Estiana Arifin *
Pertanyaan yang jawabannya selalu simpang-siur dan mengandung ketidakpastian adalah “Siapakah Enny Arrow?” Informasi dasar, tentang Enny Arrow yang berseliweran di internet datang dari hasil riset Hari Gib, seorang peneliti dan pengoleksi karya-karya Enny Arrow. Hari Gib menyebutkan, Enny Arrow adalah nama pena dari seorang perempuan, Eni Sukaesih, yang lahir di Hambalang, Bogor tahun 1942 dan wafat pada 1995. Eni mulanya seorang jurnalis, saat Republik Indonesia masih begitu muda. Lalu pada pemerintahan Sukarno, Eni diketahui pindah ke Amerika Serikat, dan bekerja sebagai copywriter (Terungkap, Sosok di Balik Penulis Novel Erotis Enny Arrow, Azwar Anas, liputan6.com, 6 Oktober 2016).
Kembali ke Indonesia dengan alasan yang tidak diketahui atau kapan waktu tepatnya, Eni Sukaesih menjelma menjadi Enny Arrow dan merambahi Pasar Senen ketika itu. Label yang mengusungnya, Penerbit Mawar, sama misteriusnya dengan penulisnya. Beberapa pedagang buku di kawasan Pasar Senen Jakarta, bahkan tidak mengetahui buku stensilan ini datang dari mana, karena distributornya selalu berganti-ganti. Berbeda dengan keterbukaan adegan seks di bukunya, penulis dan penerbit karya-karya Enny Arrow (EA) sangat tertutup. Perjalanan buku stensilan EA jauh sampai Hongkong, tapi kisah penulisnya sangat pendek hingga anti klimaks.
Ada beberapa hal janggal dari data Enny Arrow, seperti halnya kita semua dapat melihat Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis Padang, tapi tidak pernah tahu, nama bapak Si Malin dan bahkan nama ibu yang menyumpahinya, apalagi asal-muasal sebenarnya keluarga itu. Untuk seorang saudagar tersohor, tiada catatan sejarah di atas namanya. Demikian pula dengan Enny Arrow. Karya-karyanya mungkin paling banyak dibaca semua kalangan, dan laku keras hingga menghidupkan pasar gelap sastra erotis Pasar Senen, tapi tak satu pun ada catatan resmi tentang dirinya. Pengakuan dunia sastra? Apalagi. Para pedagang Senen merasa yakin, penulis ini tidak menginginkan uang sebagai tujuan utama, mereka lebih merasa, stensilan Enny Arrow disuplai kelompok tertentu dengan tujuan tertentu (Kisah Tentang Enny Arrow yang ‘Menggelinjang’ di Pasar Buku Senen, Ahmad Masaul Khoiri, detiknews.com, 13 November 2015).
***
Benarkah Enny Arrow disuplai kelompok tertentu bertujuan tertentu? Untuk apa? Pertanyaan ini tiba-tiba sulit dijawab, sesulit anak muda zaman itu mencari karya-karya EA. Buku Enny Arrow sebenarnya ada di rak belakang tempat penyewaan buku, sebuah tempat nongkrong yang masa itu memberi andil besar mendorong generasi muda Indonesia mempunyai minat baca tinggi dan mengenal nama-nama penulis besar. Tapi tidak selalu Enny Arrow seketika dapat ditemui, bukan karena EA tidak disediakan, tapi karena kencangnya perputaran stensilan Enny Arrow di antara pembaca.
Enny Arrow harus dijilid ulang dengan menjahit halamannya, seperti menjahit sepatu dan kebanyakan sudah sangat lusuh—terutama di halaman-halaman yang penuh adegan panas—walau bukunya terbitan terbaru. Kualitas buku stensilan memang tidak mewah, itu sepertinya disengaja penerbit Enny Arrow untuk memberi image karya sastra ini memang untuk seluruh rakyat Indonesia. Dalam hampir dua dekade masa jayanya, EA lebih menampilkan dirinya sebagai sastra jalanan dan jalangan, dengan kualitas buku seadanya dan lukisan sampul yang khas, sama sekali tak menarik dijual, tapi ternyata distributornya (beberapa pria yang berganti-ganti orang) ditunggu tiap bulan oleh pedagang buku Pasar Senen Ibu Kota.
Sejak stensilan ini pertama kali terbit di akhir era 1970-an, Enny Arrow adalah buku yang paling banyak dicari pembaca dan sangat menguntungkan pedagang di Pasar Senen. Para pedagang bisa mengambil untung hingga 200%, dan melayani pembelian ke seluruh Indonesia, bahkan ke luar negeri. Ini juga mungkin, yang menyebabkan dahulu pedagang tidak mau tahu siapa penulis dan penerbitnya, baru setelah sekarang Enny Arrow telah tiada dan pasar buku stensilan berganti vcd porno, mereka duduk merenung lama, menyadari ada banyaknya misteri di belakang nama EA. Dan kita akhirnya juga tak memperoleh banyak informasi untuk dicolok, dikorek dari mereka, padahal mereka-lah satu-satunya penghubung kita dengan penerbit dan Enny Arrow sendiri.
Akhirnya kita semua harus kembali kepada hasil riset Hari Gib. Saya tidak tahu dari mana Hari Gib memulai pencariannya yang luar biasa ini, hingga mendapatkan data kelahiran Enny Arrow dan memastikan pada publik, bahwa EA seorang perempuan. Dia juga memastikan Enny Arrow atau Eni Sukaesih, telah meninggal pada tahun 1995 diusia 71 tahun, usia fantastik menurut saya, yang dapat dicapai seorang penulis aktif. Tapi di mana kuburannya?
Data yang diberikan Goodreads mungkin yang paling lengkap, tercatat Enny Arrow bahkan memiliki sebuah novel selama di Amerika Serikat, berjudul “Mirrow Mirrow” dan disebutkan: “…Enny Arrow mencoba menuliskan beberapa karyanya di koran-koran terkenal Amerika Serikat.” Saya tidak tahu kata ‘mencoba’ di sana bermakna telah dimuat karyanya atau sesuai KBBI mencoba artinya ‘berusaha melakukan (berbuat) sesuatu’. Ok, tapi di mana keberadaan novel Mirrow Mirrow, dan apa saja nama koran-koran ternama tersebut, setidaknya satu saja?
Tidak akan ada jawaban pasti untuk ini. Seperti halnya stensilan Enny Arrow saat ini diburu pembaca dan terutama kolektor, novel Mirrow Mirrow mestinya sangat menjual sekali, mau seperti apa pun isinya. Kita tidak akan menjumpai sesuatu yang pasti sepasti orgasme tokoh-tokoh yang Enny Arrow ceritakan, setelanjang deskripsinya yang detail dan gamblang yang menjadi gaya menulisnya. EA ternyata sangat misterius dan tertutup. Ada apa dengannya?
***
Abdullah Harahap, penulis se-era dengan Enny Arrow, tapi dengan genre erotis-horror, bersaksi bahwa Enny Arrow itu temannya sesama suku Batak. Mengapa EA menyembunyikan identitas? Menurut Abdullah, dikarena Enny Arrow tidak terlalu ingin cucu-cucunya mengetahui dia telah membuat karya seperti itu. Sayangnya, Abdullah Harahap tidak ingin menunjukkan alamat pasti sang penulis. Berbeda dengan Hikmat Kurnia, Ketua Ikapi Jakarta, dia mengaku pernah bertemu 2-3 orang penulis Enny Arrow, dan merasa EA hanyalah merek dagang saja. Bagaimana dengan pembaca Serikat News? Merasa Enny Arrow seorang perempuan mantan jurnalis yang lama di Amerika Serikat, yang kesal dengan dunia sastra lokal masa itu, lalu membuat tandingan sastra jalanan dan jalangan, atau dia hanyalah sebuah merek dagang atas permintaan pasar pada bacaan erotis yang hangat menggelora pada masa itu?
Saya sendiri yang mengusung hashtag Enny Arrow Reborn di semua Tulisan EA, merasakan hal informasi tentang diri Enny Arrow, semuanya janggal dan layak dipertanyakan. Tapi saya setuju Abdullah Harahap, penulis Enny Arrow lebih terasa sebagai seorang Sumatera, karena beberapa kata pilihannya seperti ‘menggelinjang’ atau ‘jalang’, adalah kata-kata yang kental dalam ucapan sehari-hari orang Sumatera, ketika mereka membincangkan sesuatu yang cabul. Dan sedikit tambahan untuk kita pikirkan, sebelum berkeringat nanti malam, “Arrow” nama belakang yang dipilih Enny adalah untuk mengenang tempat kerjanya, sebuah Taylor atau tempat menjahit pakaian. Entah bila masa sempat-sempatnya Enny menjadi penjahit, sebelum berangkat ke Amerika Serikat sebagai Copywriter.
_____________________
*) Estiana Arifin, Penulis, Konsultan Publik, Pemerhati masalah perempuan, sosial dan budaya, aktif menulis di Mojok.co dan peruati, menulis buku kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak, Tinjauan Teologi Feminis, Domisili di Ho Chi Minh, Vietnam.
https://serikatnews.com/siapakah-enny-arrow/
Keterangan tambahan: judul asli postingan ini berlabel “Siapakah Enny Arrow?” Dan menurut Arif Gumantia, Penyair di Majelis Sastra Madiun: “Enny Arrow bukan saja penulis yang berkibar karena karya-karyanya yang penuh desah, tapi juga penantang karya-karya sastra yang berpihak pada kaum pemodal, waktu itu.”
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Anzieb
A. Khoirul Anam
A. Muhaimin Iskandar
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Rodhi Murtadho
A.H. J Khuzaini
A.S Laksana
Aa Sudirman
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Acep Iwan Saidi
Achiar M Permana
Addi Mawahibun Idhom
Adhi Pandoyo
Adi W. Gunawan
Afrion
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agung Poku
Agus Buchori
Agus Mulyadi
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wahyudi
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Baso
Ahmad Dahri
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Munjin
Ahmad Naufel
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadul Faqih Mahfudz
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhlis Purnomo
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Albert Camus
Alfathri Adlin
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Alim Bakhtiar
Alimuddin
Amelia Rachman
Amie Williams
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
An. Ismanto
Andhi Setyo Wibowo
Andik Suprihartono
Andri Awan
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Ari Welianto
Arief Rachman Hakim
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Nuzul
Bahrum Rangkuti
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Berita
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bonardo Maulana Wahono
Bre Redana
Budi Darma
Budiman Hakim
Buku
Bung Hatta
Bustan Basir Maras
Butet Kertaredjasa
Candrakirana
Capres Cawapres 2019
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
CNN Indonesia
Coronavirus
COVID-19
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahlan Iskan
Dahlan Kong
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewi Satika
Dian R. Basuki
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Dien Makmur
Din Saja
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diponegoro
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodit Setiawan Santoso
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Darmawan
Doris Lessing
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Dwi Pranoto
Dyah Ayu Fitriana
Edisi Khusus
Edy A Effendi
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Ekwan Wiratno
el-Ha Abdillah
Enny Arrow
Erdogan
Esai
Esthi Maharani
Estiana Arifin
Evi Melyati
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahri Salam
Faisal Kamandobat
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Forum Santri Nasional
Frischa Aswarini
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Fuad Nawawi
Galeri Sonobudoyo
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Geger Riyanto
Geguritan
Goenawan Mohammad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun el-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi
Gus Dur
Gusti Eka
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf
Halim HD
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamzah al-Fansuri
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Harris Maulana
Hasan Basri
Hasnan Bachtiar
Herry Fitriadi
Herta Muller
Heru Kurniawan
Hesti Sartika
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
IAI TABAH
Ibnu Wahyudi
Idrus Efendi
Ignas Kleden
Iis Narahmalia
Imam Jazuli
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Inung As
Irfan Afifi
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iwan Simatupang
Jafar Fakhrurozi
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
Jawa dan Islam
JJ. Kusni
Jo Batara Surya
Joni Ariadinata
Jordaidan Rizsyah
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastra
K.H. Ma'ruf Amin
Kadek Suartaya
Kadjie MM
Kalis Mardiasih
Kanti W. Janis
Karang Taruna Kedungrejo
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Kedungrejo Muncar Banyuwangi
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Kembulan
KetemuBuku Jombang
KH. M. Najib Muhammad
KH. Muhammad Amin (1910-1949)
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kitab Kelamin
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Buana Kasih
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Komunitas Selapan Sastra
Kopi Bubuk Mbok Djum
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kuswaidi Syafi’ie
L Ridwan Muljosudarmo
L.K. Ara
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lan Fang
Launching Buku
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Linda S Priyatna
Literasi
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lukisan
Lukman Santoso Az
M. Faizi
M. Lutfi
M. Raudah Jambak
M.D. Atmaja
Maduretna Menali
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maimun Zubair
Maiyah Banyuwangi
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Maratushsholihah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Sitohang
Mario Vargas Llosa
Marsel Robot
Mas Garendi
Mashuri
Massayu
Masuki M. Astro
Max Arifin
Media Seputar Indonesia
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mianto Nugroho Agung
Mien Uno
Miftachur Rozak
Mihar Harahap
Mochtar Lubis
Moh. Husen
Moh. Jauhar al-Hakimi
Moh. Syafari Firdaus
Mohamad Sobary
Mohammad Rokib
Mohammad Wildan
Motinggo Busye
Muafiqul Khalid MD
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alfatih Suryadilaga
Muhammad Alimudin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhammad Yunus
Muhidin M. Dahlan
Mukhsin Amar
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik
Munawir Aziz
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Ndix Endik
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Ninin Damayanti
NKRI
Nur Taufik
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Obrolan
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Pagelaran Musim Tandur
Palestina
Palupi Panca Astuti
Pameran Lukisan
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawon Seni
PDS H.B. Jassin
Pekan Literasi Lamongan
Pelukis Tarmuzie
Pendhapa Art Space
Pendidikan
Penerbit Pelangi Sastra
Pengajian
Pipiet Senja
Politik
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Jokowi
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Pungkit Wijaya
Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB)
Pustaka LaBRAK
Putu Fajar Arcana
R Giryadi
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rakai Lukman
Rakhmat Nur Hakim
Rani R. Moediarta
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Remy Syaldo
Remy Sylado
Rendy Adrikni Sadikin
Resensi
Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Antoni
Riki Dhamparan Putra
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Romel Masykuri Nur Arifin
Ronny Agustinus
Rosi
Rosihan Anwar
Rosmawaty Harahap
Roy Kusuma
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Salman Faris
Sandiaga Uno
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang
Sanusi Pane
Sapardi Djoko Damono
Saripuddin Lubis
Sasti Gotama
Saut Situmorang
Saya
Sayyid Muhammad Hadi Assegaf
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seni Gumira Ajidarma
Seni Rupa
Seno Joko Suyono
Setia Budhi
Shiny.ane el’poesya
Shofa As-Syadzili
Sholihul Huda
Shulhan Hadi
Sihar Ramses Simatupang
Siti Aisyatul Adawiyah
Siwi Dwi Saputro
Soediro Satoto
Soeparno S. Adhy
Soesilo Toer
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunardian Wirodono
Sunlie Thomas Alexander
Sunoto
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahrudin Attar
Syaifuddin Gani
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Taman Ismail Marzuki
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Afandi
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tere Liye
Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
TS Pinang
Tsani Fanie
Tulus S
Udo Z. Karzi
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyu Aji
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Widie Nurmahmudy
Yanuar Widodo
Yanusa Nugroho
Yerusalem
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yoks Kalachakra
Yonathan Rahardjo
Yuditeha
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Zainal Arifin Thoha
Zehan Zareez
Zuhdi Swt
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar