Selasa, 31 Desember 2019

KARYA ILMIAH VERSUS ESAI

Djoko Saryono

Apakah yang kita ketahui mengenai karya ilmiah? Suatu karya ilmiah atau ilmu selalu berpretensi, malah acapkali kelewat berambisi, memahami dan menjelaskan semesta, kehidupan, dan manusia beserta segala peristiwa di dalamnya. Lewat peralatan dan perangkat ilmiah yang dimiliki dan sering dibilang canggih, alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya dicoba dijinakkan dan ditundukkan – mungkin dibekukan kalau tidak malah dilumpuhkan atau dibunuh – ke dalam logika, rasionalisasi, objektivasi, konseptualisasi, generalisasi, formulasi, argumentasi, dan sofistikasi filosofis-akademis dengan presisi sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya tampak sebagai sehimpunan fakta dan data.

Wajarlah, di tangan ilmu atau ilmuwan, alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya menjadi dingin, tunggal, kaku, kering, terasa mati, tertutup, sederhana, dan mungkin menjenuhkan lagi membosankan. Berhadapan dengan ilmu, pembaca karya keilmuan pada akhirnya menjadi manusia tak berdaya, dalam arti perlu patuh, karena tak punya celah kebebasan. Dalam istilah Ignas Kleden, “ilmu atau karya ilmiah adalah tulisan yang berada dalam tapal batas spesialisasi dan dalam tembok kompartentalisasi”

Berbeda dengan ilmu, suatu esai dan karya literer atau karya sastra hanya berpretensi, hanya berambisi (kalau bisa dibilang begitu) dan berhasrat merayakan, menyaksikan, dan mengabarkan alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya termasuk segala pernak-pernik peristiwa di dalamnya. Melalui peralatan dan perangkat esai dan karya literer yang dimiliki, alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya dicoba dilepaskan, dibebaskan, dan dibiarkan – mungkin malah diliarkan nan dialirkan – ke dalam refleksi, sublimasi, subjektivikasi, kontemplasi, otentifikasi, imajinasi, retorika, deformulasi, dan narasi tekstual dengan kelonggaran sangat besar, bukan presisi.

Hal itu membuat alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya lebih tampak sebagai pijar-pijar makna yang beraneka ragam sekaligus berkelebatan. Tak aneh, di tangan sebuah esai, alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya kelihatan begitu hidup, terbuka, cerah, hangat, semarak, rancak, riuh, syahdu, sublim, aneka warna, menyenangkan, dan malah mungkin menggairahkan-menggemaskan. Tak heran, berhadapan dengan sebuah esei, pembaca pada akhirnya menjadi manusia perkasa karena punya kebebasan sedemikian besar memperlakukan esei.

Ringkas kata, ilmu [karya ilmiah] dirundung ambisi untuk memberikan pemahaman dan penjelasan atas pola-pola atau keteraturan-keteraturan alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya termasuk segala peristiwa di dalamhya, sedang esai dan karya literer hanya digenangi hasrat untuk memberikan kesaksikan dan kabar atas detak-detak alamiah alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya kendatipun keduanya bertumpu pada peristiwa, fakta, dan data.

Ambillah satu contoh, yakni peristiwa dan fakta sosial politik seputar tahun 1965 [sebut saja Peristiwa 1965]. Di tangan pakar terkemuka seperti Ben Anderson, Nugroho Noto Susanto, dan Hermawan Sulistyo – misalnya – Peristiwa 1965 dipahamkan dan dijelaskan segamblang-gamblangnya kepada kita dengan wacana diskursif yang berisi pola dan keteraturan yang memiliki presisi sangat tinggi sehingga tampak beku dan dingin. Kita pun berhadapan dengan sekian banyak formulasi hipotetis dan proposisi mengenai Peristiwa 1965.

Sebaliknya, di tangan eseis atau ahli esei dan karya literer seperti Goenawan Mohamad, Taufik Ismail, Umar Kayam, Arief Budiman, dan Emha Ainun Najib serta Mohamad Sobari – misalnya – Peristiwa 1965 di-berita-pikiran-kan dan dikabarkan kepada kita dengan wacana tekstual, kadang wacana naratif, yang sangat longgar sehingga tampak hidup dan terbuka. Di sini kita berpapasan dengan sekian banyak kelebatan makna konotatif-metaforis mengenai Peristiwa 1965.

Pendeknya, ilmu [karya ilmiah] membuat logoskita bekerja menyandera alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya; sedangkan esai dan karya literer justru membuat eros dan pathos kita bangkit menyuburi, membasahi atau membasuhi, dan menghidupi alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya. Dalam kata-kata Ignas Kleden, sosiolog dan pemikiran social terkemuka Indonesia, “... ilmu adalah penemuan, puisi adalah penciptaan, tetapi esai dan karya literer mengembalikan tiap orang – penulis dan pembaca – menjadi manusia biasa. Esai dan karya literer adalah perjumpaan dan persahabatan.”  Oleh karena itu, dalam istilah Ignas Kleden, ilmu atau karya ilmiah adalah tulisan yang berada dalam tapal batas spesialisasi dan dalam tembok kompartentalisasi, sedangkan “... esai dan karya literer adalah tulisan yang menerobos batas-batas spesialisasi dan sekaligus menjebol tembok-tembok kompartementalisasi.”

Tentulah amat naif, terlalu sederhana, bahkan mungkin dungu apabila alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya sekadar kita pahami dan jelaskan dengan ilmu [karya ilmiah] yang spesialistis dan kompartemental. Alam semesta beserta kehidupan dan manusia di dalamnya perlu juga kita rayakan dan kabarkan dengan esai dan karya literer dan atau sastra yang melampau spesialisasi dan kompartementalisasi. Mengapa? Soalnya, ternyata, dalam hidup manusia, kita tak hanya butuh serba kepastian dan kejelasan presisif yang dipersembahkan oleh ilmu [karya ilmiah], tetapi kita juga sangat butuh kemungkinan, kemenduaan, dan keremangan-keremangan metaforis, kontemplatif, dan atau reflektif – mungkin juga ketakpastian dan ketakjelasan akibat metafora, kontemplasi, dan atau refleksi – yang disuguhkan oleh esai. Di samping itu, kehidupan manusia juga memerlukan riuh perayaan penuh kebebasan-keliaran di samping membutuhkan perumusan penuh keteraturan ketat [rigid].

Itulah sebabnya, saya kira, walaupun ilmu [karya ilmiah] terus-menerus didedahkan dan dilesakkan kepada diri kita setiap hari, bahkan mencengkeram kesadaran hidup dan akal pikiran kita, esai dan karya literer justru terasa makin kuat menggoda kita, makin lihai dan dalam menyusup ke dalam bilik-bilik kesadaran dan lubuk batin kita; itulah sebabnya, esai dan karya literer terus-menerus ditulis dan dinikmati banyak orang sekalipun ilmu [karya ilmiah] terus-menerus mencoba memenuhi kesadaran dan akal pikiran kita. Esai dan karya literer tetap mencuri perhatian orang tertentu untuk menulis atau sekadar menikmati atau mengapresiasinya sekalipun ilmu secara ofensif dan obsesif berusaha berkampanye supayakita mengabaikan atau mungkin melupakannya.

Rupanya, memang, baik ilmu maupun esai dan karya literer kita butuhkan untuk berselancar dalam mengarungi alam semesta dan kehidupan berserta bukit-bukit persoalan di dalamnya. Esai dan karya literer membimbing kita “merenangi alun-gelombang samudra kehidupan”, sedang ilmu membantu kita untuk mengetahui dan memahirkan “ilmu merenangi alun-gelombang lautan kehidupan secara lebih baik.” Esai dan karya literer memberi kita perjumpaan dan persahabatan dengan manusia dan kehidupan, ilmu memberi kita penemuan tentang manusia dan kehidupan.
***

http://sastra-indonesia.com/2020/01/karya-ilmiah-versus-esai/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar