Senin, 19 Juli 2021

Orhan Pamuk Meraih Penghargaan Nobel Sastra

Aa Sudirman
suarapembaruan.com
 
“Cukup. Saya tidak suka kuliah arsitektur. Menghabiskan waktu saja. Saya mau jadi penulis.” Mungkin kalimat itu yang diucapkan Orhan Pamuk saat memutuskan untuk berhenti kuliah di Universitas Teknik Istanbul, Turki. Belakangan ia kuliah lagi di Institut Jurnalistik, Universitas Istanbul. Tapi ia tidak pernah sungguh-sungguh menjadi jurnalis.
 
Orhan kecil lebih suka membaca karya Virginia Wolf dan menulis di rumahnya. Keberaniannya untuk memutuskan berhenti kuliah arsitek itu mungkin salah satu pendorongnya untuk menjadi penulis. Tentu saja bakat menulisnya adalah faktor utama yang mengantarnya pada posisi terhormat sebagai penulis tingkat dunia.
 
Dari tangan, dan tentu saja pikiran dan hatinya, lahir novel fiksi yang unik. Sebagai penulis novel fiksi, ia dengan lancar bisa menggambarkan orang yang telah mati masih bisa berbicara. Di tangannya, pepohonan jadi bisa berkisah.
 
Lahir di Istanbul, 7 Juni 1952, Orhan Pamuk memang dikenal sebagai penulis hebat. Namanya bukan hanya dikenal di negerinya. Nama dan karyanya melintasi batas-batas negara. Melintasi sekat-sekat kelompok, agama, dan pandangan politik. Tidak heran jika majalah Time edisi 8 Mei 2006 menobatkan Orhan sebagai satu di antara 100 manusia yang paling berpengaruh di dunia.
 
Orhan memang menawarkan cara lain bercerita lewat tulisannya. Menyuguhkan alur cerita yang tidak bisa dilepaskan dari latar belakang negaranya, Turki, yang sering disebut sebagai wilayah pertemuan antara budaya Barat dan Timur. Menurut Orhan karyanya memang tidak lepas dari soal perubahan budaya, gaya hidup Barat di negara yang sebenarnya bukan Barat.
 
Keputusan yang Berani
 
Tiga puluh tahun menulis dan menyaksikan bagaimana karyanya diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa di dunia, jelas membuatnya bahagia. Siapa tahu ia ingat kata-kata tajamnya saat meninggalkan kuliah di jurusan arsitektur. Putusan yang berani dan tepat.
 
Dua puluh jam terakhir, dunia sastra kembali harus membaca dan menyebut namanya setelah Horace Engdahl, sekretaris Komite Nobel menyebut nama Orhan Pamuk sebagai penerima penghargaan Nobel Sastra tahun ini. Pengumuman dilakukan di Stocholm, Swedia, Kamis (12/10) waktu Indonesia.
 
Komite Nobel untuk bidang sastra dipilih oleh Akademi Swedia yang beranggotakan 18 orang. Akademi Swedia yang disebut sebagai De Aderton itu beranggotakan penulis, ahli bahasa, sejarawan, dan ahli hukum terkenal dari Swedia.
 
Untuk tahun ini Komite Nobel beranggotakan P?r W?stberg, Horace Engdahl, Kjell Espmark, Lars Forssell, dan Katarina Frostenson. Semuanya anggota adalah penulis yang berwibawa di Swedia.
 
Dalam situs resmi Nobel, Akademi Swedia memberikan catatan singkat soal Orhan. “Dalam perjalanan untuk menemukan jiwa dari kota kelahirannya, ia telah menemukan simbol dari penggabungan beberapa kebudayaan”.
 
Pengumuman Akademi Swedia itu sekaligus meruntuhkan spekulasi mengenai siapa yang akan meraih penghargaan Nobel tahun ini.
 
Kantor berita AP menyebutkan, selain Orhan, kandidat terkuat untuk meraih penghargaan lainnya ialah penyair Suriah Ali Ahmad Said, Joyce Carol Oates dari Amerika, dan penulis Jepang Haruki Murakami, serta penulis asal Swedia Thomas Transtromer.
 
Nama Orhan akan ditempatkan di atas nama peraih Nobel bidang sastra tahun lalu, Horald Pinter. Di bagian paling bawah daftar itu tertera nama peraih penghargaan yang sama pada 1901, Sully Prudhome.
 
Keluarga Kaya
 
Orhan yang dilahirkan dari latar belakang keluarga kaya itu sudah banyak menulis novel dalam bahasa Turki. Belakangan karya tulisnya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Swedia, dan beberapa negara lainnya. Beberapa diantaranya ialah, My Name is Red, The White Castle, The Black Book, The New Life, Istanbul, dan Snow.
 
Kehidupannya malah menjadi salah satu sumber inspirasinya saat menulis novel yang berjudul Cevdet Bey, His Sons dan The Black Book.
 
Ia sempat menjadi mahasiswa tamu di Universitas Columbia di New York (1985-1988). Pada saat itulah ia menulis novel berjudul The Black Book yang muncul dari pengalaman pribadinya saat bercerai dengan Aylin Turegen.
 
Novel yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis itulah yang mengantarnya meraih penghargaan Prix France Culture. Novel itu juga yang membuatnya dikenal sebagai penulis yang mampu meramu kisah masa lampau dengan masa kini dalam alur cerita yang unik dan memikat.
 
Ide cerita sepertinya datang bergelombang kepadanya. Ia kemudian mengisahkan kisah seorang mahasiswa yang sangat terpengaruh sebuah buku misterius dalam novel berjudul The New Life. Novel itulah yang melambungkan nama Orhan Pamuk di negerinya.
 
Nama Orhan semakin melambung saat ia mengatakan bahwa satu juta orang Armenia dan 30 ribu warga Kurdi dibunuh tentara Turki pada Perang Dunia I. Pemerintah Turki membantah melakukan pembantaian dan menyatakan bahwa saat itu yang terjadi adalah peperangan dan warga Turki pun banyak yang tewas saat itu.
 
Akibat pernyataannya itu, Orhan sempat diperiksa dengan dakwaan menghina identitas Turki dan angkatan bersenjata Turki. Dakwaan akhirnya dihentikan setelah Kementerian Kehakiman Turki menolak mengeluarkan ketetapan tentang bisa tidaknya dakwaan terhadap Pamuk disidangkan.
 
Lepas dari kemungkinan bahwa penghargaan itu mungkin akan menimbulkan reaksi Pemerintah Turki dan kritikan dari berbagai kalangan yang tidak menyetujui terpilihnya Orhan, hadiah uang sebesar US $ 1,4 juta, medali emas dan piagam sudah menantinya. Pada 10 Desember mendatang di Stockholm, Swedia, tanggal di mana pemrakarsa pemberian penghargaan Nobel, Alfred Nobel meninggal, Orhan bisa dengan bangga menyatakan, “Aku memang penulis. Aku bukan arsitektur.”
***

http://sastra-indonesia.com/2010/10/orhan-pamuk-meraih-penghargaan-nobel-sastra/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar