Sabtu, 30 Mei 2020

Dewan Kesenian, Strategi Kebudayaan, dan Politik Lokal

Halim HD
Jurnal Jombangana, Nov 2010

Bagaimana sesungguhnya posisi lembaga kesenian yang semi swasta dan semi pemerintah ini, dan bagaimana pula fungsinya di tengah-tengah masyarakat kita yang kian ditumbuhi oleh berbagai pola konsumsi seni budaya yang dihantarkan oleh media elektronika; bagaimana pola hubungan lembaga yang namanya Dewan Kesenian (DK) dengan pengelola daerah; adakah DK di tingkat kabupaten/kota/propinsi memiliki jalinan kuat, atau sekedar pelengkap penderita, agar dikatakan bahwa kabupaten/kota/propinsi mempunyai wadah bagi seniman; sejauh manakah DK mempunyai akses strategis dalam memberikan masukan untuk kebijakan pengembangan kesenian di wilayah masing-masing?

Pengalaman saya bertemu dengan para pengelola DK dari berbagai tingkat di daerah masing-masing, dan melihat realitas permasalahan yang ada, hampir rata-rata DK tidak memiliki akses dalam memberi masukan kebijakan. Hal ini dikarenakan nampaknya pihak pemda menganggap DK hanya sekedar lip service; dan hanya disapa jika ada perlunya, sekedar imbuh suatu daerah yang menabalkan diri memiliki arena dan lembaga bagi senimannya. Dalam kondisi seperti itu maka pemda hanya memberikan dana sekedarnya saja, atau bahkan tidak menggubris dan tidak mengikut-sertakan apa pun di dalam berbagai kegiatan.

Adakah pemda salah? Tidak sepenuhnya. Titik lemah dari masalah yang ada, banyak DK tidak memiliki visi tentang kehidupan kesenian dan kebudayaan. Mereka menganggap bahwa lembaga itu hanya “menunggu belas kasihan”. Pada sisi lainnya, banyak pula seniman yang justru mendiamkan posisinya seperti “waiting for godot” atau menanti durian runtuh dalam kaitannya dengan dana. Seluruh mekanisme soal yang dihadapi oleh DK berkaitan dengan dana, dan keluh kesah itu pula yang terjadi. Namun jika kita melihat kasus di Muara Enim misalnya, membuat saya melongo, ketika pemda menyodorkan dana 250 juta, ternyata DK tidak mampu, dan akhirnya dana kembali kepada pemda, dan pemda Muara Enim mengalihkannya kepada Dinas Parbudpora. Itulah ironi yang ada: kebebalan dari seniman dan sejumlah birokrat yang nongkrong di posisi masing-masing di dalam DK, namun tak tahu apa yang akan mereka kerjakan.

Di berbagai daerah banyak hubungan antara pemda dengan DK bersifat sangat psikologis: tergantung sejauh manakah hubungan baik personal antara Bupati/Walkot/ Gubernur, dan di situ pula DK akan mendapatkan perhatian. Kasus di Makassar di zaman DKM dikelola oleh Rachman Arge misalnya, atau DK Surabaya di zaman Gatot Kusumo atau zaman Trisno Sumarjo, Umar kayam dkk dengan DK Jakarta di zaman Ali Sadikin yang membuat Jakarta menjadi sorotan bukan hanya di Indonesia, tapi juga di berbagai negeri Asia Tenggara: Jakarta zaman Ali Sadikin dianggap memiliki hubungan politik kebudayaan yang paling ideal. Bahkan sampai kedengaran di Jepang. Kunjungan saya beberapa kali tahun 1990-an ke negeri Sakura itu, beberapa dedengkot seniman di sana masih bertanya tentang TIM (Taman Ismail Marzuki) dan DKJ.

Pertanyaan kita, kenapa bisa begitu. Marilah kita tengok sejarah yang belum lama: adanya Akademi Jakarta (AJ) yang dikelola oleh pemikir, budayawan, dan filsuf dengan sosok Sutan Takdir Alisjahbana, Soedjatmoko, Affandi, Mohammad Said (tokoh Taman Siswa) dan sejumlah pemikir lainnya, dan DK Jakarta yang benar-benar visioner sebagai wadah bagi hadirnya pembaharuan dan juga menyampaikan penyajian karya terbaru. Dan juga penting, DKJ dan AJ ikut memberikan masukan pemikiran untuk strategi kebudayaan kota Jakarta pada setiap dua tahun dirumuskan, dan setiap tahun disampaikan kepada pemda Jakarta apa yang perlu dilakukan dari sistem pendidikan, lingkungan hidup, sistem transportasi, tatanan nilai yang berkaitan dengan urbanisasi, dan urbanisasi dengan proses peng-Indonesia-an, serta dialog antar kepercayaan/agama.

Adakah hal itu terjadi di Sumatra Selatan, khususnya di Palembang? Sejauh manakah DK Palembang atau Sumatra Selatan telah merumuskan strategi kebudayaan bagi kehidupan warga dan penciptaan citra dan pengembangan ruang publik dalam kaitannya dengan kesenian, dan bagaimana pula kegersangan kota bisa diatasi dengan cara reboisasi dalam kaitannya dengan kebudayaan; bagaimana dengan tata hubungan politik lokal dengan seniman. Banyak pertanyaan perlu kita sodorkan berkaitan dengan rencana Rakorda (Rapat Kerja Koordinasi Daerah) DK Sumatra Selatan yang akan diselenggarakan bulan Juli. Saatnya sekarang bagi seniman dengan lembaganya itu untuk memberikan rumusan pemikiran yang visioner.

Misalnya kita ambil contoh hubungan antara tradisi dan dunia pariwisata. Pada segi pengembangan kesenian atau seni budaya dalam kaitannya dengan pariwisata, di sini terdapat dilema. Pada satu sisi bahwa pariwisata dianggap menciptakan citra dan peningkatan ekonomi, pada sisi lainnya, konsekuensi logis dari industrialisasi kesenian akan menciptakan sesuatu yang bersifat “kitsch”. Dunia pariwisata kita yang lebih  banyak mengandalkan kehidupan tradisi membutuhkan strategi yang benar-benar berangkat dari perspektif sosio-historis yang mendalam dan matang. Selama ini kita menyaksikan tradisi selalu masuk ke dalam berbagai kemasan yang artifisial dan dangkal, dan bahkan tak jarang banal. Tradisi yang akan diagungkan justru sering mengalami proses degradasi dalam kemasannya maupun nilai. Hal itu dikarenakan pemahaman tentang tradisi atau khasanah seni budaya kita dianggap “asal ter/di-jual”. Padahal, semestinya tradisi dan khasanah seni budaya lainnya mestilah dilihat sebagai fungsi utamanya: menyatukan dan mengikat solidaritas serta menciptakan memori sosial bagi warga agar tumbuh dan berkembang kesadaran sejarah secara kritis, bahwa warga adalah pemilik sah dari suatu zaman yang telah ikut meletakkan dasar-dasar bagi kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik di zaman kiwari.

Dalam konteks itulah, betapa pentingnya DK untuk merumuskan strategi dan mengajukan kepada partai, pemda di masing-masing tingkat, dan terpenting lagi, bagaimana agar warga tahu, bahwa DK bukan hanya wadah bagi seniman. Tapi media bagi warga untuk menyatakan diri; dan pernyataan ini penting sehubungan dengan kanalisasi kebudayaan melalui media elektronika yang cenderung menyeragamkan, dan menciptakan cara berpikir konsumtif. Maka DK pada tahap awal haruslah melakukan oto kritik. Jika tidak, maka hanya akan menjadi katak dalam tempurung yang tak pernah tahu betapa luasnya lingkungan hidupnya.
***

http://sastra-indonesia.com/2011/01/dewan-kesenian-strategi-kebudayaan-dan-politik-lokal/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar