarap masalah-masalah spiritual (sufistik), karya-karya yang menggarap lapis sosial faedah, masalah sosial, politik, kemasyarakatan dan karya pelipur lara yang kadar konsepnya tinggi. Maka Danarto adalah salah satu cerpenis mapan dalam kategori tersebut.

Dari keseluruhan cerpen, nilai-nilai religiusitas tampak begitu sublim dalam tiga konsep: hablum minallah, hablum minannas, dan hablum min a’lam, ketiga dimensi tersebut merujuk pada satu muara, yakni pertemuan di hari akhirat. Inilah puncak kulminasi religiusitas seorang petualang batin. Sebuah bentuk pertaubatan yang total. Sebuah kesimpulan baginya yang sudah menginjak usia matang menghadap sang Khalik.

https://kawanmalaka.wordpress.com/2009/11/28/kacapiring-kulminasi-religiusitas-danarto/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar