Senin, 08 Februari 2021

Bahasa Gaul mengikis Bahasa Indonesia dan Karakter Anak

Nurul Komariyah *
 
Bahasa gaul adalah ragam bahasa Indonesia non standar yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1980-an. Ragam ini semula diperkenalkan oleh generasi muda yang mengambilnya dari kelompok waria dan masyarakat terpinggir lain. Kalimat-kalimat yang dipakai kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk singkatan juga banyak dituturkan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek, sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tak lengkap. Dengan menggunakan struktur pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang sering membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami kesulitan untuk memahaminya. Sehingga jika penggunaanya tak tepat, dapat menggeser posisi Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
 
Bahasa gaul dapat timbul dimana saja. Bahasa yang digunakan oleh anak muda pada umumnya ini muncul dari kreativitas mengolah kata baku dalam bahasa Indonesia menjadi kata yang tak baku. Bahasa gaul kita dapati dimana saja, karena bahasa gaul bisa timbul di iklan televisi, lirik lagu remaja, novel remaja dan banyak lagi. Inilah kenyataan tumbuhnya bahasa gaul ditengah eksistensi bahasa Indonesia yang tidak bisa dihindari ini, karena pengaruh perkembangan alat komunikasi yang terus berkembang. Dan bahasa gaul dipakai anak muda kebanyakan, maka bahasa baku akan tergeser eksistensinya.
 
Bahasa gaul juga muncul di kalangan anak sekolah dasar, sebab pengaruh kuat dari lingkungan. Umumnya mereka menyerap dari percakapan orang-orang dewasa di sekitarnya. Atau meniru dari media massa, semisal dari adegan percakapan di televisi maupun mengikuti tren bahasa gaul di media cetak. Dan bahasa gaul akan selalu muncul, berkembang sesuai zaman masing-masing.
 
Perlu dipahami, bahwa menyerap bahasa gaul yang tengah menjadi tren merupakan bagian dari konformitas terhadap lingkungan. Pahami pula kalau hal ini salah satu tahapan perkembangan kepribadian anak-anak usia sekolah. Yang dimaksud konformitas adalah meleburkan diri pada lingkungan agar mendapat pengakuan. Dalam perkembangan karakter anak usia Sekolah Dasar, konformitas amat diperlukan, karena akan meningkatkan self esteem (harga diri) anak. Jadi, biar saja anak ikut tren yang memang diperlukan bagi perkembangan sosialnya. Yang harus diajarkan ialah penempatan, dalam arti kapan dan kepada siapa bahasa tersebut boleh digunakan. Jika salah dalam penggunaan akan berakibat fatal yakni menurunnya karakter anak-remaja, dan jika terjadi, sangat sulit dan membutuhkan waktu lama untuk mengembalikan karakter yang telah luntur itu.
 
Berikut beberapa contoh pergeseran penggunaan Bahasa Indonesia ke Bahasa Gaul, diambil dari chompikblogspot.com :
 
1. Penggunaan awalan (e)
Kata emang adalah bentukan dari kata memang yang disispi bunyi e. Di sini jelas terjadi pemendekan kata berupa mengilangkan huruf depan (m). Sehingga terjadi perbedaan saat melafalkan kata tersebut dan merancu dari kata aslinya.
 
2. Kombinasi (k, g, k)
Kata kagak bentukan dari kata tidak, yang bunyinya tid diganti kag. Huruf konsonan pada kata pertama diganti dengan k huruf vocal i diganti a. Huruf konsonan kedua diganti g, sehingga kata “tidak” menjadi “kagak.”
 
3. Sisipan (e)
Kata temen merupakan bentukan dari kata teman yang huruf vokal a menjadi e. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan pelafalan.
 
Beberapa contoh Bahasa Gaul yang pernah popular di Indonesia, dan mampu menggeser penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan Benar:
 
1. Nih Yee
Ucapan ini terkenal di tahun 1980-an, tepatnya bulan November 1985. Pertama kali yang mengucapkan kata tersebut seorang pelawak bernama Diran. Selanjutnya dijadikan bahan lelucon oleh Euis Darliah, dan popular hingga kini.
 
2. Memble dan Kece
Dalam milis tersebut dinyatakan bahwa kata memble dan kece merupakan kata-kata ciptaan khas Jaja Mihardja. Di tahun 1986, muncul sebuah film berjudul Memble tapi Kece, yang diperankan oleh Jaja Mihardja ditemani Dorce Gamalama.
 
3. Boo
Kata ini popular pada pertengahan awal 1990-an. Penutur pertama kata Boo adalah grup GSP yang beranggotakan Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan. Kemudian kata Boo dilanjutkan oleh Lenong Rumpi dan menjadi popular di lingkungan pergaulan kalangan artis. Salah seorang artis bernama Titi DJ, kemudian disebut sebagai artis yang benar-benar mempopulerkan kata tersebut.
 
4. Nek
Setelah kata Boo populer, tak lama kemudian muncul kata-kata Nek… yang dipopulerkan anak-anak SMA di pertengahan 90-an. Kata Nek pertama kali diucapkan Budi Hartadi, seorang remaja di kawasan kebayoran yang tinggal bersama neneknya. Dikarena itu, lelaki latah tersebut sering mengucapkan kata Nek…
 
5. Jayus
Di akhir dekade 90-an dan di awal abad 21, ucapan jayus sangat popular. Kata ini dapat berarti sebagai ‘lawakan yang tidak lucu’, atau ‘tingkah laku yang disengaja untuk menarik perhatian, tapi justru membosankan’. Kelompok yang pertama kali mengucapkan kata ini anak SMU yang bergaul di sekitaran Kemang. Asal mula kata ini dari Herman Setiabudhi. Dirinya dipanggil oleh teman-temannya Jayus. Ini karena ayahnya bernama Jayus Kelana, seorang pelukis di kawasan Blok M. Herman atau Jayus selalu melakukan hal-hal yang aneh-aneh dengan maksud mencari perhatian, tapi justru menjadikan bosan teman-temannya. Salah satu temannya bernama Sonny Hassan atau Oni Acan sering memberi komentar Jayus kepada Herman. Ucapan Oni Acan inilah yang kemudian diikuti teman-temannya di daerah Sajam, Kemang, lantas merambat populer ke lingkungan anak-anak SMU sekitar.
 
6. Jaim
Ucapan jaim dipopulerkan oleh Bapak Drs. Sutoko Purwosasmito, seorang pejabat di sebuah departemen, yang selalu mengucapkan kepada anak buahnya untuk menjaga tingkah laku atau menjaga image.
 
7. GituLoh…(GL)
Kata GL pertama kali diucapin oleh Gina Natasha seorang remaja SMP di kawasan Kebayoran. Gina mempunyai kakak bernama Ronny Baskara, seorang pekerja event organizer. Sedangkan Ronny punya teman kantor bernama Siska Utami. Suatu hari Siska bertandang ke rumah Ronny. Ketika bertemu Gina, Siska bertanya dimana kakaknya, lantas Gina ngejawab di kamar, Gitu Loh. Esoknya si Siska di kantor ikut-ikutan latah dia ngucapin kata Gitu Loh, di tiap akhir pembicaraan.
 
8. Trus... Gue Harus Bilang Wao Gitu
Kata-kata ini berasal dari Stand Up Komedi, acara ini di tayangkan sebagai salah satu acara komedi yang ditayangkan di stasiun televisi, kemudian digunakan dalam tayangan iklan, yang hampir setiap menitnya di tonton anak-anak. Kata-kata tersebut berdampak negatif pada peserta didik utamanya siswa SD, karena setiap hari menggunakan kata-kata itu dalam berkomunikasi dengan teman, dan tidak jarang jika dengan orang yang lebih tua ataupun guru, lantaran kuatnya pengaruh bahasa tersebut, sehingga posisi guru dirasa kawan sebaya yang tidak perlu berbahasa sopan saat bertutur kata. Dan masih banyak lagi bahasa gaul yang sering digunakan sekarang ini.
 
Hal-hal yang perlu perlu dilakukan agar tidak sampai terjadi pergeseran dari Bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi bahasa gaul, serta untuk menjaga karakter anak-anak supaya tetap baik sesuai jati diri Bangsa Indonesia yang mampu menjunjung tinggi Bahasa persatuan, antara lain:
 
1. Perlunya memahamkan posisi bahasa gaul kepada siswa SD, SMP, SMA, disamping memberi pelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar.
 
2. Perbanyak sosialasi kepada siswa-siswi tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
 
3. Faktor lingkungan yang penting, didiklah anak sejak dini menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
 
4. Pentingnya penyisipan pendidikan karakter dalam setiap pelajaran Bahasa Indonesia, agar dalam kehidupan di masa yang akan datang (generasi penerus bangsa), memiliki karakter yang kokoh tidak mudah terjajah negara lain.
 
5. Guru dan orang tua sama-sama mempunyai peran sentral terhadap baik-buruknya karakter anak. Karena itu, harus ada kerjasama yang baik dalam mengawasi perkembangan penggunaan Bahasa Gaul, baik di rumah maupun di lingkungan sekolah.
 
6. Jika bahasa gaul digunakan tepat pada waktunya, maka tidak akan menjadi masalah. Namun jika salah menggunakannya, maka etika, sopan santun, tata krama dan semua berkaitan dengan karakter dan moral akan rusak. Olehnya, pengawasan dan didikan yang benar harus diawasi dan diperhatikan.
 
Semoga kita sebagai guru mampu menjadikan peserta didik yang unggul berprestasi, berkarakter serta beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME.
 
Do’a Guru:
 
Murid-muridku
Dadio Boca Sing Sregep
Madhep
Mantep
lan Tetep
Supoyo Biso Selamet Ndunyo Akhirate,
Amin...
***

*) Nurul Komariyah, M.Pd., lahir 22 September 1985 di Dusun Bagel, Sumberagung, Sukodadi, Lamongan. Mengajar di SDN Sumberaji, Sukodadi, dan aktif di Kepramukaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar