Selasa, 06 Juli 2021

Renungan Malam Lebaran

Denny Mizhar *
 
Malam tadi semua orang menanti keputusan penetapan 1 Syawal 1432 H untuk peringatan hari raya Idhul Fitri. Adapun dengan hasil penetapan pemerintah bahwa 1 Syawal 1432 H pada tanggal 31 Agustus 2011 juga Organisasi keagamaan Nahdatul Ulama sama dengan pemerintah. Meskipun sudah ditetapkan masih ada penetapan lain akan jatuhnya 1 Syawal 1432 H yakni tanggal 30 Agustus 2011 hal itu dilakukan oleh Organisasi Keagamaan dan Kemasyarakatan Muhammadiyah yang jauh hari sudah memutuskannya. Saya tak hendak mempertentangkan perbedaan keputusan tersebut, bagi saya setiap keputusan punya rujukan dan dalil-dalil yang diyakini kebenarannya masing-masing, terpenting adalah bagaimana menyikapi perbedaan dengan dewasa. Meskipun saya melaksanakan hari raya tanggal 30 Agustus 2011.
 
Maka dengan begitu, bagi saya puasa Ramadhan telah usai. Kumandang takbir di masjid-masjid, di suarau-suarau menggema. Saling kirim pesan pendek ucapan selamat lebaran dan permohonan ma’af mengalir bagai air terjun yang menderas sampai ke bawah. Jalanan pun ramai orang-orang berarak-arakan sambil mengumandangkan gema takbir menyebut besaran Allah SWT.
 
Lebaran, mengingatkanku pada sebuah sajak yang ditulis oleh Sitor Sitomorang yang berjudul “Malam Lebaran”. Sajak pendek yang terinspirasi ketika Sitor Sitomorang pergi ke rumah satrawan Pramoedya Ananta Toer. Bunyi sajaknya: Bulan Di Atas Kuburan. Meskipun pendek, sajak tersebut bagi saya memiliki makna yang dalam. Kalau dilihat kesatuan sajaknya, jika malam lebaran tentu bulan masih belum terlihat. Bagaimana bisa ada bulan di atas kuburan. Dua kata yang paradoksal bulan yang menggambarkan kecantikan dan seringkali diidiomkan dengan perempuan bersanding kuburan yang memiliki makna suram, kematian. Kalau digabungkan maka kecantikan yang suram. Ada binerasi yang mencipta makna diantaranya. Atau mungkin saja ada perempuan hamil sedang berada di kuburan waktu malam lebaran, tapi entalah. Sebab saya tak hendak membahas perempuan hamil tetapi membahas judul dan isi secara teks dan menafsirnya berkaitan dengan lebaran.
 
Lebaran yang sejatinya adalah ritual keagamaan dalam rangka perayaan hari besar yang bernama Idhul Fitri. Tetapi pada kenyataanya di Indonesia perayaan tersebut telah berbaur dengan kebudayaan masyarakat Indonesia yakni mudik lebaran. Mudik adalah kebiasaan masyarakat untuk pulang kampung dan bertemu dengan keluarga atau kerabat dekat untuk bersilaturrahmi dan saling berma’af-ma’afan. Selain itu pesta-pesta kecil ataupun besar dipersiapkan dengan membeli baju baru, memasak makanan yang akan dimakan bersama-sama keluarga. Kesemua itu tentunya membutuhkan tidak sedikit biaya yang keluar. Inilah yang saya namakan bulan yakni kecantikan, keindahan dan kemeriahan lebaran.
 
Di samping kemeriahan lebaran tentu masih menyisakan beberapa probelm lebaran. Misalnya saja beberapa kawan saya sedang bekerja di luar pulau jawa, di Ibu Kota dan di beberapa daerah lainnya tidak dapat pulang. Persoalan beberapa kawan saya tidak dapat mudik dikarenakan mereka tidak punya biaya untuk pulang lebaran meskipun ada beberapa di antaranya dengan lebaran dapat meraup rezeki yang lebih banyak. Keresahan-keresahan kawan saya menarik pertanyaan akan lebaran yang banyak dinikmati dengan kemeriahan dengan berlebihan dan tidak jarang sifat konsumtifnya lebih banyak dari pada memaknai hakekat makna lebaran Idhul Fitri itu sendiri.
 
Saya juga berfikir tak hanya kawan saya yang tidak bisa pulang, orang-orang yang miskin tentunya tak dapat menikmati lebaran dengan meriah bahkan mungkin ada yang tidak dapat membeli baju baru atau menyediakan makanan untuk tamunya di rumahnya. Persoalan kemiskinan bangsa ini masih belum benar terselesaikan. Hal ini membuat keyakinan saya, bahwa di sebagian lain orang-orang merayakan lebaran dengan meriah dan glamor di bagian lain orang-orang merayakan lebaran dengan menahan perut lapar, memikirkan uang sekolah yang semakin mahal dan bahan pokok yang tiba-tiba mahal ketika lebaran tiba.
 
Jadi teks sajak Sitor mewakili gambaran yang terjadi di Malam Lebaran. Bulan di Atas Kuburan. Kemeriahan pesta lebaran dan kondisi kemiskinan yang terjadi. Maka dalam agama Islam di anjurkan untuk berzakat dan bersodaqoh. Hal tersebut upaya menjembatani pengentasan kemiskinan walaupun berulang kali lebaran, berulang kali zakat dibagikan orang miskin masih berceceran. Bisa jadi pengelolaan zakat dan sodaqoh yang kurang maksimal.
 
Lebaran Idhul Fitri sendiri memiliki makna penyucian diri atau kembalinya diri menjadi suci seperti kertas putih. Ramahdan adalah perjalanan spiritual yang mengandung nilai sosial dan puncak keyaninan bagi umat Islam. Harusnya di maknai dengan seksama agar tidak hanya ritual dan penjalanan budaya semata. Nilai-nilai yang memiliki demensi kesolehan individual dan makna kesolehan sosial dapat terejahwantahkan dengan baik.
 
Dengan begitu harusya, jika menelisik dalam makna yang ada pada Idul Fitri maka sehabisnya tak ada lagi dosa, mulai dari dosa individu ataupun dosa sosial yang mengikis nilai kemanusiaan. Sehingga kemanusiaan tetap terjaga dengan baik yang berdasar nilai ketuhanan. Tetapi nyatanya, sehabis lebaran tahun-tahun lalu masih saja kita jumpai dosa-dosa yang berhamburan di mana-mana. Aku mengaris bawai dosa sosial, sebab dosa sosial urasannya bukan hanya dengan Allah SWT saja tetapi bersingungngan dengan manusia lainnya.
 
Lalu kembali aku menelisik surat Al-Maun, barang siapa yang menghadik orang miskin dan anak yatim maka dia lalai dalam sholatnya. Kira-kira itu terjemahan bebas saya dari surat tersebut. Maka, jika melihat kemiskinan yang masih melanda bangsa ini saya mengambil kesimpulan: kebanyakan dari kita lalai dalam sholat. Sholat saya memberi arti adalah ritual keagamaan, bisa jadi sholat lima waktu, puasa, ataupun ibadah-ibadah yang lainnya.
 
Malam ini saya yang hanya bisa merenung sebab saya juga mungkin termasuk orang yang lalai dalam sholat. Tak bisa berbuat banyak pada kemiskinan yang melanda bangsa. Lalu, harus berbuat apakah di lebaran kali ini? mari merenung dan berbuat sesuatu paling tidak semisal berbuat tidak berlebihan dalam perayaan, menghindari sikak hedonistik (kesenangan sesaat), dan memberi zakat atau sodaqoh yang membuat orang tak mampu berusaha lagi dengan modal zakat/sodaqoh (menafsir ulang bentuk pemberian) yang kita berikan pada orang-orang yang lemah.
 
Begitulah renungan saya pada malam lebaran kali ini. Saya hanya coba memberi pemaknaan sendiri atas puisi Sitor Sitomorang tersebut dengan konteks kondisi yang aku pandang di realitas masyarakat saat ini.
 
Malam Lebaran, Lamongan, 1 Syawal 1432 H
 
Beberapa Puisi Lama, saya post ulang mengakhiri catatan renungan kali ini:
 
 
Idul Fitri
 
hilal memerah aku terpanah
tepat di dinding hati
lama menjelma quldi
 
hancurku kembali
mengeja hari lebih sunyi
pada idul fitri
 
menempah hati
merdeka diri
 
sebulan adalah perjalanan
menetapkan puisi pada bilik diri
 
Malang, 3 Syawal 1429 H
 
 
Prosesi Suci
 
Sebulan penuh menuntun hati
Mengayun diri pada pintu suci
Berhuyun-duyun berserah diri
 
Membaca isyarat Illahi
Selagi hari fitri menghampiri
Lantunkan do’a saling menyalami
 
Hilanglah dosa
pada jiwa-jiwa yang mencari
Bebaskan hitam hati
capai kemanusiaan sejati
 
Mengelupaslah dosa insani
Tak ada noda lagi
takdir surgawi menghampiri
 
Malang, Ramadhan 1430 H
 
 
Perjalanan Suci
 
Pada bejanah berupah cinta
hati melangkah
setapak dosa melebur
mengurai hakekat diri
 
Lembaran waktu
mengantar pada jantung muasal
jadilah kertas putih kembali
terhapus sudah dosa diri
 
Laa ilaaha ha illa Anta
Melantun dengan cinta
kembali pada-Nya
sebab hari fitri kini tiba
 
Malang, Ramadhan 1430 H
 
 
MALAM TAKBIRAN
 
1
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Walillahilham
 
Berkumandang lantunan kebesaran-Mu ya Ilahi
Aku berdo’a untuk negeri ini
Berkali-kali Kau uji tak juga jerah mengakhiri
 
Pada malam takbir suci
Nama-Mu mengalun di seluruh pelosok negeri
Mengobati miskin hati
 
Ya Rabbi, pemilik semesta ini
Tunduk aku merunduk
Memohon ampunan untuk negeri
 
Untuk pemimpin-pemimpin yang engkau sayangi
Tunjukkan bagaimana mengatur negeri
Biar miskin enyah dari sini
 
2
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Walillahilham
 
Sejagat ilmu-Mu tak habis untuk digali
Ilhamkanlah pada negeri yang aku cintai
Menumbangkan gelapnya akal budi
Agar negeri ini tak selalu dibodohi
 
(Bukankah ini hari fitri waktu
untuk merenungi nasib negeri
membebaskan nafsu rakus pada diri
agar kemerdekaan sejati dapat teraih)
 
Lamongan, 1 Syawal 1429 H

*) Pengajar di SMK MUDA (Muhammadiyah Dua) Kota Malang, Pegiat Pelangi Sastra Malang dan Anggota Teater Sampar-Indonesia Malang yang sedang Mudik ke Kampung Halaman. http://sastra-indonesia.com/2011/08/renungan-malam-lebaran/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar