Senin, 31 Agustus 2020

Mata Adalah Guru dan Hati Ukurannya

Doddi Ahmad Fauji *

Walaupun banyak psikolog yang mengoreksinya, namun teori psikoanalisis Sigmund Freud tidak bisa diruntuhkan sepenuhnya. Freud meyakini, tindakan manusia dipicu dan dipacu oleh alam bawah sadar yang terekam di masa silam, yang bisa jadi rekamannya itu sudah terhapus dari pita ingatan, namun masih terformat dalam saraf-saraf somatik, hingga kapan-kapan alam bawah sadar itu bisa muncul ke permukaan dalam bentuk tindak yang radikal seperti impulsif, reaksioner, defensif habis-habisan, atau mengasingkan diri dari keriuhan.

Teori Freud ini terasa mengena saat berhadap-hadapan dengan sebuah karya seni. Mengapa karya seni nampak seperti ini atau seperti itu, pastilah dilatari oleh suasana psikologis sang senimannya. Warna merah marun atau putih salju, biru dongker atau kuning lemon pada sebuah lukisan misalnya, dimunculkan oleh seniman bukan saja atas dasar pertimbangan komposisi warna, tetapi karena warna itu diyakini oleh seniman secara bawah sadar sebagai simbol tertentu. Warna merah misalnya, adalah idiom dari suasana marah, warna biru relevan dengan misteri, putih sejalan dengan harapan, hitam identik dengan kemurungan, dan seterusnya.

Pengantar singkat di atas saya jadikan rujukan untuk menelisik salah satu lukisan Sonny Eska berjuluk Mata Do Guru Roha Sisean (2009, 290 X 175 CM, mix media di atas kanvas), yang artinya: Mata adalah guru dan hati ukurannya.

Mengapa Sonny menggubah lukisan seperti itu, pasti dilatari unsur psikis bawah sadar yang membimbingnya secara naluriah untuk melahirkan karya seperti itu. Secara genetik etnisitas, Sonny adalah orang Batak, namun lahir dan besar di Jakarta. Secara kultural, Jakarta mencetak Sonny menjadi manusia kosmopolitan. Maka unsur lokalitas yang diwariskan secara genetik, dan unsur globalitas yang diterima melalui pergaulan budaya, bercampur-baur dalam lukisan tersebut.

Sonny memilih warna-warni ceria, yang elementer, yang disediakan oleh pabrik cat, dan bukan warna “matang” hasil percampuran dari sejumlah warna. Pilihan warna ini selaras dengan ragam warna yang jadi kesukaan masyarakat sub-kultur Indonesia. Tengok misalnya warnawarna kostum adat dari masyarakat Sumatera, Kalimantan, Sulawesi cenderung menggunakan warna-warna terang yang oleh orang Jakarta sering dibilang warna “norak”. Warna ceria yang elementer itu, hadir pada lukisan Sonny, terdorong oleh alam bawah sadarnya sebagai keturunan Batak.

Tetapi Sonny sudah lama bersinggungan dengan kebudayaan lain yang bergeliat di Jakarta, yang dibawa oleh kaum urban. Perbauran warnawarna budaya itu pun muncul pada lukisan di atas, dan menjadi cermin bahwa Sonny adalah masyarakat berbudaya gado-gado sebagaimana yang terdapat di Jakarta.

Gado-gado budaya itu, terefleksikan melalui obyek-obyek dan figurfigur yang direpresentasikan Sonny secara berhimpitan, berjejalan, saling berebut perhatian, bertubrukan, saling-silang, seperti yang terjadi di Jakarta. Coba perhatikan, betapa banyak obyek atau figur yang tampil pada lukisan berjuluk Mata Do Guru Roha Sisean itu.

Lalu teks-teks yang bermunculan menghiasi kota Jakarta, apakah itu berupa nama gedung, papan reklame, atau iklan partai politik, juga tampil dalam lukisan Sonny. Sonny menuliskan judul lukisannya pada kanvas dalam ukuran besar, mengibaratkan teks-teks yang terus mengepung Jakarta, sesuatu yang jarang dilakukan perupa lain.

Lukisan ini adalah gambaran bagaimana seorang Batak mempersepsi Kota Jakarta yang sumpek dan semrawut, yang penduduknya individualistik dan materialistik. Dan lukisan ini menguarkan pernyataan: siapa pun yang hidup di Jakarta, lambat laun akan tergerus menjadi manusia individual, yang harus tutup mata dan pura-pura tidak tahu persoalan orang lain. Untuk itulah, dua figur yang ditampilkan secara mencolok oleh Sonny, sengaja matanya dikasih hijab (penutup).

Hidup di Jakarta sungguh berat, tidak seindah yang dibayangkan oleh masyarakat desa yang setiap habis Idul Fitri, berdatangan menjadi penduduk baru Jakarta dengan profesi sebagai pembantu rumah tangga atau pekerja keras lainnya. Jakarta sebenarnya bukan sorga: Jakarta hanyalah Kota Utopia. Ada banyak rintangan dan hambatan yang membelenggu, dan secara bawah sadar, Sonny menampilkan belenggu itu melalui obyek pagar dan tiang, dan dua sosok yang matanya dihijab, juga ditampilkan dalam kondisi dibedong seperti bayi. Pagar dan tiang itu harus dimusnahkan, maka tampillah pisau belati sebagai simbol dari penghancuran.

Secara tidak sadar, Sonny menampilkan berbagai fenomena dan insiden yang terjadi di Jakarta dalam bentuk simbol-simbol. Kobaran api yang tampil dalam lukisan itu, bagaimana pun menjadi gambaran dari kebakaran yang sering terjadi di Jakarta.

Lalu yang cukup menonjol ditampilkan Sonny adalah sesosok berwarna hitam. Siapakah dia? Melihat wujud figur itu, saya teringat pada film Batman teranyar berjudul The Dark Knight. Figur itu memang mirip Batman yang muncul dari kegelapan, untuk menyelamatkan kota dari kemusnahan akibat ‘ketamakan’ segelintir sutradara yang mengendalikan kota. Jakarta, dalam lukisan ini, rupanya membutuhkan seorang Batman: pahlawan yang tidak membutuhkan tanda jasa, namun jelas-jelas berjasa besar.

Lukisan Sonny tampil dengan cerdas untuk mengeritik urban civilization yang kita dambakan. Karena Jakarta belum bisa menjadi kota urban yang nyaman. Jakarta masih menjadi kota yang menghardik dan merampok rasa kemanusiaan. Dan lukisan-lukisan cerdas gubahan Sonny seperti diuraikan di atas, akan ditampilkan pada pameran tunggal di Galeri Nasional Indonesia, bulan Juli 2009. Selamat menikmati. 

***

*) Doddi Ahmad Fauji, penulis buku Menghidupkan Ruh Puisi, Sastrawan Angkatan 2000 versi Korrie Layun Rampan, dan mantan redaktur sastra Koran Media Indonesia (1999 – 2001).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar