Senin, 25 Mei 2020

Enny Arrow, Sastra Jalanan dan Jalangan?

Estiana Arifin *

Pertanyaan yang jawabannya selalu simpang-siur dan mengandung ketidakpastian adalah “Siapakah Enny Arrow?” Informasi dasar, tentang Enny Arrow yang berseliweran di internet datang dari hasil riset Hari Gib, seorang peneliti dan pengoleksi karya-karya Enny Arrow. Hari Gib menyebutkan, Enny Arrow adalah nama pena dari seorang perempuan, Eni Sukaesih, yang lahir di Hambalang, Bogor tahun 1942 dan wafat pada 1995. Eni mulanya seorang jurnalis, saat Republik Indonesia masih begitu muda. Lalu pada pemerintahan Sukarno, Eni diketahui pindah ke Amerika Serikat, dan bekerja sebagai copywriter (Terungkap, Sosok di Balik Penulis Novel Erotis Enny Arrow, Azwar Anas, liputan6.com, 6 Oktober 2016).

Kembali ke Indonesia dengan alasan yang tidak diketahui atau kapan waktu tepatnya, Eni Sukaesih menjelma menjadi Enny Arrow dan merambahi Pasar Senen ketika itu. Label yang mengusungnya, Penerbit Mawar, sama misteriusnya dengan penulisnya. Beberapa pedagang buku di kawasan Pasar Senen Jakarta, bahkan tidak mengetahui buku stensilan ini datang dari mana, karena distributornya selalu berganti-ganti. Berbeda dengan keterbukaan adegan seks di bukunya, penulis dan penerbit karya-karya Enny Arrow (EA) sangat tertutup. Perjalanan buku stensilan EA jauh sampai Hongkong, tapi kisah penulisnya sangat pendek hingga anti klimaks.

Ada beberapa hal janggal dari data Enny Arrow, seperti halnya kita semua dapat melihat Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis Padang, tapi tidak pernah tahu, nama bapak Si Malin dan bahkan nama ibu yang menyumpahinya, apalagi asal-muasal sebenarnya keluarga itu. Untuk seorang saudagar tersohor, tiada catatan sejarah di atas namanya. Demikian pula dengan Enny Arrow. Karya-karyanya mungkin paling banyak dibaca semua kalangan, dan laku keras hingga menghidupkan pasar gelap sastra erotis Pasar Senen, tapi tak satu pun ada catatan resmi tentang dirinya. Pengakuan dunia sastra? Apalagi. Para pedagang Senen merasa yakin, penulis ini tidak menginginkan uang sebagai tujuan utama, mereka lebih merasa, stensilan Enny Arrow disuplai kelompok tertentu dengan tujuan tertentu (Kisah Tentang Enny Arrow yang ‘Menggelinjang’ di Pasar Buku Senen, Ahmad Masaul Khoiri, detiknews.com, 13 November 2015).
***

Benarkah Enny Arrow disuplai kelompok tertentu bertujuan tertentu? Untuk apa? Pertanyaan ini tiba-tiba sulit dijawab, sesulit anak muda zaman itu mencari  karya-karya EA. Buku Enny Arrow sebenarnya ada di rak belakang tempat penyewaan buku, sebuah tempat nongkrong yang masa itu memberi andil besar mendorong generasi muda Indonesia mempunyai minat baca tinggi dan mengenal nama-nama penulis besar. Tapi tidak selalu Enny Arrow seketika dapat ditemui, bukan karena EA tidak disediakan, tapi karena kencangnya perputaran stensilan Enny Arrow di antara pembaca.

Enny Arrow harus dijilid ulang dengan menjahit halamannya, seperti menjahit sepatu dan kebanyakan sudah sangat lusuh—terutama di halaman-halaman yang penuh adegan panas—walau bukunya terbitan terbaru. Kualitas buku stensilan memang tidak mewah, itu sepertinya disengaja penerbit Enny Arrow untuk memberi image karya sastra ini memang untuk seluruh rakyat Indonesia. Dalam hampir dua dekade masa jayanya, EA lebih menampilkan dirinya sebagai sastra jalanan dan jalangan, dengan kualitas buku seadanya dan lukisan sampul yang khas, sama sekali tak menarik dijual, tapi ternyata distributornya (beberapa pria yang berganti-ganti orang) ditunggu tiap bulan oleh pedagang buku Pasar Senen Ibu Kota.

Sejak stensilan ini pertama kali terbit di akhir era 1970-an, Enny Arrow adalah buku yang paling banyak dicari pembaca dan sangat menguntungkan pedagang di Pasar Senen. Para pedagang bisa mengambil untung hingga 200%, dan melayani pembelian ke seluruh Indonesia, bahkan ke luar negeri. Ini juga mungkin, yang menyebabkan dahulu pedagang tidak mau tahu siapa penulis dan penerbitnya, baru setelah sekarang Enny Arrow telah tiada dan pasar buku stensilan berganti vcd porno, mereka duduk merenung lama, menyadari ada banyaknya misteri di belakang nama EA. Dan kita akhirnya juga tak memperoleh banyak informasi untuk dicolok, dikorek dari mereka, padahal mereka-lah satu-satunya penghubung kita dengan penerbit dan Enny Arrow sendiri.

Akhirnya kita semua harus kembali kepada hasil riset Hari Gib. Saya tidak tahu dari mana Hari Gib memulai pencariannya yang luar biasa ini, hingga mendapatkan data kelahiran Enny Arrow dan memastikan pada publik, bahwa EA seorang perempuan. Dia juga memastikan Enny Arrow atau Eni Sukaesih, telah meninggal pada tahun 1995 diusia 71 tahun, usia fantastik menurut saya, yang dapat dicapai seorang penulis aktif. Tapi di mana kuburannya?

Data yang diberikan Goodreads mungkin yang paling lengkap, tercatat Enny Arrow bahkan memiliki sebuah novel selama di Amerika Serikat, berjudul “Mirrow Mirrow” dan disebutkan: “…Enny Arrow mencoba menuliskan beberapa karyanya di koran-koran terkenal Amerika Serikat.” Saya tidak tahu kata ‘mencoba’ di sana bermakna telah dimuat karyanya atau sesuai KBBI mencoba artinya ‘berusaha melakukan (berbuat) sesuatu’. Ok, tapi di mana keberadaan novel Mirrow Mirrow, dan apa saja nama koran-koran ternama tersebut, setidaknya satu saja?

Tidak akan ada jawaban pasti untuk ini. Seperti halnya stensilan Enny Arrow saat ini diburu pembaca dan terutama kolektor, novel Mirrow Mirrow mestinya sangat menjual sekali, mau seperti apa pun isinya. Kita tidak akan menjumpai sesuatu yang pasti sepasti orgasme tokoh-tokoh yang Enny Arrow ceritakan, setelanjang deskripsinya yang detail dan gamblang yang menjadi gaya menulisnya. EA ternyata sangat misterius dan tertutup. Ada apa dengannya?
***

Abdullah Harahap, penulis se-era dengan Enny Arrow, tapi dengan genre erotis-horror, bersaksi bahwa Enny Arrow itu temannya sesama suku Batak. Mengapa EA menyembunyikan identitas? Menurut Abdullah, dikarena Enny Arrow tidak terlalu ingin cucu-cucunya mengetahui dia telah membuat karya seperti itu. Sayangnya, Abdullah Harahap tidak ingin menunjukkan alamat pasti sang penulis. Berbeda dengan Hikmat Kurnia, Ketua Ikapi Jakarta, dia mengaku pernah bertemu 2-3 orang penulis Enny Arrow, dan merasa EA hanyalah merek dagang saja. Bagaimana dengan pembaca Serikat News? Merasa Enny Arrow seorang perempuan mantan jurnalis yang lama di Amerika Serikat, yang kesal dengan dunia sastra lokal masa itu, lalu membuat tandingan sastra jalanan dan jalangan, atau dia hanyalah sebuah merek dagang atas permintaan pasar pada bacaan erotis yang hangat menggelora pada masa itu?

Saya sendiri yang mengusung hashtag Enny Arrow Reborn di semua Tulisan EA, merasakan hal informasi tentang diri Enny Arrow, semuanya janggal dan layak dipertanyakan. Tapi saya setuju Abdullah Harahap, penulis Enny Arrow lebih terasa sebagai seorang Sumatera, karena beberapa kata pilihannya seperti ‘menggelinjang’ atau ‘jalang’, adalah kata-kata yang kental dalam ucapan sehari-hari orang Sumatera, ketika mereka membincangkan sesuatu yang cabul. Dan sedikit tambahan untuk kita pikirkan, sebelum berkeringat nanti malam, “Arrow” nama belakang yang dipilih Enny adalah untuk mengenang tempat kerjanya, sebuah Taylor atau tempat menjahit pakaian. Entah bila masa sempat-sempatnya Enny menjadi penjahit, sebelum berangkat ke Amerika Serikat sebagai Copywriter.

_____________________
*) Estiana Arifin, Penulis, Konsultan Publik, Pemerhati masalah perempuan, sosial dan budaya, aktif menulis di Mojok.co dan peruati, menulis buku kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak, Tinjauan Teologi Feminis, Domisili di Ho Chi Minh, Vietnam.
https://serikatnews.com/siapakah-enny-arrow/

Keterangan tambahan: judul asli postingan ini berlabel “Siapakah Enny Arrow?” Dan menurut Arif Gumantia, Penyair di Majelis Sastra Madiun: “Enny Arrow bukan saja penulis yang berkibar karena karya-karyanya yang penuh desah, tapi juga penantang karya-karya sastra yang berpihak pada kaum pemodal, waktu itu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar