Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 08 September 2019
Lokalitas Dalam Puisi-Puisi Mas Ragil
Anjrah Lelono Broto
Ahay, layaknya seorang guide, melalui buku “Avontur, Sekumpulan Puisi”nya, Ragil Supriyatno Samid (selanjutnya biar lebih akrab kita sebut ‘Mas Ragil’, pen) menyuguhkan informasi dari sebuah tempat atau daerah kepada pembacanya, Mayoritas puisi-puisi dalam buku ini bercerita tentang perjalanan pribadinya dari satu kota ke kota lain, dari satu tempat ke tempat lain, bahkan besar kemungkinan dari satu pelukan (sosio-kultural) ke pelukan yang lain.
Melalui diksi-diksinya yang menunjukkan tempat seperti ‘Di Kota Lama’, ‘Di Depan Stadion, ‘Di Kahayan’, dan beberapa yang lain, Mas Ragil mendongengkan kisah di balik keberhargaan tempat-tempat tersebut bagi dirinya. Adalah sebuah harap juga, keberhargaan tersebut dapat ditranformasikan kepada pembacanya, sehingga apabila pembaca puisi-puisinya ada yang kebetulan singgah di tempat yang dimaksudkannya, mereka dapat memahami betapa berharganya tempat ini bagi kedewasaan batin Mas Ragil.
Di satu sisi, diksi-diksi yang mengarah pada satu entitas kultur tertentu seperti ‘To’o Kas Be Doi Do’, ‘Katong Ba Togo’, ‘Korak’, ‘Narong’, ‘Moke’ dan lain yang seruh, menjadi tambatan tanda betapa Mas Ragil begitu menghargai entitas kultur tersebut sebagai bagian mendasar dalam denyut nafas hidupnya, termasuk di antaranya denyut proses kreatifnya.
Ketika penyair memilih menjelma sebagi guide, sebagaimana yang dilakukan Mas Ragil melalui karya-karyanya, sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam sejarah sastra Indo¬nesia. Genre lokalitas sastra (baca; sastra yang mengangkat unsure-unsur lokal) telah dimulai di era Balai Pustaka, sebagaimana puisi-puisi Amir Hamzah. Ketika Pujangga Baru dan Periode 45 yang lekat dengan tema-tema dan gesture nasio¬nalisme-humanisme menenggelamkan genre lokalitas sastra, Ajip Rosidi merevitalisasinya melalui “Jante Arkidam”. Kembali genre lokalitas sastra menemukan nampan nyamannya, terlebih ketika Ramadhan KH, WS Rendra, Remmy Silado, dll meruapkan karya-karyanya di blantika perpuisian tanah air. Belum lagi, jika jari-jari tangan kita juga dipaksa menghitung bentuk karya sastra yang lain seperti cerpen, novel, naskah drama, hingga skenario film. Sederet nama besar seniman di tanah air, mendekatkan dirinya senantiasa dengan unsure-unsur lokalitas. Tengoklah nama seperti Ahmad Tohari, YB Mangunwijaya, Pramudya Ananta Toer, Arifin C Noer, Teguh Karya, hingga generasi Rano Karno, Dee, Ayu Utami, Benny Arnaz, dll. Mereka juga membesarkan diri dengan idiomatikal kultur lokal tertentu.
Ada sesuatu yang tak kurang berharganya dalam lokalitas sastra karya-karya Mas Ragil dalam buku “Avontur, Sekumpulan Puisi” ini, lokalita dalam puisi-puisi Mas Ragil tidak hanya berhenti menjadi idiom latar, atau sekedar kalimat penjelas bahwa ini puisi tentang tempat tertentu. Mas Ragil mengambil spirit lokalitas tersebut dan membahasakannya dengan tata bahasa dan sastra Indonesia. Pengambilan spirit kebersamaan dalam puisi “Mari Katong Ba Togo”, ataupun spirit pencarian jati diri dalam puisi “Di Kahayan”, menjadi petanda tak terdustai betapa Mas Ragil tidak hanya menempatkan lokalitas sebagai komoditi tunggal perjalanan proses kreatifnya. Sehingga, lokalitas dalam puisi-puisi Mas Ragil dalam buku ini tidak sekedar menempelkan idiom-idiom lokal tersebut sebagai aksesoris yang indah namun jauh dari pemahaman-pengendapan kesejatian isi.
***
Ketika Modernisme dan Nasionalisme justru dipelintir segelintir oknum yang haus kekuasaan dan ternyata gagap-gagal menjadi antibodi lahirnya konflik-konflik horizontal, serta makin nampaknya upaya pe’maksa’an penempatan kebudayaan asing sebagai parameter berkualitas-tidak berkualitas, ataupun layak bersertifikat apa tidak. (perlu diingat, Bapak Mendikbud yang baru saja menerima rujuknya Kebudayaan hingga seatap lagi dengan Dinas Pendidikan, dalam minggu-minggu ini baru saja mewacanakan adanya tes sertifikasi berstandar internasional bagi seniman Indonesia), kearifan lokal menjelma menjadi primadona mesin browser jati diri bangsa Indonesia. Bahkan, juga menjelma menjadi pilihan mainstreame per¬kem¬bangan kesusastraan Indo¬nesia terkini. Para sastrawan seperti berlomba-lomba mem¬promosikan daerahnya masing-masing, idiom-idiom seperti Sastra Etnik, Sastra Pesisir, Sastra Tapal Kuda, bahkan Sastra nJombangan menjadi wacana yang dipaksa-adakan entah demi eksistensi siapa.
Dalam atmosfer seperti ini, lokalitas memang demikian aduhai untuk menjadi pelantang “kata-kata” siapa saja, terutama bagi masyarakat kita yang memilih menjadi objek ketimbang subjek globalisasi. Bngsa Indonesia yang memang memiliki modal warisan pluralitas-multikultural pun menyambut datangnya era Post-¬Modern ini dengan penuh suka cita.
Akan tetapi, dalam puisi-puisi¬nya Mas Ragil, kesukacitaan tersebut tidak menjadi motivasi utama perjalanan proses kreatifnya. Pluralitas-multikulural yang diangkatnya ke dalam bahasa puitiknya tidak hanya berkutat dalam tataran plu¬ralitas konvensional yang dekat dengan ke-SARA-an, namun juga menarasikan problematika kontemporer, seperti serpihan pluralitas berbasis geografis, sebagaimana yang tergambarkan dalam penggalan: / hidup di negeri mangkok ini / dalam dasaran lembah nan curam / kita orang mesti pandai bernyanyi //.
Dalam penggalan puisi “Mari Katong Ba Togo” ini, Mas Ragil bernarasi tentang stilistika perspektif masyarakat di dataran Flores, Nusa Tenggara Timur, yang ‘menerima’ takdir geografisnya dengan kesukacitaan. Keterpencilannya bukan sebuah alasan untuk tidak nyaman memandang dan menjalani hidup. Spirit kesederhanaan inilah yang mengesan batin Mas Ragil dan kemudian mengusiknya untuk didokumentasikan dalam sebuah puisi, hingga bisa dibagi-ceritakannya kepada sanak handai taulan di tempat-kultur yang lain.
***
Memang, tidak semua puisi-puisi Mas Ragil dalam buku “Avontur, Sekumpulan Puisi” menempatkan lokalitas sebagai ruhnya. Selain warna lokal, Mas Ragil juga menarasikan gita cintanya, kasih dan hormatnya kepada orang tua, ataupun kegelisahannya mencermati perkembangan politik tanah air. Namun, penulis terkesan dengan puisi-puisinya yang beraroma lokalitas karena di era multi-kultural sekarang ini, karya sastra semacam inilah yang diharapkan media penyambung lidah rakyat yang bersekat di antara satu budaya dengan budaya lain, satu daerah dengan daerah lain. Sehingga lokalitas tidak hanya berhenti menjadi aksesoris dan atau komoditi untuk menggapai eksistensi, namun justru menjadi perekat keberbedaan yang menjadi entitas sejati pluralitas masyarakat kita.
***
https://goresananjrahlelonobroto.wordpress.com/2014/12/13/resensi-lokalitas-dalam-puisi-puisi-mas-ragil/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Muhaimin Iskandar
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Rodhi Murtadho
A.H. J Khuzaini
A.S Laksana
Aa Sudirman
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Achiar M Permana
Addi Mawahibun Idhom
Adhi Pandoyo
Adi W. Gunawan
Afrion
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Buchori
Agus Mulyadi
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wahyudi
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Baso
Ahmad Dahri
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Munjin
Ahmad Naufel
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadul Faqih Mahfudz
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhlis Purnomo
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Albert Camus
Alfathri Adlin
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Alimuddin
Amelia Rachman
Amie Williams
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andik Suprihartono
Andri Awan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ari Welianto
Arief Rachman Hakim
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Bahrum Rangkuti
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bonardo Maulana Wahono
Bre Redana
Budi Darma
Budiman Hakim
Buku
Bung Hatta
Bustan Basir Maras
Butet Kertaredjasa
Candrakirana
Capres Cawapres 2019
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahlan Iskan
Dahlan Kong
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Satika
Dian R. Basuki
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diponegoro
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodit Setiawan Santoso
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Doris Lessing
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Edisi Khusus
Edy A Effendi
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Ekwan Wiratno
el-Ha Abdillah
Enny Arrow
Erdogan
Esai
Esthi Maharani
Estiana Arifin
Evi Melyati
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahri Salam
Faisal Kamandobat
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Forum Santri Nasional
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galeri Sonobudoyo
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohammad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun el-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi
Gus Dur
Gusti Eka
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf
Halim HD
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamzah al-Fansuri
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Harris Maulana
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Herry Fitriadi
Herta Muller
Heru Kurniawan
Hesti Sartika
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
IAI TABAH
Ibnu Wahyudi
Idrus Efendi
Ignas Kleden
Iis Narahmalia
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Inung As
Irfan Afifi
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iwan Simatupang
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
Jawa dan Islam
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joni Ariadinata
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastra
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kadjie MM
Kalis Mardiasih
Kanti W. Janis
Karang Taruna Kedungrejo
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kedungrejo Muncar Banyuwangi
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Kembulan
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kitab Kelamin
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Buana Kasih
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas Selapan Sastra
Kopi Bubuk Mbok Djum
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lan Fang
Launching Buku
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Linda S Priyatna
Literasi
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lukisan
Lukman Santoso Az
M. Faizi
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M.D. Atmaja
Maduretna Menali
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maimun Zubair
Maiyah Banyuwangi
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Sitohang
Mario Vargas Llosa
Marsel Robot
Mas Garendi
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Max Arifin
Media Seputar Indonesia
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mianto Nugroho Agung
Mien Uno
Miftachur Rozak
Mihar Harahap
Mochtar Lubis
Moh. Husen
Moh. Jauhar al-Hakimi
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Sobary
Mohammad Rokib
Mohammad Wildan
Motinggo Busye
Muafiqul Khalid MD
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Alimudin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yunus
Muhidin M. Dahlan
Mukhsin Amar
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik
Munawir Aziz
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Ndix Endik
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Ninin Damayanti
NKRI
Nur Taufik
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Obrolan
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Pagelaran Musim Tandur
Palestina
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawon Seni
PDS H.B. Jassin
Pekan Literasi Lamongan
Pelukis Tarmuzie
Pendhapa Art Space
Pendidikan
Penerbit Pelangi Sastra
Pengajian
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Pungkit Wijaya
Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB)
Pustaka LaBRAK
Putu Fajar Arcana
R Giryadi
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Nur Hakim
Rani R. Moediarta
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Syaldo
Remy Sylado
Rendy Adrikni Sadikin
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Romel Masykuri Nur Arifin
Ronny Agustinus
Rosi
Rosihan Anwar
Rosmawaty Harahap
Roy Kusuma
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Faris
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanusi Pane
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sasti Gotama
Saut Situmorang
Saya
Sayyid Muhammad Hadi Assegaf
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Joko Suyono
Setia Budhi
Shiny.ane el’poesya
Shofa As-Syadzili
Sholihul Huda
Shulhan Hadi
Sihar Ramses Simatupang
Siti Aisyatul Adawiyah
Siwi Dwi Saputro
Soediro Satoto
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunardian Wirodono
Sunlie Thomas Alexander
Sunoto
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Taman Ismail Marzuki
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Afandi
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tere Liye
Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
TS Pinang
Tsani Fanie
Tulus S
Udo Z. Karzi
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Widie Nurmahmudy
Yanuar Widodo
Yanusa Nugroho
Yerusalem
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yoks Kalachakra
Yonathan Rahardjo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar