Rabu, 21 Juli 2021

Hamid Jabbar, Meninggal ketika Berpuisi

Benny Benke
suaramerdeka.com
 
”SANG waktu masih saja berlagu mengalir tertib tanpa sedikit pun merasa ragu. Aku pun mengalir di dalamnya. Kadang-kadang terasa lewat dan terjepit di sela-sela sang waktu, tersendat-sendat, kemudian terhuyung-huyung seakan menggelinding dari ”kutub-ingat” lewat titik pusat kebingungan…
 
Itulah sekelumit tulisan Hamid Jabbar yang mengulas soal puisi dengan judul “Ketidakberdayaan, Pergulatan, Penyerahan, dan Kebangkitan? Ya, dalam Iman!” yang dimuat dalam situs Segerobak Puisi Hamid Jabbar.
 
Ya, sang waktu akhirnya tiba. Hamid Jabbar, penyair yang kerap menulis puisi-puisi religius dan kritik sosial itu, Sabtu malam (29/5) sekitar pukul 24.00 WIB meninggal dunia.
 
Dia meninggal dalam alunan puisi yang sedang dilantunkan pada acara Dies Natalis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Kematian memang bisa datang kapan dan di mana saja. Sebagaimana kematian yang menghampiri penyair Hamid Jabbar. Penyair itu mengembuskan napas terakhir di atas panggung ketika sedang membacakan sajak dengan iringan musik blues dan rock pada malam ”Orasi Seni dan Budaya”.
 
Dalam acara itu, Hamid tidak tampil sendirian. Budayawan Franz Magnis Suseno, dramawan Putu Wijaya, penyayi Franky Sahilatua, dan penyair Jamal D Rahman menjadi bagian acara orasi budaya malam itu. ”Saya memang tidak tahu detik-detik terakhir meninggalnya. Saya dan Romo Magnis pulang duluan ketika Hamid naik ke panggung lagi,” kata Putu Wijaya yang malam itu membacakan monolog ”Setan”.
 
Pemimpin Teater Mandiri itu mengisahkan, Hamid sebenarnya telah membacakan orasi budayanya. ”Namun, karena teramat bersemangat, dia naik lagi ke panggung dan membacakan dua sajak dengan iringan musik.”
 
Ketika sajak kedua usai, Hamid yang tampil menarik itu melorot dan jatuh di samping mimbar. ”Dan, saya mendapat kabar dari teman-teman, para mahasiswa bertepuk tangan riuh karena mengira itu adalah bagian dari peristiwa kesenian,” kisah Putu.
 
Namun, karena beberapa lama ditunggu-tunggu tidak bangun, Jamal D Rahman menghampiri. Ternyata dia pingsan. Dan kemudian dia dibopong keluar untuk dibawa ke klinik terdekat.
 
Apa kata Putu kemudian? ”Saya memang tidak begitu dekat dengan beliau. Namun, sepengetahuan saya, almarhum adalah seniman idealis. Keras, tetapi suka humor. Bahkan, ketika mengikuti Kongres Kebudayaan di Bukittinggi, almarhum yang semula kaku telah cair. Dan, sebagai seorang seniman, dia adalah pemikir.”
 
Manajer yang Baik
 
Kesan mendalam mengenai kepergian Hamid Jabbar sangat dirasakan oleh penyair Taufik Ismail yang selama lima tahun ini bersama almarhum terlibat dalam agenda SBSB (Sastrawan Bicara, Siswa Membaca) dan SBMM (Sastrawan Bicara, Mahasiswa Membaca) di 170 SMA di 120 kota. ”Dia adalah seorang penyair yang produktif, berwawasan luas, suka membaca, dan rendah hati,” kata Taufik yang bersama aktor Salim Said dan Jajang C Noer menghadiri dan memberikan kata sambutan pada pemakaman Hamid, Minggu (30/5) siang, di pemakaman Pondok Rangon, Jakarta Timur.
 
”Yang membedakan dia dari penyair lain adalah: almarhum seorang organisatoris dan manajer yang baik,” kenang Taufik yang mengingatkan semasa sekolah Hamid aktif di KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia).
 
Meski merasa kehilangan, dia mengatakan, kematian Hamid adalah sesuatu yang indah. ”Ia meninggal dengan cara yang luar biasa indah sebagaimana prajurit yang gugur di medan tempur,” katanya.
 
”Ini adalah kali pertama terjadi di Indonesia seorang penyair meninggal dunia di atas panggung ketika sedang membacakan sajak. Dan, mungkin juga yang pertama di dunia.”
 
Rasa kehilangan juga tidak dapat disembunyikan oleh Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri. Sebagai penyair yang sama-sama berasal dari Bukittinggi, Sumatera Barat, Tardji mempunyai pengalaman khusus dengan Hamid. ”Ia penyair yang baik, senantiasa berusaha tampil prima, dengan kegembiraan hidup yang luar biasa,” katanya.
 
Sifat ketulusan, rendah hati, sabar, dan suka bercanda inilah yang membuat Hamid banyak berkawan dengan sesama penyair. ”Dia tidak hanya suka bercanda, tapi juga suka main biliar pada jam berapa pun ia mau. Dan inilah keburukannya, dia tidak begitu memperhatikan kesehatan tubuhnya kalau sudah bekerja,” kata Tardji yang mengaku mendapat kabar kematian Hamid via SMS.
 
Mantan redaktur Penerbit Balai Pustaka dan redaktur Majalah Sastra Horison ini juga dikenal peduli terhadap pengajaran tulis-menulis di sekolah. Dalam sebuah sebuah diskusi dia menyatakan, salah satu pelajaran yang masih ditelantarkan oleh Pemerintah Indonesia dalam pengembangan minat baca dan apresiasi terhadap sastra adalah pelajaran mengarang.
 
Menurut dia, pelajaran mengarang hendaknya tidak dipandang hanya sebagai sebuah pelajaran teknis menulis atau mengarang. Pelajaran mengarang hendaknya dijadikan sebagai ruang berekspresi bagi siswa untuk membentuk kepribadian dan jati diri siswa sebagai seorang manusia.
 
Sebelum dimakamkan, jenazah penyair itu disemayamkan di rumah duka Jalan Kelapa Dua Wetan RT 01 RW 01 Nomor 15 Ciracas, Jakarta Timur.
 
Ya, Hamid telah tiada. Namun, puluhan karyanya telah mewarnai jagad sastra Indonesia. Lewat karya-karya religius maupun puisi-puisi parodi antara lain ”Sebelum Maut datang”, ”Ya Allah”, ”Setitik Nur”, ”Jihad”, ”Zikrullah”, ”Ketika Khusyuk Tiba pada Tafakur ke Sejuta ”, ”Perjamuan”, ”Nisan, ”Angin, ”Pantai dan Pasir”, dan ”Homo Homini Lupus”, dia telah mewarnai kesuastraan Indonesia.
 
O, kematian memang datang tidak mengenal waktu, tempat, dan tanpa permisi. Selamat jalan Hamid!
***

http://sastra-indonesia.com/2009/03/hamid-jabbar-meninggal-ketika-berpuisi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar