Aku tak terharu lagi
sejak bapak tak menciumku di ubun.
Aku tak terharu lagi
sejak perselisihan tak selesai dengan ampun.
Keharuan menawan
ketika Bung Karno bersama rakyat
teriak “Merdeka” 17 kali.
Keharuan menawan
ketika pasukan gerilya masuk Jogja
sudah kita rebut kembali.
Aku rindu keharuan
waktu hujan membasahi bumi
sehabis kering sebulan.
Aku rindu keharuan
waktu bendera dwi warna
berkibar di taman pahlawan.
Aku ingin terharu
melihat garis lengkung bertemu di ujung.
Aku ingin terharu
melihat dua tangan damai berhubung.
Kita manusia perasa yang lekas terharu.
Kata
Asal mula adalah kata
Jagat tersusun dari kata
Di balik itu hanya
ruang kosong dan angin pagi
Kita takut kepada momok karena kata
Kita cinta kepada bumi karena kata
Kita percaya kepada Tuhan karena kata
Nasib terperangkap dalam kata
Karena itu aku
bersembunyi di belakang kata
Dan menenggelamkan
diri tanpa sisa.
Haiku
malam rebah
di punggung
sepiku
gigir gunung
susut di kaca
hari makin surut
dan bibir habis kata:
dinda, di mana, siapa
tangan terkepal
terhenyak di meja.
_______________________
Subagio Sastrowardoyo (lahir di Madiun, Jawa Timur, 1 Februari 1924 – meninggal di Jakarta, 18 Juli 1995) seorang dosen, penyair, cerpenis, esais, dan kritikus sastra Indonesia. Selama bertahun-tahun, menjadi direktur Penerbitan Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar