Rabu, 26 Februari 2020

Mengakhiri Marjinalitas Naskah Lakon

Indra Tranggono *
Kompas, 13 April 2008

DUNIA naskah lakon kita mungkin adalah dunia sunyi dan marjinal. Ini, antara lain, ditandai dengan kelangkaannya. Soal ini telah lama menjadi keprihatinan kolektif publik teater. Dalam Festival Teater Jakarta 2007 Desember lalu, isu itu kembali mencuat.

Kenapa soal itu terjadi? Mari, pelan-pelan kita usut.

Pertama, belum banyak naskah lakon terbit sebagai buku seperti halnya karya sastra yang lain, novel, cerpen, dan puisi. Ini sangat terkait dengan asumsi: naskah drama kurang diminati publik. Sehingga para penerbit kurang berani ”berjudi” dengan pasar.

Kedua, naskah drama lebih banyak ditulis dalam bentuk manuskrip, fotokopian atau stensilan yang dicetak dalam jumlah terbatas. Naskah itu biasanya ditulis oleh kalangan pelaku teater untuk menjawab kebutuhan pementasan. Begitu selesai dipentaskan, lakon itu membeku di almari alias tidak beredar, sehingga tidak diapresiasi kalangan yang lebih luas. Dan biasanya, naskah lakon tersebut memiliki karakter yang ”spesifik”: memiliki idiom-idiom khas yang kadang asing bagi orang lain. Ini terkait dengan proses kelahiran naskah itu sendiri: ditulis berdasarkan karakter dan orientasi estetik tertentu sebuah grup di mana penulis lakon itu bergabung. Dengan kata lain: tidak sedikit naskah lakon yang ditulis lewat proses ”unik” itu tidak memiliki kebakuan atau konvensi yang bisa ”dipahami” kalangan umum. Bahkan kadang, naskah itu hanyalah menjadi semacam embrio saja dan baru ”menjadi” seiring dengan proses pementasan. Artinya, penjadian lakon itu berlangsung dalam proses eksplorasi teater.

Ketiga, soal dokumentasi. Kita belum banyak muncul bank naskah. Dan kalau toh ada, maka bank naskah itu belum dikelola secara serius seperti perpustakaan di kampus atau perpustakaan daerah/negara. Sementara, banyak perpustakaan di berbagai lembaga belum berminat mendokumentasi naskah lakon. Persoalan ini menjadikan naskah lakon benar-benar marjinal.

Ekspresi personal

Sebagai sastra tulis, naskah lakon belum menjadi pilihan ekspresi banyak penulis, seperti cerpen, novel, dan puisi. Dari penulis yang sedikit itu, kita mengenal nama-nama pengarang yang muncul pada era 1950 hingga 1970-an seperti Kirjomulyo dengan karyanya antara lain, Penggali Intan, Senja dengan Dua Kelelawar , Bambang Sularto (Abu), Iwan Simatupang (Petang di Taman, Bulan Bujur Sangkar) Motinggo Boesye (Malam Pengantin di Bukit Kera, Barabah, Malam Jahanam) dan naskah lama lainnya yang bergaya realis yang mencerminkan kegelisahan eksistensial manusia.

Meskipun tidak ditulis secara instan, keberadaan naskah lakon kita masih dalam posisi ”dalam rangka” (pinjam istilah Umar Kayam). Artinya, sangat sedikit para penulis yang memang sejak awal berniat menulis lakon sebagai ekspresi personal. Biasanya hal itu terkait dengan program pementasan. Sebut saja, misalnya, Rendra (Bengkel Teater), Putu Wijaya (Teater Mandiri), Arifin C Noer (Teater Ketjil), Ikranagara (Teater Saja), Nano Riantiarno (Teater Koma), dan Danarto yang menulis lakon Obrok Owok-Owok Ebrek Ewek-ewek untuk Teater Alam. Masih ada nama lain: Afrizal Malna (Teater SAE), Emha Ainun Nadjib, Simon Hate, Fajar Suharno (Dinasti), Heru Kesawa Murti (Teater Gandrik), Bambang Widoyo Sp (Gapit Solo), Cindil Gunawan Maryanto, Ugo Prasad (Garasi), Joned Suryatmoko (Gardanalla) Eko Tunas (Teater Lingkar), dan lainnya.

Dengan menulis naskah sendiri, mereka merasa menemukan orientasi estetis, kultural dan sosial yang sesuai dengan ”cita-cita” kesenian dan kebudayaan mereka. Tradisi ini akhirnya menguat dalam jagat penulisan lakon di Indonesia. Dalam soal ini, Rendra bisa dibilang sebagai pelopornya. Dialah salah satu sosok penting yang membumikan teater modern di Indonesia, baik secara kultural, sosial maupun estetik. Lihat karyanya, Mastodon dan Burung Kondor, Sekda, Perjuangan Suku Naga, dan lainnya. Umumnya, naskah lakon yang ditulis oleh Rendra dan para penulis lain di atas bercorak non-realis dan banyak mengandung nilai-nilai pemikiran kritis atas situasi dan kondisi sosial, politik, dan budaya era Orde Baru yang represif. Naskah lakon, di situ, bukan hanya menjadi ekspresi estetis, melainkan juga ekspresi sikap sosial/politik atas hegemoni negara.

Tradisi lomba

Tidak bergemuruhnya dunia penulisan naskah lakon sangat terkait erat dengan sempitnya ruang sosialisasi atau ”pasar” naskah lakon. Jika banyak media massa cetak sangat bermurah hati memberikan ruang bagi puisi, cerpen, atau novel (cerita bersambung), maka hal itu belum berlaku umum bagi naskah lakon. Dalam sejarah, harian Kompas pada tahun 1980-an pernah memuat naskah lakon Panembahan Reso karya Rendra sebagai cerita bersambung. Pemuatan itu menandai kembalinya Rendra dan Bengkel Teater-nya ke panggung, setelah belasan tahun dilarang penguasa Orde Baru. Pemuatan itu sangat mengejutkan. Publik seni-budaya Indonesia pun memberikan apresiasi: Kompas berani melawan arus pasar dan menumbuhkan apresiasi yang luas atas naskah lakon.

Sesungguhnya, perkembangan penulisan naskah lakon di Indonesia lebih banyak didorong tradisi lomba. Lihatlah, misalnya, upaya Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) yang rutin menyelenggarakan lomba penulisan lakon pada era 1970-an dan 1980-an. Dari lomba itu muncul nama-nama penting: Putu Wijaya, Wisran Hadi, Kuntowijoyo, Vredi Kastam Marta, Yudhistira Adi Nugaraha, dan lainnya. Putu melahirkan Aduh, naskah absurd yang dianggap merupakan salah satu pencapaian terbaik sastrawan asal Bali itu. Sedangkan Kuntowijoyo melahirkan Topeng Kayu yang kuat dengan spiritualisme. Vredi melahirkan Syeich Siti Jenar, lakon kontroversial yang menantang pemikiran dan penghayatan agama.

Akhirnya, jika kita menginginkan kondisi yang subur/kondusif bagi penulisan naskah lakon, maka perlu banyak rangsangan secara eksternal: lomba, penerbitan buku, pementasan, publikasi, edukasi/apresiasi, kritik, penghargaan, dan perpustakaan/bank naskah. Maka, pasar naskah lakon itu pun, pelan-pelan, akan terbangun, sehingga naskah lakon tidak lagi menjadi sunyi, marjinal dan menggigil kesepian.

________________
*) Menulis Beberapa Lakon; Pernah Terlibat dalam Sejumlah Pementasan Teater Gandrik dan Komunitas Pak Kanjeng.
http://cabiklunik.blogspot.com/2008/04/esai-mengakhiri-marjinalitas-naskah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar