Jumat, 23 Juli 2021

Rainer Maria Rilke (1875-1926)

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/?p=321
 
Mawar,
ah penyangkalan belaka,
gairah pada yang tak terlelap
di sebalik begitu banyak Kelopak mata
(di batu nisan Rilke, 4 Des 1875 – 29 Des 1926).*
 
Sejarah hasrat riwayat tubuh, telah ada semenjak di kandungan ibu, pun jauh sebelum terciptanya bumi. Demikian penyair tidak dapat mengelak takdirnya, hadir seperti peralihan jaman, menggelinding tiada mampu menghindari. Pula insan unggul tetap berjuang keras menghadapi ruang-waktu percobaan; penjegalan, amukan warna kata-kata, musik apa saja menyerap dan disergap. Jalan hidup selempengan baja atau batu-batu dibungkus mata air, bukit disapu kabut, keluar dari ikatan indrawi. Merasuk gugusan bintang bayang-bayang jiwa, penyair tulen lebih gelap dari daging terbakar. Semua dari ketaksangkaan meski atas kesuntukan, yang diemban tidak lepas dari jeruji sejarah.
 
Manusia pilihan bukan segebok keisengan, ada tanjung runcing mata pedang, darah menetesi ujung pisau, embun kesepian, ketampanan malang digariskan. Tinggal menajamkan hati mata curiga oleh perubahan waktu perpindahan letak, menyiapkan gulungan rambut kusut merana. Lantas penyair-penyair lain memetik anggurnya, meraup segara jiwa menghisap keayuan sukma. Tidak mengurangi ketetapan-Nya malang melintang, nasib mujur terlupa, mata sayu lelah menangkap seluruh.
 
Bagiku Rilke pemuda tangguh menatap jalannya hayat, tidak goyah meski puisi-puisinya dicetak terbatas. Seperti pangeran telah faham kisah kerajaannya, dan dibawa kemana rakyatnya, para seniman. Pundak keras lebih dari perhitungan, matahari mengelupas kulit dan jauh mengerti tempaan bertubi-tubi. Kesetiaan menyunggi beban kata, membuatnya terkena fitnah, pengusiran, lebih merana dari anak hilang, sesalnya pun ditulis begitu indah.
 
SESAL
Rainer Maria Rilke
 
Segalanya jadi bayang
dan fana.
Aku yakin, bintang,
yang berkeredapan di atas sana,
sudah mampus berjuta warsa silam.
Aku yakin, dalam perahu,
yang melintas menderu,
kudengar gema ucapan seram.
Di dalam rumah, jarum jam
berhenti berdetik…
Di rumah yang mana?…
Aku ingin melangkah keluar dari bilik
jantungku dan melenggang di bawah angkasa.
Aku ingin berdoa.
Dan dari jutaan bintang yang padam
satu tersisa ada.
Aku yakin, aku faham,
bintang mana
yang masih berdiam,-
yang di ujung ekor cahayanya
nampak bagai sebuah kota putih seluruhnya…**
 
Penyair hidup dalam kekonyolan menerus, dipikulnya sepenuh kesadaran bulan matahari, sekejap menangguhkan beban ke bumi, keluar dari peredaran ketepatannya, masa di luar waktu kebanyakan. Pemeras intisari hayat terjatuhnya bola mata, dilihat kelereng bertabrakan keluar galaksi nalar sebelumnya. Jauh melampaui kesadaran jaman, sebab bersayap ke ujung yang belum tertandakan.
 
Keindahan mawar abadi, darah bergolak bermekaran harum hayati, makna pencari harus melewati lubang sempit tangkai keras merunduk terbentur. Nafas-nafas kadang tak terkendali hampir ditelan maut berkali-kali suntuk ingin bunuh diri. Di rasanya bukan goda, tapi pendewasan sesal melampaui batas-batas atmosfir hati terpecah. Sayap patah terbang di atas kesadaran, menentukan pandangan nilai atau eksekusi harus dilakukan, sebelum tangan lain merebut yang telah dipastikan.
 
Tubuh hangat pergolakan kian matang buah-buahan siap dipetik kapan pun musim mendapatkan. Ini jantung memberi arti, nadi mengeluarkan teka-teki, hawa malam siang tak henti mencari. Berlari dengan kaki-kaki tertancap duri, batu-batu bara api, pukulan bertubi serta diringkus dingin menyayat tulang, mematahkan balung. Sendi-sendi dirasuki hujan hujatan, rawa-rawa tiada bulan, hanya kilatan petir menandaskan kecantikan teratai. Jiwa sejati; penyair tulen tak pernah mati, andaipun kuburannya sudah tak dapat dikenali.
 
Aku rasakan penyair atas kutukan para nabi, disumpahi jadi insan setengah gila di ambang mati, sebab percaya ayat-ayat harus disampaikan dari keblingeran, pantulan pergantian warna cakrawala melenakan. Jiwa tak tersentuh benda memasuki alam rahasia, bagi bersanggup tabah mereguk nikmatnya. Yang tidak gadaikan tubuh jiwanya terangkat, memasuki pusaran meninggalkan bayangan. Kata-kata manis dicecapnya di bathin sakit, dan ketika tersenyum hilanglah kesadarannya.
 
Sungguh berat takdir tak dipungkiri, mundur selangkah, lumat perjuangan, jika maju tanpa bekal sama tak bermakna. Karena ruang waktunya mematenkan setingkap lapisan jiwa, sekerak bumi pasrah digodok musim hujan kemarau perimbangan. Di sini kemampuan bernafas terolah, sebaik-baik sangkaan membumi langit kesadaran. Melewati kesilapan tenggang menegangkan, yang tiada sudah hadir, seperti pendaki mengenali mata angin, tak bakal tersesat dalam diri.
 
BAUDELAIRE
untuk Anita Forrer/14 April 1921
 
Cuma penyair seorang dunia disatukan,
yang cerai berai berjauhan.
Yang indah gila-gilaan ia ungkapkan,
meski baginya siksaan, masih juga ia rayakan,
tak habis putus reruntuhan ia bersihkan:
bahkan sekaligus kemusnahan akan segala.***
 
Ulrike Draesner berkata: “Jika Puisi tertuju pada-yang-tak-nampak, lalu apa itu yang-tak-nampak? Bagi Rilke, ia akan menjawab: bukan ikhwal, tapi sebuah laku sebuah sikap. Ia menyebutnya “takjub.” Bukan jenis takjub seperti pada filsuf dalam memahami. Berpuisi ialah ketakjuban pada lambang-lambang. Berjalan di muka, tafakur, dan menghayati dalam lambang-lambang.”
 
Di sini kodrat tegar nelangsanya penyair, kutukan tak henti meringkusnya, apalagi saat mencapai ketakjuban. Perasaan atas ufuk nalar diwaktu senjakala bathinnya terampas keindahan gamang. Hadir keampangan aneh, hampa yang ganjil, ditekan rasa sakit memberat padat. Terus dijejakkannya inspirasi demi mengekalkan kata-kata lepas, takdir yang entah sia-sia. Atau di sini, dunia mencapai klimaknya, tidak putus dirundung kesepian merindu, walau tanpa segelas kohwa.
 
Rilke lambang kejantanan, apapun di depannya diterjang laksana kaki-kaki baja. Kabut tersibak, senyum manis tampak, tetesan embun terlihat hati melampaui akal. Misteri melingkupi kenyataan yang dicium peluk kesungguhan hebat. Tak bakal terlupakan lumatan yang sudah disadap kangen tak tertahan. Paras tak mungkin terlupakan, senyum terkenang menjelma bayang-bayang ingatan, di setiap malam siang matahari bulan menyertai. Rilke, bintangmu masih ada.

*,**,***) terjemahan Dudy Anggawi, dari buku Puisi-puisi Rilke, Henk Publica. http://sastra-indonesia.com/2009/11/rainer-maria-rilke-1875-1926/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar