Teguh Afandi
Jawa Pos, 13 Nov 2016
Sastrawan yang lahir dengan nama Willybrordus Surendra Bhawana Rendra (1935-2009) ini masyhur sebagai aktor sekaligus penyair. Jejak kepenyairannya dapat kita lacak di buku-buku syair kenamaan Si Burung Merak yang terus dihadirkan melintasi zaman. Ballada Orang-Orang Tercinta(1971), Sajak-sajak Sepatu Tua (1972), dan Blues untuk Bonnie (1993) adalah beberapa kumpulan syair paling fenomenal milik W.S Rendra.
Catatan tentang kiprah Rendra dalam menulis prosa dibukukan dalam kumpulan cerpen Ia Sudah Bertualang dan Tjerita-Tjerita Pendek Lainnja (N.V. Nusantara, 1963). Buku tersebut berisi 9 cerita pendek. Delapan dari sembilan tersebut kembali dihadirkan dalam buku baru ini yang diberi tajuk Pacar Seorang Seniman.
Namun sangat disayangkan cerpen yang dipergunakan untuk judul buku lawas, Ia Sudah Bertualang, tidak dihadirkan kembali. Seno Gumira Ajidarma pernah menyebut bahwa cerpen Rendra tersebut absah untuk disebut sebagai mark twain-nya Indonesia. Bukan sekadar mengisahkan anak bertualang, tetapi juga menyinggung hakikat pedagogi dan hubungan orangtua dan anak.
Rendra menulis dengan kesederhanaan bahasa tanpa sedikit pun mengurangi keagungan cerita dan selipan makna. Tema yang menaungi kebanyakan cerpen adalah soal bagaimana cinta dan puja-puja Rendra terhadap perempuan. Kalau cerpen-cerpen dalam buku ini dikatakan sebagai bagian dari kehidupan Rendra –sebagaimana dalam pengantar, maka sangatlah tidak aneh saat kita menengok sejarah Rendra yang pernah hidup rukun bersama tiga istrinya di Yogyakarta. Sunarti, Sitoresmi, dan Ken Zuraida, tiga istri yang dipuja Rendra kala itu. Rendra begitu memuja keindahan perempuan.Wanita adalah kesucian. Adalah kesuburan. Adalah rahmat. (hal.7)
Menarik mencermati bagaimana Rendra menggambarkan perempuan. Dalam cerpen Ia Punya Leher yang Indah, Rendra begitu teliti mendedah halusnya perasaan perempuan. Maryam tokoh dalam cerpen tersebut begitu terganggu dengan atribut keperempuanan yang dipunyai kawan-kawannya, sedangkan dia tidak. Kalung, kebaya modern, mereka banyak ngomong tentang pakaian-pakaian dan perhiasan-perhiasan, kalung, nilon, dan anting-anting yang sangat artistik. (hal.17)
Bukankah demikian naluri seorang perempuan? Tetapi Rendra mengungkapkan hal lain yang manis. Bahwa tubuh perempuan indah bukan karena aksesori dan pakaian, melainkan semenjak diciptakan perempuan adalah keindahan itu sendiri. Kau pengin berdandan, tapi kau tak ada perhiasan. Lalu, kau merasa kurang dari yang lain, dan hilanglah kesadaranmu bahwa kau canti. (hal.26) padahal sejatinya Maryam memiliki leher yang indah dan asli tak perlu kalung macam apa pun juga.
Kisah tragis tentang bagaimana kemurnian cinta tampak di cerita berjudul Pertemuan dengan Roh Halus. Insinyur Hasan suatu kali bertemu dengan roh kekasih lawasnya Endang, di rumahnya Wonogiri. Pertemuan yang mungkin akan membangkitkan kuduk ketakutan, tetapi di tangan Rendra kejadian itu justru mengurai arti cinta sebetulnya.
Endang merasuk ke tubuh perempuan bernama Fatima. Endang bercakap-cakap dengan Hasan, saya tak mau mati. Saya mati kecewa. Saya belum puas merasakan kehidupan. (hal.45) Tetapi Hasan dengan kecerdasan seorang insinyur justru mencecar dengan pertanyaan untuk Endang akui bahwa dia telah mati. Bukan kau yang menguasai hidup-matimu. Yang memberi kematian ialah Dia yang memberi kehidupan. (hal.46)
Endang kembalilah saja ke tempatmu yang selayaknya. Relalah menunggu saya di sana. Saya pasti datang, Manisku! (hal.49) Demikian janji Hasan terhadap arwah Endang, dan kemudian Hasan tak sekali pun menikah demi menjaga kemurnian cintanya kepada Endang.
Dalam beberapa cerpen Rendra berlakon sebagai seorang pencerita ulang. Rendra tidak berlaku sebagai narator baik untuk sudut pandang ketiga atau pertama, melainkan saksi di tempat cerita pertama kali terjadi dan kemudian menceritakannya kembali kepada dewan pembaca. Dialah saksi yang mengerti betul kejadian sejujurnya.
Rendra kerap mempergunakan penanda mula cerita seperti,surat itu berbunyi sebagai berikut, di bawah ini akan saya ceritakan pengalaman salah seorang teman saya, saya mempunyai teman sepemondokan, atau frasa-frasa serupa untuk mengawali Rendra menutur-ulangkan cerita yang ada di kepalanya.
Jejak-jejak kepenyairan Rendra juga tampak sekali dalam buku cerpen ini. Di cerpen terakhir, Napas Malam, kita akan merasakan cerita itu berbentuk seperti sebuah bait puisi panjang.
Memasuki rumah Merjan, bulan menarik pahanya. Hamil perutnya bundar. Seembus napas angkuh dan alang-alang bergoyang. (hal.138) Sebuah pembukaan yang sangat puitik. Kalimat-kalimat selanjutnya adalah kalimat halus dengan ketukan penuh perhitungan.
Kupetik tali gitar, ahoi! Kunyanyi tinggi, ahoi! Di mana, katakanlah: Di mana teman-temanku? (hal.141)
Naskah dalam buku ini memang hadir dengan penuh keotentikan. Bisa dilacak bahwa penyunting dan penerbit tidak sekali pun berani mengotak-atik kalimat-kalimat bentukan Rendra. Di beberapa kalimat memang tampak kalimat yang tidak efektif, tetapi perubahan itu akan mengubah karya menjadi bukan lagi karya Rendra yang dianggit di 1950-1960-an. Di mana bahasa kala itu mungkin masih belia dan belum sekomplek 50 tahun kemudian. Sebagai contoh cintanya kepadanya,lelaki-lelaki, banyak teman-teman, adalah tiga contoh bentukan Rendra yang bila ditelisik dengan kebahasaan sekarang dapat dianggap sebagai tidak efektif.
Namun buku ini bukan semata pengarsipan karya-karya Rendra. Si burung merak memang lebih dikenal sebagai penyair dan aktor teater. Tetapi pernah suatu masa Mas Willy begitu produktif menulis cerpen. Buku ini adalah warisan Rendra untuk menjadi rujukan sastra. Bukan hanya yang ingin mengulik perkembangan sastra pada tahun prosa-prosa ini diciptakan. Tetapi meneliti bagaimana kehidupan Rendra pada masa itu.
Dan pada akhirnya, cerpen-cerpen Rendra akan menjadi pengabul harapannya. Saya kira aku pun harus ada arti juga. Bernapas. Hidup. Betapa banyak keharuan tidur di dadaku. (hal.146) Buku ini adalah kenang-kenangan berharga dari Rendra.[]
PACAR SEORANG SENIMAN | W.S. Rendra |
Bentang Pustaka, November 2016 | 9786022912743
Catatan: saya memberi judul ulasan ini dengan ‘Warisan Rendra untuk Sastra Kita’, tapi mungkin kurang pas, sehingga oleh redaktur diganti menjadi demikian.
https://alterteguh.wordpress.com/2016/11/14/pacar-seorang-seniman/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Muhaimin Iskandar
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Rodhi Murtadho
A.H. J Khuzaini
A.S Laksana
Aa Sudirman
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Achiar M Permana
Addi Mawahibun Idhom
Adhi Pandoyo
Adi W. Gunawan
Afrion
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Buchori
Agus Mulyadi
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wahyudi
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Baso
Ahmad Dahri
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Munjin
Ahmad Naufel
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadul Faqih Mahfudz
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhlis Purnomo
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Albert Camus
Alfathri Adlin
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Alimuddin
Amelia Rachman
Amie Williams
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andik Suprihartono
Andri Awan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ari Welianto
Arief Rachman Hakim
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Bahrum Rangkuti
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bonardo Maulana Wahono
Bre Redana
Budi Darma
Budiman Hakim
Buku
Bung Hatta
Bustan Basir Maras
Butet Kertaredjasa
Candrakirana
Capres Cawapres 2019
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahlan Iskan
Dahlan Kong
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Satika
Dian R. Basuki
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diponegoro
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodit Setiawan Santoso
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Doris Lessing
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Edisi Khusus
Edy A Effendi
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Ekwan Wiratno
el-Ha Abdillah
Enny Arrow
Erdogan
Esai
Esthi Maharani
Estiana Arifin
Evi Melyati
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahri Salam
Faisal Kamandobat
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Forum Santri Nasional
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galeri Sonobudoyo
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohammad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun el-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi
Gus Dur
Gusti Eka
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf
Halim HD
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamzah al-Fansuri
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Harris Maulana
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Herry Fitriadi
Herta Muller
Heru Kurniawan
Hesti Sartika
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
IAI TABAH
Ibnu Wahyudi
Idrus Efendi
Ignas Kleden
Iis Narahmalia
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Inung As
Irfan Afifi
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iwan Simatupang
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
Jawa dan Islam
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joni Ariadinata
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastra
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kadjie MM
Kalis Mardiasih
Kanti W. Janis
Karang Taruna Kedungrejo
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kedungrejo Muncar Banyuwangi
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Kembulan
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kitab Kelamin
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Buana Kasih
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas Selapan Sastra
Kopi Bubuk Mbok Djum
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lan Fang
Launching Buku
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Linda S Priyatna
Literasi
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lukisan
Lukman Santoso Az
M. Faizi
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M.D. Atmaja
Maduretna Menali
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maimun Zubair
Maiyah Banyuwangi
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Sitohang
Mario Vargas Llosa
Marsel Robot
Mas Garendi
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Max Arifin
Media Seputar Indonesia
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mianto Nugroho Agung
Mien Uno
Miftachur Rozak
Mihar Harahap
Mochtar Lubis
Moh. Husen
Moh. Jauhar al-Hakimi
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Sobary
Mohammad Rokib
Mohammad Wildan
Motinggo Busye
Muafiqul Khalid MD
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Alimudin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yunus
Muhidin M. Dahlan
Mukhsin Amar
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik
Munawir Aziz
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Ndix Endik
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Ninin Damayanti
NKRI
Nur Taufik
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Obrolan
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Pagelaran Musim Tandur
Palestina
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawon Seni
PDS H.B. Jassin
Pekan Literasi Lamongan
Pelukis Tarmuzie
Pendhapa Art Space
Pendidikan
Penerbit Pelangi Sastra
Pengajian
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Pungkit Wijaya
Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB)
Pustaka LaBRAK
Putu Fajar Arcana
R Giryadi
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Nur Hakim
Rani R. Moediarta
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Syaldo
Remy Sylado
Rendy Adrikni Sadikin
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Romel Masykuri Nur Arifin
Ronny Agustinus
Rosi
Rosihan Anwar
Rosmawaty Harahap
Roy Kusuma
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Faris
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanusi Pane
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sasti Gotama
Saut Situmorang
Saya
Sayyid Muhammad Hadi Assegaf
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Joko Suyono
Setia Budhi
Shiny.ane el’poesya
Shofa As-Syadzili
Sholihul Huda
Shulhan Hadi
Sihar Ramses Simatupang
Siti Aisyatul Adawiyah
Siwi Dwi Saputro
Soediro Satoto
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunardian Wirodono
Sunlie Thomas Alexander
Sunoto
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Taman Ismail Marzuki
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Afandi
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tere Liye
Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
TS Pinang
Tsani Fanie
Tulus S
Udo Z. Karzi
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Widie Nurmahmudy
Yanuar Widodo
Yanusa Nugroho
Yerusalem
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yoks Kalachakra
Yonathan Rahardjo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Zulfikar Akbar

Tidak ada komentar:
Posting Komentar