Sabtu, 23 November 2019

Cerita Pilu Kepulangan TKW

Judul Novel : Sumi; Jejak Cinta Perempuan Gila
Penulis : Maria Bo Niok
Penerbit : Arti Bumi Intaran, Yogyakarta
Cetakan : I Mei 2008
Tebal : 198 halaman
Peresensi : MG. Sungatno *
cawanaksara.blogspot.com

Pada 16 Agustus 2007, sebuah keluarga di Dusun Tanjung Kerta, Kabupaten Karawang, terlihat bahagia dan memendam banyak harapan. Pasalnya, keluarga itu merestui puterinya, Lamah, untuk bekerja di Taiwan sebagai TKW. Sayangnya, pada 20 Maret 2008, kebahagiaan dan harapan itu sirna seketika. Sebab, Lamah sudah tinggal nama dan jenazahnya dipulangkan pada 21 April 2008. Pahlawan devisa itu telah 'gugur' di Taiwan. Nasib Lamah telah menyusul puluhan nasib para TKI-TKW yang lebih dahulu 'gugur' dengan kasus yang tidak jauh berbeda. Tragis, itulah kisahnya.

Tidak jauh berbeda dengan nasib Sumi. Gadis remaja asal Leksono, Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng) yang hanya mampu menamatkan sekolahnya di jenjang SMA ini, pulang dari Hongkong sebagai TKW terjangkit cerita yang memilukan. Sumi menjadi gila. Keberuntungannya, meskipun Sumi tergeletak tidak sadarkan diri di jalan raya, raja maut tidak menghampirinya. Melainkan, majikannya Sumi ?Ryusho yang terpaksa meninggal dunia. Ryusho tertabrak mobil dan terkapar di jalan dengan darah yang meluber dan menggenang di atas aspal.

Tragedi Sumi itulah yang menjadi titik inti Maria Bo Niok dalam mengembangkan ceritanya hingga sebanyak 198 halaman ini. Dihadirkannya novel ?meskipun- tipis namun syarat dengan kritik sosial ini, merupakan salah satu wujud dari transformasi kegelisahan-kegelisahan Niok dalam memandang realita kehidupan yang dialami para TKI-TKW di negeri seberang.

Sebagai penulis yang juga pernah bertahun-tahun bekerja sebagai TKW di Hongkong dan Taiwan, Niok sangat merasakan betul apa-apa yang menjadi kendala dan rintihan para TKW. Bersama novel inilah salah satu kendala dan rintihan para TKW itu diadukan Niok kepada pembaca dengan aroma sastra.

Layaknya para TKW atau buruh migran perempuan (BMP) yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) pada umumnya, tokoh Sumi diangkat dari setting keluarga dan desa yang tingkat perekonomiannya masih lemah. Sumi terlahir di tengah keluarga yang kurang mampu hingga memaksanya untuk berhenti sekolah di tingkat sekolah menengah atas (SMA). Selanjutnya, untuk meringankan perekonomian yang ditanggung keluarganya, Sumi membantu sang ayah, Parto, dalam memproduksi bahan bakar arang untuk dijual di masyarakat sebagai bahan bakar pendamping atau pengganti minyak. Adapun hasilnya diserahkan kepada keluarga untuk biaya hidup sehari-hari dan menyekolahkan adik-adiknya Sumi.

Karena tuntutan ekonomi yang semakin medesak, akhirnya Sumi memutuskan berangkat ke Hongkong sebagai PRT, melalui Yati ?adik ipar Parto- dan salah satu PJTKI di Jakarta. Sesampainya di Hongkong, Sumi bertemu dan bekerja di sebuah rumah milik Nyonya Tze Bik Yut dan Ryusho. Dengan sifat dasarnya yang rajin, cepat, tanggap, dan pengertian, serta paras wajahnya yang cantik, membuat Sumi disayang keluarga tersebut, terlebih tuan muda Ryusho.

Selama hampir dua tahun, diam-diam Ryusho mempunyai rasa cinta terhadap Sumi. Namun, Ryusho sama sekali belum berani dan percaya diri mengungkapkan isi hatinya itu. Meskipun kesepakatan kontrak kerja Sumi dengan keluarga tersebut hendak berakhir, Ryusho masih saja belum berani mengatakan cintanya. Namun, satu minggu sebelum kontrak kerja habis, akhirnya Ryusho mulai memaksakan diri untuk mendekati Sumi. Ia memohon Sumi untuk menandatangani kontrak kerja lagi, dengan berbagai alasan tentunya. Mengetahui tingkah laku dan maksud cucunya itu, nenek Tze mulai mendekakti Sumi dan membujuknya untuk bekerja lagi di rumah itu.

Kerjasama nenek dan cucu dalam membujuk itu pun berhasil. Sumi sepakat dan berjanji untuk kerja kembali di keluarga tersebut. Ryusho merupakan anak dari pasangan Obi Moto dan Tze Ming Ming yang menetap di Jepang. Sementara, keberadaan Ryusho di Hong Kong merupakan keputusannya untuk melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi di sana. Sedangkan Nenek Tze merupakan nenek Ryusho yang lebih memilih menetap di Hong Kong daripada di Jepang.

Kontrak kerja Sumi yang pertama berakhir. Dengan sejumlah upah yang diterimanya, Sumi pulang kampung. Sesampai di rumah, Sumi disambut gembira oleh keluarga dan masyarakat setempat. Selain membawa uang yang banyak, Sumi dinilai keluarga dan masyarakat tambah cantik, terlebih saat Sumi memakai gaun yang tampak anyar, harum dan serasi dengan kuning langsat tubuhnya. Yang lebih disukai masyarakat, Sumi mulai berani tegur sapa dan murah senyum dengan masyarakat yang mendatangi maupun berpapasan dengannya. Begitu juga dengan tingkah lakunya yang sopan santun, tutur katanya yang tidak mencerminkan kesombongan, dan tidak segan-segan pergi ke sawah untuk membantu ayahnya, sama sekali tidak lepas dari perangainya. Akibatnya, ia seakan menjadi bunga desa dadakan. Semua anak-anak muda dan orang tua mulai ngerumpi tentang kedatangannya yang membawa perubahan dan tidak melepaskan hal-hal yang dinilai baik oleh masyarakat.

Cuti kerja dua minggu pun hendak berakhir, tinggal empat hari. Sisa waktu itu akhirnya dihabiskan Sumi di tempat Yati di Jakarta. Sayangnya, Kino yang sempat menaruh hati terhadap Sumi sebelum menjadi TKW, terlambat pulang ke rumahnya yang satu desa dengan Sumi. Kino gagal untuk mengungkapkan perasaannya terhadap Sumi yang telah lama ia pendam. Padahal, sebelumnya Sumi juga merasakan perasaan yang sama terhadap Kino.

Namun, karena Sumi ragu dan belum pernah mendengar langsung isi hati Kino, akhirnya Sumi menganggap hal itu tidak akan pernah terjadi dan hanya angan-angan kosong bagi Sumi. Apalagi latar belakang Kino berasal dari keluarga yang status sosialnya lebih tinggi dan dihormati masyarakat daripada keluarga Sumi yang hanya petani kecil, dan produsen bahan bakar arang.
Meskipun terlambat, akhirnya Kino bahagia juga. Sebab, orang tua Kino telah menjalin kesepakatan dengan keluarga Sumi untuk menjodohkan Kino dengan Sumi.

Kasihan bagi Sumi. Setelah ia kembali ke Hong Kong dan menerima pernyataan cinta Ryusho terhadap dirinya, kabar dari kampung itu baru sampai di pendengarannya. Lebih kasihan lagi, ternyata Sumi telah menyepakati niat Ryusho yang hendak menikahi dirinya. Dan ia tdak kuasa untuk membatalkannya.

Di antara dua pilihan yang dilematis itu, Sumi lebih memilih Ryusho. Tanpa memberitahu dan meminta restu dari orangtuanya, Sumi menjalankan pesta perkawinannya dengan Ryusho. Pasca pernikahan, Sumi mengajukan permintaan kepada suaminya untuk pindah rumah. Permintaan itu pun terkabul. Akibatnya, keluarga di desa tidak bisa menghubungi atau menyurati dirinya. Begitu juga dengan teman-teman PRT dari Indonesia, yang telah mengenalnya. Mereka tidak bisa menghubungi maupun mengetahui keberadaan Sumi.

Penyesalan pun mulai dirasakan Sumi. Selain menghilangkan jejak dan tidak meminta do'a restu atas pernikahannya, ternyata sang suami mengidap penyakit kelainan seks, sado mashokhism. Kebutuhan batin sebagai sang istri pun belum pernah didapatkannya, pada malam pertama sekalipun. Bukan hanya itu, saat Sumi dan suaminya jalan-jalan dan berbelanja di Shopping Centre, Ryusho tertabrak mobil yang melintas di jalan hingga meninggal.

Melihat suaminya yang meninggal dengan mengeluarkan darah yang melumuri aspal jalanan kala itu, Sumi langsung shock berat. Ingatan Sumi terganggu; gila. Merasa tidak sanggup merawat Sumi yang semakin hari semakin parah, akhirnya keluarga mertua membawa Sumi ke berbagai tempat untuk carikan obat. Namun, usaha mereka sia-sia. Akhirnya mereka memutuskan agar Sumi dipulangkan kepada orangtuanya di Indonesia dan biaya selama perawatan serta penyembuhan Sumi pun ditanggung oleh keluarga Ryusho.

Meskipun menyisakan luka yang mendalam bagi Kino yang mengetahui cerita suram itu, Kino berjanji merahasiakan masa lalu Sumi selama menjalani kontrak kerja yang kedua. Di antara sekian banyak masyarakat dan orangtua Sumi, yang mengetahui cerita suram Sumi adalah Kino. Sebab, waktu keadatangan Sumi yang diantar mertua dan neneknya kala itu yang bisa memahami dan menemani adalah Kino seorang. Baik masyarakat maupun orangtua Sumi tidak ada yang bisa berbahasa dan paham dengan bahasa Inggris yang digunakan orangtua Ryusho saat menjelaskan maksud dan tujuan mereka mengantarkan Sumi. Demi kesetiaan dan cintanya yang besar terhadap Sumi, pada akhirnya Kino mau menerima dan menikahi Sumi setelah sembuh dari gila.

Menyedihkan dan mengharukan. Itulah latar suasana yang digunakan Niok dalam menghadirkan separoh terakhir cerita Sumi; Jejak Cinta Perempuan Gila ini. Sebagai novel yang menggunakan tema genre baru, novel ini terasa asyik untuk dinikmati di tengah merebaknya novel-novel yang lain. Meskipun jenis begitu, kurang kuatnya bahasa penceritaan dan carut-marutnya bahasa Jawa yang sering menyelinap di antara bahasa-bahasa lain yang digunakan (Indonesia, Hong Kong, Jepang) menjadi catatan khusus untuk menyamankan pembaca dalam menikmati dan mengimajinasikan sisi lain kehidupan para TKI-TKW (PRT); yang hingga saat ini masih saja diminati rakyat Indonesia. Aneh.

*) Pegiat di Scriptorium Lintang Sastra, Yogyakarta.
http://sastra-indonesia.com/2008/12/cerita-pilu-kepulangan-tkw/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar