Arif Saifudin Yudistira *
Menulis puisi adalah cara kita bertahan untuk tak selalu masuk dalam lorong gelap kehidupan. Puisi adalah jalan untuk mengambil jarak. Jarak antara kehidupan dengan imajinasi, gagasan, atau pikiran kreatif. Seorang penyair mengambil jarak itu untuk mengendapkan apa yang ia sentuh, dan rasakan ke dalam puisi. Afrizal Malna menyebut proses berpuisi seperti melarikan diri dari kenyataan. Ia menulis dalam esai panjang berjudul Rasionalisasi Atas Pengalaman Kreatif (1999) : Kesunyian itu adalah puitik, adalah pemberontakan, sebab saya melarikan diri dari kenyataan sehari-hari saya. Saya tidak bisa mengingatnya lagi dengan pasti, gejolak seperti apa yang terjadi saat itu.
Meskipun puisi mengambil jarak dari realitas. Kita perlu mengingat kata-kata Goenawan Mohamad di bukunya Kesusasteraan dan Kekuasaan (2003) : persyaratan puisi yang paling esensial ialah kenyataan. Tak ada puisi tanpa realitas. Tak ada kesusasteraan, dan bentuk seni apa pun, apabila ia bertolak dari sana, karena kita tidak bisa berseru, seperti Tuhan, “Kunfayakun!”.
Puisi, meski tercipta dari ruang yang berjarak antara realitas, ia juga merupakan proses dialektik. Di saat itulah, puisi merupakan sebuah saripati daripada sebuah permenungan, pemikiran, dan gagasan penyair. Di puisi, kita menemukan emosi pula yang membawa kita hanyut, tercenung, diam, serta hanyut dalam hening tak berkesudahan. Mungkin karena itulah, puisi selalu menarik untuk dibaca ketimbang slogan. Puisi memiliki misteri, kadang juga menyimpan kejutan. Ada yang tak terduga, dan membuat kita (pembaca) takjub seketika setelah usai membacanya.
Buku puisi Di Kedai Ah Mei (2018) dari Nezar Patria mengajak kita (pembaca) untuk bertualang ke dalam dunia yang tak terduga. Dari perasaan bahagia ke duka, dari ramai ke sunyi, dari terang ke gelap yang kedap. Hal ini bisa kita lihat dari halaman-halaman di buku puisi ini yang disusun secara tak runtut, tertib dan satu tema.
Kita kutip saja bait yang ditulis oleh penyair yang sedang khusyuk memanggil Tuhannya : Ya Rabb, jangan tinggalkan aku/ sendiri di gurun sunyi/ terbenam di laut berkalang lumut/ terapung abadi di tepi galaksi (Di Bentangan Gurun). Di puisi ini, kita melihat diksi tak sekadar estetis, romantik, tapi juga mampu menghadirkan nuansa religius.
Pada puisi lain kita diajak untuk ikut merasakan pilu, atas luka dan sejarah masa lalu. Kita tahu, orde baru menyisakan trauma, luka. Penyair menghadirkan ingatan akan kekejaman, luka melalui adegan keseharian : menyeduh kopi. Dia menyeduh kopi/ di sebuah kedai/ dilepaskannya dekap/ dari luka yang kedap. Puisi ditutup dengan kesimpulan yang membuat pembaca tercenung. Di parak cahaya pagi/ ada sebuah koor/ dan arak-arakan si dictator/ yang ingin kembali (Dia Menyeduh Kopi).
Kita juga bakal menemu puisi sejenis yang menyoroti bagaimana luka dilukiskan dengan adegan yang sederhana dan mengena. Kalau di puisi sebelumnya kita akrab dengan kopi, kini kita beralih pada teh. Seceret teh menyeduh apa saja yang pahit : /bebunga krisan dan pucuk lotus/ aku meneguknya, menebus semua rindu/ dan dosa yang tak terhitung sempoa (Di Kedai Teh Ah Mei). Puisi ini menyiratkan dua hal sekaligus. Pelaku kejahatan yang sedang menikmati hari senggangnya. Sekaligus perasaan si penjahat yang dipaksa mengingat kejahatannya melalui momen minum teh. Nama Ah Mei tentu mengajak imaji pembaca menengok masa lalu orde baru yang mendiskreditkan, membantai, kaum Tionghoa. Hingga akhir 98 pun kita masih melihat perlakuan, bahkan kejahatan pada warga negara Indonesia yang berasal dari etnis Cina.
Perjumpaan
Puisi-puisi Nezar Patria diakui tak lahir dari ruang hampa. Ia lahir dari kontemplasi serta realitas kesehariannya. Di tempat-tempat seperti kafe, kedai teh, bioskop, selembar kartu pos, sepotong berita di meja kerja membuat batin penyair ikut berdesir. Tak ingin lekas menghilang, Nezar mengabadikan momen-momen itu ke dalam puisi.
Pembaca bisa lekas tahu bahwa penyair singgah, hadir, dan intim mengunjungi tempat-tempat yang hadir dalam bait, maupun judul puisi yang diciptakannya. Pada akhirnya meski tak sepenuhnya menyembunyikan jejak-jejak dari petualangan batinnya, penyair mampu mengemas puisinya menjadi bertenaga. Hidup hanya sehimpun piksel/baik dan jahat bertukar tempat/ dengan akhir tak minta dikenang (Di Video Game). Deskripsi video game menjadi menarik saat ia bisa berhubungan jauh keluar dari kotak kecil, sempit. Penyair membawa pembaca masuk jauh ke dalam dunia yang bisa melompat dari imaji ke kenyataan. Dari kenyataan ke relung imajinasi. Di puisi ini, penyair tak hanya membawa diksi di sekitar tempat video game, tapi membawa suasana trenyuh (prihatin) saat video game jadi ruang alienasi.
Jokpin dalam pengantar buku puisi ini memberikan gambaran buku puisi ini melalui kalimat singkat : Di balik sajak-sajak yang terkumpul secara acak, sesungguhnya ada benang merah imajinasi yang-disadari atau tidak oleh penulisnya- mempertautkan sajak “ini”dengan sajak “itu”. Pada buku puisi ini, pembaca bakal menemukan puisi politik yang dikemas romantik yang disinggung pula oleh penyair pada kata pembuka. Pembaca bisa menyimak kutipan berikut : apa beda hijau, kuning, biru/ dan dusta hitam mascara/ di bulu matamu? (Di Musim Pemilu). Ada upaya untuk mengkritik tapi tak lugas, ada satire, tapi tak gamblang. Melalui nukilan puisi ini pembaca diajak untuk merenung kembali betapa dusta dan tipu daya harus selalu diwaspadai saat pemilu. Yang unik saat penyair menyindir kita dengan bait penutup berikut : Di musim pemilu/ ada pesan hujan yang tak terlihat/ dan kita tak juga pulih/ dari sebuah pingsan purba.
Buku puisi Di Kedai Ah Mei (2018) mengajak kita bertualang ke tempat-tempat tak terduga di setiap halamannya. Puisi-puisi Nezar Patria bukan hanya kuat secara diksi maupun tema, ia juga mampu menyentuh emosi dan mengaduk-aduk batin kita. Bersama puisinya, batin kita seolah diajak ke dalam dunia yang luas dan tak terduga.
Judul Buku: Di Kedai Teh Ah Mei
Penulis: Nezar Patria
Penerbit: Diva Press
Tahun: Juli 2018
Halaman: 68 Halaman
ISBN: 978-602-391-584-2
___________________
*) Arif Saifudin Yudistira, Alumnus UMS. Pegiat Bilik Literasi SOLO. Pengelola doeniaboekoe.blogspot.com, Pengasuh MIM PK Kartasura, tuan rumah Pondok Filsafat Solo. Tulisan-tulisannya termuat di pelbagai media. Solo Pos, Koran Jakarta, Jawa Pos, Suara Merdeka, Media Indonesia, Joglosemar, Radar Surabaya, Lampung Pos, Majalah Bhinneka, Suara Muhammadiyah dan lain-lain.
https://bukuonlinestore.com/bertualang-bersama-puisi/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Muhaimin Iskandar
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Rodhi Murtadho
A.H. J Khuzaini
A.S Laksana
Aa Sudirman
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Achiar M Permana
Addi Mawahibun Idhom
Adhi Pandoyo
Adi W. Gunawan
Afrion
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Buchori
Agus Mulyadi
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wahyudi
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Baso
Ahmad Dahri
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Munjin
Ahmad Naufel
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadul Faqih Mahfudz
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhlis Purnomo
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Albert Camus
Alfathri Adlin
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Alimuddin
Amelia Rachman
Amie Williams
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andik Suprihartono
Andri Awan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ari Welianto
Arief Rachman Hakim
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Bahrum Rangkuti
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bonardo Maulana Wahono
Bre Redana
Budi Darma
Budiman Hakim
Buku
Bung Hatta
Bustan Basir Maras
Butet Kertaredjasa
Candrakirana
Capres Cawapres 2019
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahlan Iskan
Dahlan Kong
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Satika
Dian R. Basuki
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diponegoro
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodit Setiawan Santoso
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Doris Lessing
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Edisi Khusus
Edy A Effendi
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Ekwan Wiratno
el-Ha Abdillah
Enny Arrow
Erdogan
Esai
Esthi Maharani
Estiana Arifin
Evi Melyati
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahri Salam
Faisal Kamandobat
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Forum Santri Nasional
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galeri Sonobudoyo
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohammad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun el-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi
Gus Dur
Gusti Eka
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf
Halim HD
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamzah al-Fansuri
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Harris Maulana
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Herry Fitriadi
Herta Muller
Heru Kurniawan
Hesti Sartika
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
IAI TABAH
Ibnu Wahyudi
Idrus Efendi
Ignas Kleden
Iis Narahmalia
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Inung As
Irfan Afifi
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iwan Simatupang
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
Jawa dan Islam
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joni Ariadinata
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastra
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kadjie MM
Kalis Mardiasih
Kanti W. Janis
Karang Taruna Kedungrejo
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kedungrejo Muncar Banyuwangi
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Kembulan
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kitab Kelamin
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Buana Kasih
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas Selapan Sastra
Kopi Bubuk Mbok Djum
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lan Fang
Launching Buku
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Linda S Priyatna
Literasi
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lukisan
Lukman Santoso Az
M. Faizi
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M.D. Atmaja
Maduretna Menali
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maimun Zubair
Maiyah Banyuwangi
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Sitohang
Mario Vargas Llosa
Marsel Robot
Mas Garendi
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Max Arifin
Media Seputar Indonesia
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mianto Nugroho Agung
Mien Uno
Miftachur Rozak
Mihar Harahap
Mochtar Lubis
Moh. Husen
Moh. Jauhar al-Hakimi
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Sobary
Mohammad Rokib
Mohammad Wildan
Motinggo Busye
Muafiqul Khalid MD
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Alimudin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yunus
Muhidin M. Dahlan
Mukhsin Amar
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik
Munawir Aziz
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Ndix Endik
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Ninin Damayanti
NKRI
Nur Taufik
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Obrolan
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Pagelaran Musim Tandur
Palestina
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawon Seni
PDS H.B. Jassin
Pekan Literasi Lamongan
Pelukis Tarmuzie
Pendhapa Art Space
Pendidikan
Penerbit Pelangi Sastra
Pengajian
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Pungkit Wijaya
Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB)
Pustaka LaBRAK
Putu Fajar Arcana
R Giryadi
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Nur Hakim
Rani R. Moediarta
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Syaldo
Remy Sylado
Rendy Adrikni Sadikin
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Romel Masykuri Nur Arifin
Ronny Agustinus
Rosi
Rosihan Anwar
Rosmawaty Harahap
Roy Kusuma
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Faris
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanusi Pane
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sasti Gotama
Saut Situmorang
Saya
Sayyid Muhammad Hadi Assegaf
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Joko Suyono
Setia Budhi
Shiny.ane el’poesya
Shofa As-Syadzili
Sholihul Huda
Shulhan Hadi
Sihar Ramses Simatupang
Siti Aisyatul Adawiyah
Siwi Dwi Saputro
Soediro Satoto
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunardian Wirodono
Sunlie Thomas Alexander
Sunoto
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Taman Ismail Marzuki
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Afandi
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tere Liye
Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
TS Pinang
Tsani Fanie
Tulus S
Udo Z. Karzi
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Widie Nurmahmudy
Yanuar Widodo
Yanusa Nugroho
Yerusalem
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yoks Kalachakra
Yonathan Rahardjo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar