Senin, 25 November 2019

BUDAYA MENYALIN DAN PLAGIAT

Anindita S Thayf
Minggu Pagi, Desember 2018

Pengarang berbakat mencipta. Tukang catat berbakat menyalin. Adapun tukang catat yang mengaku pengarang sudah jelas berbakat menipu.

Seorang pengarang wajib memiliki kemampuan mencipta. Dengan menggunakan kreativitas dan imajinasinya, sebuah karya prosa, entah cerpen atau novel, bisa lahir di atas selembar kertas yang semula kosong. Layaknya seniman, seorang pengarang dituntut mampu menciptakan sesuatu dari "kekosongan" dan karena itulah dia terlarang menyalin.

Menyalin diajarkan di sekolah oleh para guru yang malas menerangkan panjang-lebar di depan kelas. Sang guru tanpa sadar menularkan kemalasan itu kepada murid-muridnya lewat perintah menyalin.

Saya Sasaki Shiraishi dalam bukunya Pahlawan-pahlawan Belia: Keluarga Indonesia dalam Politik memberikan deskripsi apik tentang pelajaran menyalin yang diajarkan di ruang kelas. Ibu guru menuliskan, “ini mama ani,” di papan tulis. Setelah selesai, dia memanggil seorang murid laki-laki untuk maju dan menuliskan kalimat serupa di papan tulis. Murid itu pun menyalin apa yang telah ditulis gurunya. Setelah duduk kembali di bangkunya, murid laki-laki itu terperanjat karena ukuran hurufnya ternyata lebih kecil daripada huruf milik gurunya. Dalam menyalin pun bukan hanya isi yang mesti sama, melainkan ukuran huruf juga. Tidak butuh waktu lama mengatasi hal ini. Beberapa minggu kemudian, para murid sudah bisa menyalin di papan tulis dengan huruf-huruf yang sama besar dengan yang ditulis gurunya.

Dalam menyalin, aspek kreativitas tidaklah penting. Yang dibutuhkan hanya kemampuan menggandakan (copy/paste) tulisan orang lain sebaik mungkin. Hal ini tampak jelas saat ujian. Murid-murid diharapkan menjawab pertanyaan ujian sesuai isi buku pegangan atau catatan dari guru. Sedapat mungkin murid menyalin kembali apapun itu dengan titik-koma yang mesti sama. Berimprovisasi dengan menjawab menggunakan kalimat murid sendiri, yang sesuai pemahamannya, akan berisiko. Jawaban itu bakal dianggap salah. Murid diharapkan meniru kertas karbon yang bertugas menyalin tulisan semirip-miripnya. Kemampuan menalarnya dimutilasi.

Karl Marx dalam Pengantar untuk Sumbangan Bagi Kritik Terhadap Ekonomi Politik memberikan pernyataan bahwa “bukanlah kesadaran manusia yang menentukan eksistensinya, melainkan eksistensi sosial manusialah yang menentukan kesadaran itu”. Dengan kata lain, lingkungan sosial dimana seorang manusia berada akan menentukan kesadarannya. Konsep ini bisa digunakan untuk menjelaskan bagaimana kondisi lingkungan kelas yang mengajarkan menyalin telah membentuk kesadaran para murid bahwa tindakan tersebut tidak bermasalah.

Budaya menyalin melahirkan orang-orang yang tidak merasa bersalah ketika menyalin isi buku atau tulisan orang lain, lalu mengakui salinan itu karyanya sendiri. Sebaliknya, saat berhasil menyalin, mereka dihampiri perasaan serupa murid-murid yang berhasil menjawab pertanyaan ujian sepersis isi buku tanpa merasa perlu mengerti maksud pertanyaan tersebut.

Sejak dini, murid-murid ditanamkan larangan menyontek. Ini mereka salahpahami sebagai larangan berbuat curang selama ujian. Umpamanya, mengintip kertas jawaban teman atau mendapatkan jawaban secara sembunyi-sembunyi. Hanya sebatas itu. Tujuan utama dari larangan menyontek, yaitu mengajarkan laku jujur dan menanamkan rasa percaya pada kemampuan sendiri, tidak tersampaikan dengan baik. Tidak heran, bertahun-tahun kemudian, seorang penulis, mahasiswa, pejabat, bahkan guru besar terindikasi melakukan plagiat. Dengan bangga dan tanpa malu, mereka mengakui hasil salinan karya orang lain sebagai miliknya. Di sinilah plagiat dirayakan.

Plagiat Gampang, Mengarang Sulit
Seorang plagiator tidak perlu berkeringat saat mengarang. Dia cukup mengganti judul tulisan orang lain lantas memberi sedikit polesan agar seolah-olah telah menyumbangkan hal baru. Usaha yang sedikit ini membuatnya merasa telah melahirkan karya baru di atas karya orang lain. Seorang plagiator juga tidak akan mengalami apa yang disebut oleh Mario Vargas (2018) “musim paceklik imajinasi”. Seorang plagiator tidak perlu pula menguasai teknik pertukangan menulis dengan baik. Yang dia butuhkan hanya keberanian mencuri, ketahanan mental saat tertangkap basah dan kemampuan berkelit tingkat tinggi.

Para pujangga zaman dulu berpendirian bahwa mengarang merupakan sesuatu yang sakral. Mereka memulai karyanya dengan meminta restu kepada dewa. Dalam kakawin Sumansantaka karya Mpu Monaguna, umpamanya, dibuka dengan kalimat, “sang hyang-hyang pinakadidewa ini karas para kawi makatattwa ng aksara” (Sang hyang mahadewa papan tulis penyair, dialah hakikat aksara tersurat). Adapun dalam pupuh 1 Sumansantaka, para dewa dipercaya sebagai tempat “bersemanyam pangeran segala penyair”, “tersembunyi dalam serbuk pensil yang diruncingkan”, sehingga puisi “berbunga kakawin dan berhias keindahan” dipersembahkan sebagai “sesaji kembang” kepada sang mahadewa. Disebabkan kesakralannya itulah para pujangga tidak sembarangan saat mengarang.

Pengarang modern juga serupa. Gunter Grass (2006) berpendapat mengarang adalah kebohongan yang tidak melukai. Meskipun demikian, dia tidak pernah serampangan ketika menulis. Menurut pengakuannya, dalam setiap karya yang dihasilkannya, paling tidak ada tiga versi. Versi pertama berupa draft kasar. Versi kedua berbentuk sangat panjang, lebih mendetail dan lengkap, tanpa kesalahan, tapi belum ada rasa. Versi ketiga adalah hasil menulis ulang dengan spontanitas serupa versi pertama ditambah mempertahankan apa yang penting dari versi kedua.

Dalam suatu kesempatan, Garcia Gabriel Marquez (2002) perlu membolak-balik karya William Faulkner dan Ernest Hemingway demi menemukan lika-liku jahitan dari karya dua pengarang tersebut. Proses ini tidak mudah karena setiap pengarang memiliki teknik sendiri dalam menjahit kisahnya. Setelah melewati proses ini, Marquez akhirnya mampu menghasilkan karya-karya yang cemerlang.

Menyusun kata-kata, merangkai kalimat, dan menjahit kisah hingga mampu menghasilkan sebuah karya yang hidup bukan pekerjaan gampang. Perlu waktu berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun hanya untuk menghasilkan satu karya. Bagi seorang plagiator, proses kreatif ini tentu tidak penting sebab apa yang dia butuhkan jelas berbeda. Dia hanya perlu mencari cara cerdik nan kreatif agar hasil plagiatnya tidak diketahui pembaca sampai lama atau jika bisa selamanya.***

*) Novelis dan esais
https://www.facebook.com/anindita.thayf/posts/10205572786797229

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar