Rabu, 06 Mei 2020

Kritik Mematikan Ahmad Yulden Erwin atas Yuval Noah Harari : Sebuah Apresiasi

Imam Nawawi *

Saya mendapat kabar Sigit Susanto mengomentari tulisan saya yang berjudul “Membaca Yuval Noah Harari dari Perspektif Nurel Javissyarqi,” (Sastra-Indonesia.com, 4/5/2020). Sigit memberikan catatan yang berbunyi, “kalau bikin esai, parameternya jangan buku dilawan biografi pribadi, lebih baik buku ditabrakkan ke buku lain yang saling bertentangan.”

Kritik konstruktif Sigit menginspirasi tulisan ini, yang melihat tulisan kritis Ahmad Yulden Erwin (Facebook, 5/5/2020). A.Y. Erwin menandai berakhirnya kejayaan aura mitis intelektual Barat di tangan intelektual Timur, sekali pun Erwin masih pada tataran “pemantik”. Disebut pemantik karena ia mengkritik Yuval dengan meminjam tangan Barat, belum menggeser ke proyek “mengkritik Barat melalui Timur”.

Erwin membahas tentang tesis Yuval dalam buku Homo Deus halaman 457 tentang kecerdasan yang terpisah dari kesadaran. Jika contoh kecerdasan yang terpisah dari kesadaran tersebut dapat direpresentasikan oleh Artificial Intelligence (AI), maka Bill Gates dan Stephen Hawking pantas berasumsi bahwa itulah malapetaka besar manusia abad ini.

Erwin pun menghadirkan filsuf Amerika, John Searle, yang membantah fantasi komputer yang bisa berpikir sendiri. Bagi Searle menurut Erwin, komputer yang hanya bisa berpikir tanpa sadar akan apa yang dipikirkannya, tidak bisa disebut berpikir, melainkan sebatas menjalankan program, yang sudah disetting sedari awal oleh pembuat komputer. Mungkin maksudnya, otoritas manusia yang sadar adalah dalang di balik AI sebagai wayangnya.

Pemikiran John Searle dikutip oleh A.Y. Erwin dari artikel berjudul “Minds, Brains, and Programs” yang diterbitkan Behavioral and Brain Sciences tahun 1980. Setelah memetakan fungsi kritik pemikiran Searle atas gagasan fantasi Yuval Noah Harari, Erwin pun kemudian menarik kesimpulan yang tegas: “itulah kenapa salah satu alasan yang membuat saya tidak terkesan dengan pemikiran fantasional dari Prof. Yuval Noah Harari ini. Bukan karena ia (Yuval) seorang homo seksual atau berbangsa Yahudi, tapi karena menurut saya sebagai ilmuan, ia (Yuval) tidak logis dalam berpikir.”

Saya mengapresiasi pemikiran A.Y. Erwin dengan dua cara. Pertama, saya akan mengikuti saran Sigit Susanto yang meminta saya untuk mengkritik karya seseorang dengan karya orang lain yang berseberangan, dan tidak mengkritik karya dengan pendekatan profil pribadi. Karenanya, saya memakai tulisan status A.Y. Erwin tersebut, yang dalam pandangan saya, “inilah era di mana aura mitis intelektual Barat harus segera diakhiri, terlebih pasca Covid-19 ini.”

Mengingat Erwin juga mengutip filsuf Barat dalam mengkritik Yuval, saya coba melengkapi datanya dengan mengutip Slavoj Zizek, yang juga membahas tentang peran manusia dalam mengendalikan komputer. Dua tahun silam, saya menulis artikel berjudul “Digital Cloud: Representasi Transparansi Keagamaan di Facebook,” diterbitkan Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, Volume 6 Nomor 2 tahun 2018. Di sana saya mengutip informasi Slavoj Zizek.

Zizek menulis artikel berjudul “Who Has the Right to Bring the Public Bad New?,” diterbitkan oleh https://www.rt.com/ tertanggal 3 Agustus 2018. Zizek menginformasikan bahwa asal-muasal internet itu bisa dirujuk ke tahun 1960-an, ketika tentara Amerika sudah memikirkan bagaimana cara menjaga komunikasi dengan pasukan-pasukannya yang tercerai berai sekiranya nanti mereka hancur lebur akibat perang nuklir. “Digital Clouds” ditemukan sebagai solusi untuk tetap mengontrol. Zizek mengatakan, “nevertheless, those who control the clouds also control the limits of our freedom”.

Yang hendak saya sampaikan dalam konteks pemikiran John Searle adalah bahwa di balik kecanggihan internet maupun Artificial Intelligence terdapat “manusia-yang-mengontrol.” Benar apa yang sudah dikatakan sejak awal bahwa komputer itu hanya menjalankan program, di mana kecerdasan berpikirnya terlepas dari kesadaran. Lantas, siapa representasi dari kesadaran pada komputer itu? Jawabnya: “manusia-yang-mengontrol”.

Itulah dasar argumentasi saya dalam tulisan “Membaca Yuval Noah Harari dari Perspektif Nurel Javissyarqi”. Intinya, sekali pun pemerintah menggunakan teknologi super canggih tidak akan sepenuhnya mampu mengontrol Nurel Javissyarqi, sebab teknologi hanya jembatan penghubungan antara aktor pemerintah dan aktor personal Nurel. Ruang “rebellion” itu adanya di sana. Semakin lemah pribadi Nurel di hadapan pemerintah, maka semakin ampuh tekologi mengontrol Nurel. Begitu sebaliknya.

Teknologi, dengan demikian, sebatas instrumen. Sebagai sebuah instrumen, teknologi tidak jauh beda dengan jenis-jenis instrumen lain, seperti buku maupun artikel populer. Ruang rebellion itu masih akan terus eksis selama satu aktor tidak mau tunduk pada aktor lain, dan itu terbukti dari pribadi A.Y. Erwin yang membebaskan diri dari pengaruh ide dalam buku Homo Deus tulisan Yuval Noah Harari. Tidak mudah menemukan pribadi yang mampu bebas dari ide dan buku!

Kedua, langkah yang penting saya tempuh adalah merujuk A.Y. Erwin sebagai pribadi, bukan sebagai konten status di akun facebooknya. Ahmad Yulden Erwin adalah orang Lampung. Saya mengapresiasi posisi geografis Erwin sebagai orang Lampung dalam langkah kedua saya ini. Lampung di sini berarti adalah Timur, jika dihadapkan pada Yuval yang Israel. Bagi saya, lebih aman menaruh percaya pada Lampung daripada Israel. Suatu hari di lain kesempatan saya akan bicara makna penting penguasaan ruang geografis dan tanah.

Jadi, terdapat kemungkinan untuk melihat Erwin sebagai representasi pribadi Timur dalam melihat Yuval sebagai pribadi Barat. Ruang kemungkinan semacam ini hanya bisa terbuka, jika membebaskan Erwin dari statusnya sendiri. Sebab, jika memaknai Erwin dari konten statusnya, maka di sana akan ditemukan dengan mudah ada representasi Barat pada diri Erwin, yakni kutipannya pada John Searle. Mirip persis sebagaimana saya contohkan pada langkah pertama, yang secara terdesak mengutip Slavoj Zizek.

Bagi saya, “citations” adalah perkara urgen dalam setiap kerja akademik. Sitasi adalah penanda paling tegas tentang siapa diri kita, kemana arah kita, dan nilai-nilai apa yang kita perjuangkan. Karenanya, membaca Yuval dari perspektif pribadi Nurel maupun tulisan Erwin adalah cara kerja saya untuk membunuh Yuval di negeri tercinta kita ini. Memang remeh tapi ini rintisan. Nurel dan Erwin adalah dua pribadi yang bagi saya sudah berjasa besar untuk itu. Wallahu a’lam bish shawab.

*) Santri Madura. Pecinta Kebudayaan. Penggemar kopi Madura.
http://sastra-indonesia.com/2020/05/kritik-mematikan-ahmad-yulden-erwin-atas-yuval-noah-harari-sebuah-apresiasi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar