Djoko Saryono
Apakah yang kita ketahui mengenai karya ilmiah? Suatu karya ilmiah atau ilmu selalu berpretensi, malah acapkali kelewat berambisi, memahami dan menjelaskan semesta, kehidupan, dan manusia beserta segala peristiwa di dalamnya. Lewat peralatan dan perangkat ilmiah yang dimiliki dan sering dibilang canggih, alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya dicoba dijinakkan dan ditundukkan – mungkin dibekukan kalau tidak malah dilumpuhkan atau dibunuh – ke dalam logika, rasionalisasi, objektivasi, konseptualisasi, generalisasi, formulasi, argumentasi, dan sofistikasi filosofis-akademis dengan presisi sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya tampak sebagai sehimpunan fakta dan data.
Wajarlah, di tangan ilmu atau ilmuwan, alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya menjadi dingin, tunggal, kaku, kering, terasa mati, tertutup, sederhana, dan mungkin menjenuhkan lagi membosankan. Berhadapan dengan ilmu, pembaca karya keilmuan pada akhirnya menjadi manusia tak berdaya, dalam arti perlu patuh, karena tak punya celah kebebasan. Dalam istilah Ignas Kleden, “ilmu atau karya ilmiah adalah tulisan yang berada dalam tapal batas spesialisasi dan dalam tembok kompartentalisasi”
Berbeda dengan ilmu, suatu esai dan karya literer atau karya sastra hanya berpretensi, hanya berambisi (kalau bisa dibilang begitu) dan berhasrat merayakan, menyaksikan, dan mengabarkan alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya termasuk segala pernak-pernik peristiwa di dalamnya. Melalui peralatan dan perangkat esai dan karya literer yang dimiliki, alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya dicoba dilepaskan, dibebaskan, dan dibiarkan – mungkin malah diliarkan nan dialirkan – ke dalam refleksi, sublimasi, subjektivikasi, kontemplasi, otentifikasi, imajinasi, retorika, deformulasi, dan narasi tekstual dengan kelonggaran sangat besar, bukan presisi.
Hal itu membuat alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya lebih tampak sebagai pijar-pijar makna yang beraneka ragam sekaligus berkelebatan. Tak aneh, di tangan sebuah esai, alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya kelihatan begitu hidup, terbuka, cerah, hangat, semarak, rancak, riuh, syahdu, sublim, aneka warna, menyenangkan, dan malah mungkin menggairahkan-menggemaskan. Tak heran, berhadapan dengan sebuah esei, pembaca pada akhirnya menjadi manusia perkasa karena punya kebebasan sedemikian besar memperlakukan esei.
Ringkas kata, ilmu [karya ilmiah] dirundung ambisi untuk memberikan pemahaman dan penjelasan atas pola-pola atau keteraturan-keteraturan alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya termasuk segala peristiwa di dalamhya, sedang esai dan karya literer hanya digenangi hasrat untuk memberikan kesaksikan dan kabar atas detak-detak alamiah alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya kendatipun keduanya bertumpu pada peristiwa, fakta, dan data.
Ambillah satu contoh, yakni peristiwa dan fakta sosial politik seputar tahun 1965 [sebut saja Peristiwa 1965]. Di tangan pakar terkemuka seperti Ben Anderson, Nugroho Noto Susanto, dan Hermawan Sulistyo – misalnya – Peristiwa 1965 dipahamkan dan dijelaskan segamblang-gamblangnya kepada kita dengan wacana diskursif yang berisi pola dan keteraturan yang memiliki presisi sangat tinggi sehingga tampak beku dan dingin. Kita pun berhadapan dengan sekian banyak formulasi hipotetis dan proposisi mengenai Peristiwa 1965.
Sebaliknya, di tangan eseis atau ahli esei dan karya literer seperti Goenawan Mohamad, Taufik Ismail, Umar Kayam, Arief Budiman, dan Emha Ainun Najib serta Mohamad Sobari – misalnya – Peristiwa 1965 di-berita-pikiran-kan dan dikabarkan kepada kita dengan wacana tekstual, kadang wacana naratif, yang sangat longgar sehingga tampak hidup dan terbuka. Di sini kita berpapasan dengan sekian banyak kelebatan makna konotatif-metaforis mengenai Peristiwa 1965.
Pendeknya, ilmu [karya ilmiah] membuat logoskita bekerja menyandera alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya; sedangkan esai dan karya literer justru membuat eros dan pathos kita bangkit menyuburi, membasahi atau membasuhi, dan menghidupi alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya. Dalam kata-kata Ignas Kleden, sosiolog dan pemikiran social terkemuka Indonesia, “... ilmu adalah penemuan, puisi adalah penciptaan, tetapi esai dan karya literer mengembalikan tiap orang – penulis dan pembaca – menjadi manusia biasa. Esai dan karya literer adalah perjumpaan dan persahabatan.” Oleh karena itu, dalam istilah Ignas Kleden, ilmu atau karya ilmiah adalah tulisan yang berada dalam tapal batas spesialisasi dan dalam tembok kompartentalisasi, sedangkan “... esai dan karya literer adalah tulisan yang menerobos batas-batas spesialisasi dan sekaligus menjebol tembok-tembok kompartementalisasi.”
Tentulah amat naif, terlalu sederhana, bahkan mungkin dungu apabila alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya sekadar kita pahami dan jelaskan dengan ilmu [karya ilmiah] yang spesialistis dan kompartemental. Alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya perlu juga kita rayakan dan kabarkan dengan esai dan karya literer dan atau sastra yang melampau spesialisasi dan kompartementalisasi. Mengapa? Soalnya, ternyata, dalam hidup manusia, kita tak hanya butuh serba kepastian dan kejelasan presisif yang dipersembahkan oleh ilmu [karya ilmiah], tetapi kita juga sangat butuh kemungkinan, kemenduaan, dan keremangan-keremangan metaforis, kontemplatif, dan atau reflektif – mungkin juga ketakpastian dan ketakjelasan akibat metafora, kontemplasi, dan atau refleksi – yang disuguhkan oleh esai. Di samping itu, kehidupan manusia juga memerlukan riuh perayaan penuh kebebasan-keliaran di samping membutuhkan perumusan penuh keteraturan ketat [rigid].
Itulah sebabnya, saya kira, walaupun ilmu [karya ilmiah] terus-menerus didedahkan dan dilesakkan kepada diri kita setiap hari, bahkan mencengkeram kesadaran hidup dan akal pikiran kita, esai dan karya literer justru terasa makin kuat menggoda kita, makin lihai dan dalam menyusup ke dalam bilik-bilik kesadaran dan lubuk batin kita; itulah sebabnya, esai dan karya literer terus-menerus ditulis dan dinikmati banyak orang sekalipun ilmu [karya ilmiah] terus-menerus mencoba memenuhi kesadaran dan akal pikiran kita. Esai dan karya literer tetap mencuri perhatian orang tertentu untuk menulis atau sekadar menikmati atau mengapresiasinya sekalipun ilmu secara ofensif dan obsesif berusaha berkampanye supayakita mengabaikan atau mungkin melupakannya.
Rupanya, memang, baik ilmu maupun esai dan karya literer kita butuhkan untuk berselancar dalam mengarungi alam semesta dan kehidupan berserta bukit-bukit persoalan di dalamnya. Esai dan karya literer membimbing kita “merenangi alun-gelombang samudra kehidupan”, sedang ilmu membantu kita untuk mengetahui dan memahirkan “ilmu merenangi alun-gelombang lautan kehidupan secara lebih baik.” Esai dan karya literer memberi kita perjumpaan dan persahabatan dengan manusia dan kehidupan, ilmu memberi kita penemuan tentang manusia dan kehidupan.
***
http://sastra-indonesia.com/2020/01/karya-ilmiah-versus-esai/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Muhaimin Iskandar
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Rodhi Murtadho
A.H. J Khuzaini
A.S Laksana
Aa Sudirman
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Achiar M Permana
Addi Mawahibun Idhom
Adhi Pandoyo
Adi W. Gunawan
Afrion
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Buchori
Agus Mulyadi
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wahyudi
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Baso
Ahmad Dahri
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Munjin
Ahmad Naufel
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadul Faqih Mahfudz
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhlis Purnomo
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Albert Camus
Alfathri Adlin
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Alimuddin
Amelia Rachman
Amie Williams
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andik Suprihartono
Andri Awan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ari Welianto
Arief Rachman Hakim
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Bahrum Rangkuti
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bonardo Maulana Wahono
Bre Redana
Budi Darma
Budiman Hakim
Buku
Bung Hatta
Bustan Basir Maras
Butet Kertaredjasa
Candrakirana
Capres Cawapres 2019
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahlan Iskan
Dahlan Kong
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Satika
Dian R. Basuki
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diponegoro
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodit Setiawan Santoso
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Doris Lessing
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Edisi Khusus
Edy A Effendi
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Ekwan Wiratno
el-Ha Abdillah
Enny Arrow
Erdogan
Esai
Esthi Maharani
Estiana Arifin
Evi Melyati
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahri Salam
Faisal Kamandobat
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Forum Santri Nasional
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galeri Sonobudoyo
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohammad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun el-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi
Gus Dur
Gusti Eka
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf
Halim HD
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamzah al-Fansuri
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Harris Maulana
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Herry Fitriadi
Herta Muller
Heru Kurniawan
Hesti Sartika
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
IAI TABAH
Ibnu Wahyudi
Idrus Efendi
Ignas Kleden
Iis Narahmalia
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Inung As
Irfan Afifi
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iwan Simatupang
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
Jawa dan Islam
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joni Ariadinata
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastra
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kadjie MM
Kalis Mardiasih
Kanti W. Janis
Karang Taruna Kedungrejo
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kedungrejo Muncar Banyuwangi
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Kembulan
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kitab Kelamin
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Buana Kasih
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas Selapan Sastra
Kopi Bubuk Mbok Djum
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lan Fang
Launching Buku
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Linda S Priyatna
Literasi
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lukisan
Lukman Santoso Az
M. Faizi
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M.D. Atmaja
Maduretna Menali
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maimun Zubair
Maiyah Banyuwangi
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Sitohang
Mario Vargas Llosa
Marsel Robot
Mas Garendi
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Max Arifin
Media Seputar Indonesia
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mianto Nugroho Agung
Mien Uno
Miftachur Rozak
Mihar Harahap
Mochtar Lubis
Moh. Husen
Moh. Jauhar al-Hakimi
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Sobary
Mohammad Rokib
Mohammad Wildan
Motinggo Busye
Muafiqul Khalid MD
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Alimudin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yunus
Muhidin M. Dahlan
Mukhsin Amar
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik
Munawir Aziz
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Ndix Endik
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Ninin Damayanti
NKRI
Nur Taufik
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Obrolan
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Pagelaran Musim Tandur
Palestina
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawon Seni
PDS H.B. Jassin
Pekan Literasi Lamongan
Pelukis Tarmuzie
Pendhapa Art Space
Pendidikan
Penerbit Pelangi Sastra
Pengajian
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Pungkit Wijaya
Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB)
Pustaka LaBRAK
Putu Fajar Arcana
R Giryadi
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Nur Hakim
Rani R. Moediarta
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Syaldo
Remy Sylado
Rendy Adrikni Sadikin
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Romel Masykuri Nur Arifin
Ronny Agustinus
Rosi
Rosihan Anwar
Rosmawaty Harahap
Roy Kusuma
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Faris
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanusi Pane
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sasti Gotama
Saut Situmorang
Saya
Sayyid Muhammad Hadi Assegaf
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Joko Suyono
Setia Budhi
Shiny.ane el’poesya
Shofa As-Syadzili
Sholihul Huda
Shulhan Hadi
Sihar Ramses Simatupang
Siti Aisyatul Adawiyah
Siwi Dwi Saputro
Soediro Satoto
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunardian Wirodono
Sunlie Thomas Alexander
Sunoto
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Taman Ismail Marzuki
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Afandi
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tere Liye
Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
TS Pinang
Tsani Fanie
Tulus S
Udo Z. Karzi
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Widie Nurmahmudy
Yanuar Widodo
Yanusa Nugroho
Yerusalem
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yoks Kalachakra
Yonathan Rahardjo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar