Anindita S Thayf
Minggu Pagi, Desember 2018
Pengarang berbakat mencipta. Tukang catat berbakat menyalin. Adapun tukang catat yang mengaku pengarang sudah jelas berbakat menipu.
Seorang pengarang wajib memiliki kemampuan mencipta. Dengan menggunakan kreativitas dan imajinasinya, sebuah karya prosa, entah cerpen atau novel, bisa lahir di atas selembar kertas yang semula kosong. Layaknya seniman, seorang pengarang dituntut mampu menciptakan sesuatu dari "kekosongan" dan karena itulah dia terlarang menyalin.
Menyalin diajarkan di sekolah oleh para guru yang malas menerangkan panjang-lebar di depan kelas. Sang guru tanpa sadar menularkan kemalasan itu kepada murid-muridnya lewat perintah menyalin.
Saya Sasaki Shiraishi dalam bukunya Pahlawan-pahlawan Belia: Keluarga Indonesia dalam Politik memberikan deskripsi apik tentang pelajaran menyalin yang diajarkan di ruang kelas. Ibu guru menuliskan, “ini mama ani,” di papan tulis. Setelah selesai, dia memanggil seorang murid laki-laki untuk maju dan menuliskan kalimat serupa di papan tulis. Murid itu pun menyalin apa yang telah ditulis gurunya. Setelah duduk kembali di bangkunya, murid laki-laki itu terperanjat karena ukuran hurufnya ternyata lebih kecil daripada huruf milik gurunya. Dalam menyalin pun bukan hanya isi yang mesti sama, melainkan ukuran huruf juga. Tidak butuh waktu lama mengatasi hal ini. Beberapa minggu kemudian, para murid sudah bisa menyalin di papan tulis dengan huruf-huruf yang sama besar dengan yang ditulis gurunya.
Dalam menyalin, aspek kreativitas tidaklah penting. Yang dibutuhkan hanya kemampuan menggandakan (copy/paste) tulisan orang lain sebaik mungkin. Hal ini tampak jelas saat ujian. Murid-murid diharapkan menjawab pertanyaan ujian sesuai isi buku pegangan atau catatan dari guru. Sedapat mungkin murid menyalin kembali apapun itu dengan titik-koma yang mesti sama. Berimprovisasi dengan menjawab menggunakan kalimat murid sendiri, yang sesuai pemahamannya, akan berisiko. Jawaban itu bakal dianggap salah. Murid diharapkan meniru kertas karbon yang bertugas menyalin tulisan semirip-miripnya. Kemampuan menalarnya dimutilasi.
Karl Marx dalam Pengantar untuk Sumbangan Bagi Kritik Terhadap Ekonomi Politik memberikan pernyataan bahwa “bukanlah kesadaran manusia yang menentukan eksistensinya, melainkan eksistensi sosial manusialah yang menentukan kesadaran itu”. Dengan kata lain, lingkungan sosial dimana seorang manusia berada akan menentukan kesadarannya. Konsep ini bisa digunakan untuk menjelaskan bagaimana kondisi lingkungan kelas yang mengajarkan menyalin telah membentuk kesadaran para murid bahwa tindakan tersebut tidak bermasalah.
Budaya menyalin melahirkan orang-orang yang tidak merasa bersalah ketika menyalin isi buku atau tulisan orang lain, lalu mengakui salinan itu karyanya sendiri. Sebaliknya, saat berhasil menyalin, mereka dihampiri perasaan serupa murid-murid yang berhasil menjawab pertanyaan ujian sepersis isi buku tanpa merasa perlu mengerti maksud pertanyaan tersebut.
Sejak dini, murid-murid ditanamkan larangan menyontek. Ini mereka salahpahami sebagai larangan berbuat curang selama ujian. Umpamanya, mengintip kertas jawaban teman atau mendapatkan jawaban secara sembunyi-sembunyi. Hanya sebatas itu. Tujuan utama dari larangan menyontek, yaitu mengajarkan laku jujur dan menanamkan rasa percaya pada kemampuan sendiri, tidak tersampaikan dengan baik. Tidak heran, bertahun-tahun kemudian, seorang penulis, mahasiswa, pejabat, bahkan guru besar terindikasi melakukan plagiat. Dengan bangga dan tanpa malu, mereka mengakui hasil salinan karya orang lain sebagai miliknya. Di sinilah plagiat dirayakan.
Plagiat Gampang, Mengarang Sulit
Seorang plagiator tidak perlu berkeringat saat mengarang. Dia cukup mengganti judul tulisan orang lain lantas memberi sedikit polesan agar seolah-olah telah menyumbangkan hal baru. Usaha yang sedikit ini membuatnya merasa telah melahirkan karya baru di atas karya orang lain. Seorang plagiator juga tidak akan mengalami apa yang disebut oleh Mario Vargas (2018) “musim paceklik imajinasi”. Seorang plagiator tidak perlu pula menguasai teknik pertukangan menulis dengan baik. Yang dia butuhkan hanya keberanian mencuri, ketahanan mental saat tertangkap basah dan kemampuan berkelit tingkat tinggi.
Para pujangga zaman dulu berpendirian bahwa mengarang merupakan sesuatu yang sakral. Mereka memulai karyanya dengan meminta restu kepada dewa. Dalam kakawin Sumansantaka karya Mpu Monaguna, umpamanya, dibuka dengan kalimat, “sang hyang-hyang pinakadidewa ini karas para kawi makatattwa ng aksara” (Sang hyang mahadewa papan tulis penyair, dialah hakikat aksara tersurat). Adapun dalam pupuh 1 Sumansantaka, para dewa dipercaya sebagai tempat “bersemanyam pangeran segala penyair”, “tersembunyi dalam serbuk pensil yang diruncingkan”, sehingga puisi “berbunga kakawin dan berhias keindahan” dipersembahkan sebagai “sesaji kembang” kepada sang mahadewa. Disebabkan kesakralannya itulah para pujangga tidak sembarangan saat mengarang.
Pengarang modern juga serupa. Gunter Grass (2006) berpendapat mengarang adalah kebohongan yang tidak melukai. Meskipun demikian, dia tidak pernah serampangan ketika menulis. Menurut pengakuannya, dalam setiap karya yang dihasilkannya, paling tidak ada tiga versi. Versi pertama berupa draft kasar. Versi kedua berbentuk sangat panjang, lebih mendetail dan lengkap, tanpa kesalahan, tapi belum ada rasa. Versi ketiga adalah hasil menulis ulang dengan spontanitas serupa versi pertama ditambah mempertahankan apa yang penting dari versi kedua.
Dalam suatu kesempatan, Garcia Gabriel Marquez (2002) perlu membolak-balik karya William Faulkner dan Ernest Hemingway demi menemukan lika-liku jahitan dari karya dua pengarang tersebut. Proses ini tidak mudah karena setiap pengarang memiliki teknik sendiri dalam menjahit kisahnya. Setelah melewati proses ini, Marquez akhirnya mampu menghasilkan karya-karya yang cemerlang.
Menyusun kata-kata, merangkai kalimat, dan menjahit kisah hingga mampu menghasilkan sebuah karya yang hidup bukan pekerjaan gampang. Perlu waktu berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun hanya untuk menghasilkan satu karya. Bagi seorang plagiator, proses kreatif ini tentu tidak penting sebab apa yang dia butuhkan jelas berbeda. Dia hanya perlu mencari cara cerdik nan kreatif agar hasil plagiatnya tidak diketahui pembaca sampai lama atau jika bisa selamanya.***
*) Novelis dan esais
https://www.facebook.com/anindita.thayf/posts/10205572786797229
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Muhaimin Iskandar
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Rodhi Murtadho
A.H. J Khuzaini
A.S Laksana
Aa Sudirman
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Achiar M Permana
Addi Mawahibun Idhom
Adhi Pandoyo
Adi W. Gunawan
Afrion
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Buchori
Agus Mulyadi
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wahyudi
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Baso
Ahmad Dahri
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Munjin
Ahmad Naufel
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadul Faqih Mahfudz
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhlis Purnomo
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Albert Camus
Alfathri Adlin
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Alimuddin
Amelia Rachman
Amie Williams
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andik Suprihartono
Andri Awan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ari Welianto
Arief Rachman Hakim
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Bahrum Rangkuti
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bonardo Maulana Wahono
Bre Redana
Budi Darma
Budiman Hakim
Buku
Bung Hatta
Bustan Basir Maras
Butet Kertaredjasa
Candrakirana
Capres Cawapres 2019
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahlan Iskan
Dahlan Kong
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Satika
Dian R. Basuki
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diponegoro
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodit Setiawan Santoso
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Doris Lessing
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Edisi Khusus
Edy A Effendi
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Ekwan Wiratno
el-Ha Abdillah
Enny Arrow
Erdogan
Esai
Esthi Maharani
Estiana Arifin
Evi Melyati
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahri Salam
Faisal Kamandobat
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Forum Santri Nasional
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galeri Sonobudoyo
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohammad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun el-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi
Gus Dur
Gusti Eka
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf
Halim HD
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamzah al-Fansuri
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Harris Maulana
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Herry Fitriadi
Herta Muller
Heru Kurniawan
Hesti Sartika
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
IAI TABAH
Ibnu Wahyudi
Idrus Efendi
Ignas Kleden
Iis Narahmalia
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Inung As
Irfan Afifi
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iwan Simatupang
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
Jawa dan Islam
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joni Ariadinata
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastra
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kadjie MM
Kalis Mardiasih
Kanti W. Janis
Karang Taruna Kedungrejo
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kedungrejo Muncar Banyuwangi
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Kembulan
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kitab Kelamin
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Buana Kasih
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas Selapan Sastra
Kopi Bubuk Mbok Djum
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lan Fang
Launching Buku
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Linda S Priyatna
Literasi
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lukisan
Lukman Santoso Az
M. Faizi
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M.D. Atmaja
Maduretna Menali
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maimun Zubair
Maiyah Banyuwangi
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Sitohang
Mario Vargas Llosa
Marsel Robot
Mas Garendi
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Max Arifin
Media Seputar Indonesia
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mianto Nugroho Agung
Mien Uno
Miftachur Rozak
Mihar Harahap
Mochtar Lubis
Moh. Husen
Moh. Jauhar al-Hakimi
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Sobary
Mohammad Rokib
Mohammad Wildan
Motinggo Busye
Muafiqul Khalid MD
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Alimudin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yunus
Muhidin M. Dahlan
Mukhsin Amar
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik
Munawir Aziz
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Ndix Endik
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Ninin Damayanti
NKRI
Nur Taufik
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Obrolan
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Pagelaran Musim Tandur
Palestina
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawon Seni
PDS H.B. Jassin
Pekan Literasi Lamongan
Pelukis Tarmuzie
Pendhapa Art Space
Pendidikan
Penerbit Pelangi Sastra
Pengajian
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Pungkit Wijaya
Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB)
Pustaka LaBRAK
Putu Fajar Arcana
R Giryadi
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Nur Hakim
Rani R. Moediarta
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Syaldo
Remy Sylado
Rendy Adrikni Sadikin
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Romel Masykuri Nur Arifin
Ronny Agustinus
Rosi
Rosihan Anwar
Rosmawaty Harahap
Roy Kusuma
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Faris
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanusi Pane
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sasti Gotama
Saut Situmorang
Saya
Sayyid Muhammad Hadi Assegaf
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Joko Suyono
Setia Budhi
Shiny.ane el’poesya
Shofa As-Syadzili
Sholihul Huda
Shulhan Hadi
Sihar Ramses Simatupang
Siti Aisyatul Adawiyah
Siwi Dwi Saputro
Soediro Satoto
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunardian Wirodono
Sunlie Thomas Alexander
Sunoto
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Taman Ismail Marzuki
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Afandi
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tere Liye
Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
TS Pinang
Tsani Fanie
Tulus S
Udo Z. Karzi
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Widie Nurmahmudy
Yanuar Widodo
Yanusa Nugroho
Yerusalem
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yoks Kalachakra
Yonathan Rahardjo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar