Judul Novel : Sumi; Jejak Cinta Perempuan Gila
Penulis : Maria Bo Niok
Penerbit : Arti Bumi Intaran, Yogyakarta
Cetakan : I Mei 2008
Tebal : 198 halaman
Peresensi : MG. Sungatno *
cawanaksara.blogspot.com
Pada 16 Agustus 2007, sebuah keluarga di Dusun Tanjung Kerta, Kabupaten Karawang, terlihat bahagia dan memendam banyak harapan. Pasalnya, keluarga itu merestui puterinya, Lamah, untuk bekerja di Taiwan sebagai TKW. Sayangnya, pada 20 Maret 2008, kebahagiaan dan harapan itu sirna seketika. Sebab, Lamah sudah tinggal nama dan jenazahnya dipulangkan pada 21 April 2008. Pahlawan devisa itu telah 'gugur' di Taiwan. Nasib Lamah telah menyusul puluhan nasib para TKI-TKW yang lebih dahulu 'gugur' dengan kasus yang tidak jauh berbeda. Tragis, itulah kisahnya.
Tidak jauh berbeda dengan nasib Sumi. Gadis remaja asal Leksono, Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng) yang hanya mampu menamatkan sekolahnya di jenjang SMA ini, pulang dari Hongkong sebagai TKW terjangkit cerita yang memilukan. Sumi menjadi gila. Keberuntungannya, meskipun Sumi tergeletak tidak sadarkan diri di jalan raya, raja maut tidak menghampirinya. Melainkan, majikannya Sumi ?Ryusho yang terpaksa meninggal dunia. Ryusho tertabrak mobil dan terkapar di jalan dengan darah yang meluber dan menggenang di atas aspal.
Tragedi Sumi itulah yang menjadi titik inti Maria Bo Niok dalam mengembangkan ceritanya hingga sebanyak 198 halaman ini. Dihadirkannya novel ?meskipun- tipis namun syarat dengan kritik sosial ini, merupakan salah satu wujud dari transformasi kegelisahan-kegelisahan Niok dalam memandang realita kehidupan yang dialami para TKI-TKW di negeri seberang.
Sebagai penulis yang juga pernah bertahun-tahun bekerja sebagai TKW di Hongkong dan Taiwan, Niok sangat merasakan betul apa-apa yang menjadi kendala dan rintihan para TKW. Bersama novel inilah salah satu kendala dan rintihan para TKW itu diadukan Niok kepada pembaca dengan aroma sastra.
Layaknya para TKW atau buruh migran perempuan (BMP) yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) pada umumnya, tokoh Sumi diangkat dari setting keluarga dan desa yang tingkat perekonomiannya masih lemah. Sumi terlahir di tengah keluarga yang kurang mampu hingga memaksanya untuk berhenti sekolah di tingkat sekolah menengah atas (SMA). Selanjutnya, untuk meringankan perekonomian yang ditanggung keluarganya, Sumi membantu sang ayah, Parto, dalam memproduksi bahan bakar arang untuk dijual di masyarakat sebagai bahan bakar pendamping atau pengganti minyak. Adapun hasilnya diserahkan kepada keluarga untuk biaya hidup sehari-hari dan menyekolahkan adik-adiknya Sumi.
Karena tuntutan ekonomi yang semakin medesak, akhirnya Sumi memutuskan berangkat ke Hongkong sebagai PRT, melalui Yati ?adik ipar Parto- dan salah satu PJTKI di Jakarta. Sesampainya di Hongkong, Sumi bertemu dan bekerja di sebuah rumah milik Nyonya Tze Bik Yut dan Ryusho. Dengan sifat dasarnya yang rajin, cepat, tanggap, dan pengertian, serta paras wajahnya yang cantik, membuat Sumi disayang keluarga tersebut, terlebih tuan muda Ryusho.
Selama hampir dua tahun, diam-diam Ryusho mempunyai rasa cinta terhadap Sumi. Namun, Ryusho sama sekali belum berani dan percaya diri mengungkapkan isi hatinya itu. Meskipun kesepakatan kontrak kerja Sumi dengan keluarga tersebut hendak berakhir, Ryusho masih saja belum berani mengatakan cintanya. Namun, satu minggu sebelum kontrak kerja habis, akhirnya Ryusho mulai memaksakan diri untuk mendekati Sumi. Ia memohon Sumi untuk menandatangani kontrak kerja lagi, dengan berbagai alasan tentunya. Mengetahui tingkah laku dan maksud cucunya itu, nenek Tze mulai mendekakti Sumi dan membujuknya untuk bekerja lagi di rumah itu.
Kerjasama nenek dan cucu dalam membujuk itu pun berhasil. Sumi sepakat dan berjanji untuk kerja kembali di keluarga tersebut. Ryusho merupakan anak dari pasangan Obi Moto dan Tze Ming Ming yang menetap di Jepang. Sementara, keberadaan Ryusho di Hong Kong merupakan keputusannya untuk melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi di sana. Sedangkan Nenek Tze merupakan nenek Ryusho yang lebih memilih menetap di Hong Kong daripada di Jepang.
Kontrak kerja Sumi yang pertama berakhir. Dengan sejumlah upah yang diterimanya, Sumi pulang kampung. Sesampai di rumah, Sumi disambut gembira oleh keluarga dan masyarakat setempat. Selain membawa uang yang banyak, Sumi dinilai keluarga dan masyarakat tambah cantik, terlebih saat Sumi memakai gaun yang tampak anyar, harum dan serasi dengan kuning langsat tubuhnya. Yang lebih disukai masyarakat, Sumi mulai berani tegur sapa dan murah senyum dengan masyarakat yang mendatangi maupun berpapasan dengannya. Begitu juga dengan tingkah lakunya yang sopan santun, tutur katanya yang tidak mencerminkan kesombongan, dan tidak segan-segan pergi ke sawah untuk membantu ayahnya, sama sekali tidak lepas dari perangainya. Akibatnya, ia seakan menjadi bunga desa dadakan. Semua anak-anak muda dan orang tua mulai ngerumpi tentang kedatangannya yang membawa perubahan dan tidak melepaskan hal-hal yang dinilai baik oleh masyarakat.
Cuti kerja dua minggu pun hendak berakhir, tinggal empat hari. Sisa waktu itu akhirnya dihabiskan Sumi di tempat Yati di Jakarta. Sayangnya, Kino yang sempat menaruh hati terhadap Sumi sebelum menjadi TKW, terlambat pulang ke rumahnya yang satu desa dengan Sumi. Kino gagal untuk mengungkapkan perasaannya terhadap Sumi yang telah lama ia pendam. Padahal, sebelumnya Sumi juga merasakan perasaan yang sama terhadap Kino.
Namun, karena Sumi ragu dan belum pernah mendengar langsung isi hati Kino, akhirnya Sumi menganggap hal itu tidak akan pernah terjadi dan hanya angan-angan kosong bagi Sumi. Apalagi latar belakang Kino berasal dari keluarga yang status sosialnya lebih tinggi dan dihormati masyarakat daripada keluarga Sumi yang hanya petani kecil, dan produsen bahan bakar arang.
Meskipun terlambat, akhirnya Kino bahagia juga. Sebab, orang tua Kino telah menjalin kesepakatan dengan keluarga Sumi untuk menjodohkan Kino dengan Sumi.
Kasihan bagi Sumi. Setelah ia kembali ke Hong Kong dan menerima pernyataan cinta Ryusho terhadap dirinya, kabar dari kampung itu baru sampai di pendengarannya. Lebih kasihan lagi, ternyata Sumi telah menyepakati niat Ryusho yang hendak menikahi dirinya. Dan ia tdak kuasa untuk membatalkannya.
Di antara dua pilihan yang dilematis itu, Sumi lebih memilih Ryusho. Tanpa memberitahu dan meminta restu dari orangtuanya, Sumi menjalankan pesta perkawinannya dengan Ryusho. Pasca pernikahan, Sumi mengajukan permintaan kepada suaminya untuk pindah rumah. Permintaan itu pun terkabul. Akibatnya, keluarga di desa tidak bisa menghubungi atau menyurati dirinya. Begitu juga dengan teman-teman PRT dari Indonesia, yang telah mengenalnya. Mereka tidak bisa menghubungi maupun mengetahui keberadaan Sumi.
Penyesalan pun mulai dirasakan Sumi. Selain menghilangkan jejak dan tidak meminta do'a restu atas pernikahannya, ternyata sang suami mengidap penyakit kelainan seks, sado mashokhism. Kebutuhan batin sebagai sang istri pun belum pernah didapatkannya, pada malam pertama sekalipun. Bukan hanya itu, saat Sumi dan suaminya jalan-jalan dan berbelanja di Shopping Centre, Ryusho tertabrak mobil yang melintas di jalan hingga meninggal.
Melihat suaminya yang meninggal dengan mengeluarkan darah yang melumuri aspal jalanan kala itu, Sumi langsung shock berat. Ingatan Sumi terganggu; gila. Merasa tidak sanggup merawat Sumi yang semakin hari semakin parah, akhirnya keluarga mertua membawa Sumi ke berbagai tempat untuk carikan obat. Namun, usaha mereka sia-sia. Akhirnya mereka memutuskan agar Sumi dipulangkan kepada orangtuanya di Indonesia dan biaya selama perawatan serta penyembuhan Sumi pun ditanggung oleh keluarga Ryusho.
Meskipun menyisakan luka yang mendalam bagi Kino yang mengetahui cerita suram itu, Kino berjanji merahasiakan masa lalu Sumi selama menjalani kontrak kerja yang kedua. Di antara sekian banyak masyarakat dan orangtua Sumi, yang mengetahui cerita suram Sumi adalah Kino. Sebab, waktu keadatangan Sumi yang diantar mertua dan neneknya kala itu yang bisa memahami dan menemani adalah Kino seorang. Baik masyarakat maupun orangtua Sumi tidak ada yang bisa berbahasa dan paham dengan bahasa Inggris yang digunakan orangtua Ryusho saat menjelaskan maksud dan tujuan mereka mengantarkan Sumi. Demi kesetiaan dan cintanya yang besar terhadap Sumi, pada akhirnya Kino mau menerima dan menikahi Sumi setelah sembuh dari gila.
Menyedihkan dan mengharukan. Itulah latar suasana yang digunakan Niok dalam menghadirkan separoh terakhir cerita Sumi; Jejak Cinta Perempuan Gila ini. Sebagai novel yang menggunakan tema genre baru, novel ini terasa asyik untuk dinikmati di tengah merebaknya novel-novel yang lain. Meskipun jenis begitu, kurang kuatnya bahasa penceritaan dan carut-marutnya bahasa Jawa yang sering menyelinap di antara bahasa-bahasa lain yang digunakan (Indonesia, Hong Kong, Jepang) menjadi catatan khusus untuk menyamankan pembaca dalam menikmati dan mengimajinasikan sisi lain kehidupan para TKI-TKW (PRT); yang hingga saat ini masih saja diminati rakyat Indonesia. Aneh.
*) Pegiat di Scriptorium Lintang Sastra, Yogyakarta.
http://sastra-indonesia.com/2008/12/cerita-pilu-kepulangan-tkw/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Muhaimin Iskandar
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Rodhi Murtadho
A.H. J Khuzaini
A.S Laksana
Aa Sudirman
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Achiar M Permana
Addi Mawahibun Idhom
Adhi Pandoyo
Adi W. Gunawan
Afrion
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Buchori
Agus Mulyadi
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wahyudi
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Baso
Ahmad Dahri
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Munjin
Ahmad Naufel
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadul Faqih Mahfudz
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhlis Purnomo
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Albert Camus
Alfathri Adlin
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Alimuddin
Amelia Rachman
Amie Williams
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andik Suprihartono
Andri Awan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ari Welianto
Arief Rachman Hakim
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Bahrum Rangkuti
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bonardo Maulana Wahono
Bre Redana
Budi Darma
Budiman Hakim
Buku
Bung Hatta
Bustan Basir Maras
Butet Kertaredjasa
Candrakirana
Capres Cawapres 2019
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahlan Iskan
Dahlan Kong
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Satika
Dian R. Basuki
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diponegoro
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodit Setiawan Santoso
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Doris Lessing
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Edisi Khusus
Edy A Effendi
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Ekwan Wiratno
el-Ha Abdillah
Enny Arrow
Erdogan
Esai
Esthi Maharani
Estiana Arifin
Evi Melyati
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahri Salam
Faisal Kamandobat
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Forum Santri Nasional
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galeri Sonobudoyo
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohammad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun el-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi
Gus Dur
Gusti Eka
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf
Halim HD
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamzah al-Fansuri
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Harris Maulana
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Herry Fitriadi
Herta Muller
Heru Kurniawan
Hesti Sartika
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
IAI TABAH
Ibnu Wahyudi
Idrus Efendi
Ignas Kleden
Iis Narahmalia
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Inung As
Irfan Afifi
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iwan Simatupang
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
Jawa dan Islam
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joni Ariadinata
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastra
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kadjie MM
Kalis Mardiasih
Kanti W. Janis
Karang Taruna Kedungrejo
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kedungrejo Muncar Banyuwangi
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Kembulan
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kitab Kelamin
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Buana Kasih
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas Selapan Sastra
Kopi Bubuk Mbok Djum
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lan Fang
Launching Buku
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Linda S Priyatna
Literasi
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lukisan
Lukman Santoso Az
M. Faizi
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M.D. Atmaja
Maduretna Menali
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maimun Zubair
Maiyah Banyuwangi
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Sitohang
Mario Vargas Llosa
Marsel Robot
Mas Garendi
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Max Arifin
Media Seputar Indonesia
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mianto Nugroho Agung
Mien Uno
Miftachur Rozak
Mihar Harahap
Mochtar Lubis
Moh. Husen
Moh. Jauhar al-Hakimi
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Sobary
Mohammad Rokib
Mohammad Wildan
Motinggo Busye
Muafiqul Khalid MD
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Alimudin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yunus
Muhidin M. Dahlan
Mukhsin Amar
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik
Munawir Aziz
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Ndix Endik
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Ninin Damayanti
NKRI
Nur Taufik
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Obrolan
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Pagelaran Musim Tandur
Palestina
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawon Seni
PDS H.B. Jassin
Pekan Literasi Lamongan
Pelukis Tarmuzie
Pendhapa Art Space
Pendidikan
Penerbit Pelangi Sastra
Pengajian
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Pungkit Wijaya
Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB)
Pustaka LaBRAK
Putu Fajar Arcana
R Giryadi
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Nur Hakim
Rani R. Moediarta
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Syaldo
Remy Sylado
Rendy Adrikni Sadikin
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Romel Masykuri Nur Arifin
Ronny Agustinus
Rosi
Rosihan Anwar
Rosmawaty Harahap
Roy Kusuma
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Faris
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanusi Pane
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sasti Gotama
Saut Situmorang
Saya
Sayyid Muhammad Hadi Assegaf
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Joko Suyono
Setia Budhi
Shiny.ane el’poesya
Shofa As-Syadzili
Sholihul Huda
Shulhan Hadi
Sihar Ramses Simatupang
Siti Aisyatul Adawiyah
Siwi Dwi Saputro
Soediro Satoto
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunardian Wirodono
Sunlie Thomas Alexander
Sunoto
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Taman Ismail Marzuki
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Afandi
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tere Liye
Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
TS Pinang
Tsani Fanie
Tulus S
Udo Z. Karzi
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Widie Nurmahmudy
Yanuar Widodo
Yanusa Nugroho
Yerusalem
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yoks Kalachakra
Yonathan Rahardjo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar