Senin, 09 Agustus 2021

Memberdayakan Sastrawan dan kehidupan Sastra Indonesia

Damiri Mahmud *
Jurnal Nasional, 21 Apr 2013
 
ADA dua peristiwa penting dalam Sastra Indonesia Modern yang saya hadiri baru-baru ini dan ikut berperan di dalamnya. Pertama, Pertemuan Pengarang Indonesia (PPI) di Makasar akhir tahun 2012. Kedua, Maklumat Hari Sastra Indonesia (HSI) di Bukittinggi, 24 Maret 2013.
 
Pertemuan di Makasar itu terutama membicarakan kemungkinan terbentuknya satu organisasi pengarang Indonesia yang akan memungkinkan fungsi dan kedudukan para pengarang dalam sosok yang jelas. Selama ini sangat dirasakan posisi pengarang berada dalam keadaan yang sangat lemah sehingga keberadaannya antara ada dan tidak di kalangan masyarakat dan pemerintah. Padahal karya-karya mereka dibaca oleh masyarakat, dipelajari di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Tapi kehidupan pengarangnya selalu dilupakan, bahkan mereka cenderung diremehkan. Telah menjadi mitos bahwa pengarang atau sastrawan (baca: seniman) seorang yang pemalas, acak-acakan, punya ego tinggi, dan terutama tak punya penghasilan financial.
 
Di mata penerbit dan pemilik koran dan majalah, para pengarang hampir tak punya posisi tawar yang jelas. Para penerbit buku hanya mau menerbitkan buku-buku yang dianggap laku dan cocok dengan selera pasar sehingga akan menjadi best-seller. Padahal buku-buku yang seperti itu belum tentu bermanfaat dan mencerdaskan masyarakat bahkan mungkin hanya menjadi racun belaka. Pada sisi lain, buku-buku yang laku tersebut belum tentu memberikan imbalan yang sepantasnya kepada si pengarang oleh karena posisi yang tidak jelas antara pengarang dan penerbit.
 
Untuk itu para pengarang harus berada pada posisi yang setara dengan pemerintah sehingga kedua belah pihak dapat saling isi mengisi dalam mencapai tujuan dan misi yang diharapkan. Begitu juga terhadap penerbit buku dan pemilik koran dan majalah. Kalau posisi pengarang telah kuat tentu mereka dapat berbicara secara seimbang.
 
Timbul pertanyaan, sosok organisasi yang bagaimanakah yang akan kita wujudkan? Belajar dari sejarah, kita telah pernah memiliki organisasi seperti Lekra, LKN, Lesbumi, dan sebagainya di mana sebagian besar pengarang ikut masuk ke dalamnya. Organisasi ini bisa kuat oleh karena disokong secara ideal dan financial oleh partai politik pada waktu itu. Tetapi setelah partai politik yang menghidupinya bermasalah atau bahkan padam — seperti Lekra yang berafiliasi ke partai Komunis Indonesia — lenyap pulalah organisasi itu.
 
Dalam pertemuan di Makasar itu disepakati bahwa organisasi yang akan dibentuk itu adalah sebuah organisasi profesi yang lepas dari segala ikatan dengan pemerintah dan partai politik. Oleh karena singkatnya waktu pertemuan, disepakati dibentuknya Tim Perumus yang terdiri atas tujuh orang. Mereka diberi kepercayaan oleh Sidang untuk dapat mewujudkan sosok organisasi itu di samping terus berkomunikasi dengan para peserta dan penanda tangan dalam mengambil keputusan bersama.
 
Pada peristiwa yang kedua, oleh Taufiq Ismail dkk, timbul pertanyaan bahwa kita belum mempunyai suatu hari yang disebut Hari Sastra Indonesia. Hal ini penting karena kita memiliki tradisi sastra yang luhur dalam mencerdaskan dan memanusiakan masyarakat kita.
 
Sebutlah misalnya Hamzah Fansuri, Raja Ali Haji, Ronggowarsito, Abdoel Moeis, Marah Rusli, Sutan Takdir Alisjahbana, Hamka, Sanusi Pane, Armijn Pane, Amir Hamzah, Ali Hasjmi, Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, Bokor Hutasuhut, Rendra, Taufiq Ismail dan lain-lain. Mereka telah menuliskan karya-karya ke dalam bentuk naskah dan buku yang ikut berjasa membina karakter masyarakat dan bangsa kita. Lagi pula, Hari Sastra dapat dijadikan sebagai momentum supaya masyarakat dan terutama generasi muda dapat menghargai dan membaca karya sastra terus berkesinambungan sampai ke masa yang akan datang.
 
Maka berkumpullah sekitar 50 orang Sastrawan Indonesia yang datang dari berbagai penjuru tanah air di Rumah Puisi Taufiq Ismail, Padang Panjang, Sumatera Barat. Para peserta telah bersepakat memilih hari kelahiran Abdoel Moeis pada tanggal 3 Juli 1883 di Bukittinggi sebagai Hari Sastra Indonesia itu. Karya Abdoel Moeis yaitu Salah Asuhan (1928) diakui sebagai karya yang monumental dalam kebangkitan Sastra Indonesia Modern.
 
Abdoel Moeis dengan pena sastranya telah dengan tajam mengantisipasi ke depan bahwa generasi muda Indonesia yang kebarat-baratan akan mengalami disharmonisasi dan disintegrasi sehingga mengalami kegagalan dalam kehidupan. Abdoel Moeis pun sebagai manusia yang hidup di tengah-tengah masyarakatnya telah menunjukkan keselarasan dengan karya-karya yang ditulisnya. Dia komitmen, jujur dan arif dalam memperjuangkan bangsanya yang ketika itu masih dalam penjajahan.
 
Dia aktif dalam pergerakan Indonesia Merdeka. Sebagai intelektual pula, Abdoel Moeis yang berpendidikan Sekolah Kedokteran itu, ikut mendirikan ITB di Bandung, yang kemudian menjadi Perguruan Tinggi yang berwibawa. Dia kemudian dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional yang ditetapkan oleh Presiden Soekarno tanggal 30 Agustus 1959.
 
Maklumat Hari Sastra Indonesia itu telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Bukittinggi (dahulu gedung ini adalah Sekolah Radja atau Kweekschool), pada hari Ahad, 24 Maret 2013. Dimulai dengan upacara Nasional mengumandangkan Indonesia Raya membawa suasana yang mencekam dan diiringi dengan pembacaan Maklumat Hari Sastra Indonesia oleh penyair Upita Agustin (dia juga seorang Guru Besar dengan nama resmi: Prof. Dr. Raudha Thaib) sebagai berikut:
 
= Untuk menghargai karya sastra yang telah menyumbangkan makna kehidupan bagi keindonesiaan kita.
= Untuk menumbuhkan kecintaan terhadap karya sastra anak bangsa.
= Memupuk silaturahim dan kreativitas antarsastrawan.
=Melanjutkan cita-cita memberi makna luhur bagi keindonesiaan kita.
 
Bukittinggi, 24 Maret 2013
 
Hari Sastra Indonesia yang jatuh pada tanggal 3 Juli itu kemudian disahkan oleh Prof. Wiendu Nuryanti, PhD, selaku Wakil Menteri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, dengan mengetuk palu, di hadapan lebih dari lima puluh Sastrawan Indonesia.
 
Hadir dalam upacara itu Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat, beberapa walikota dan bupati se-Sumbar, berbagai tokoh seperti Taufiq Abdullah, Hasan Basri Durin, Azwar Anas, dan lain-lain, sehingga Ketua DPD RI, Irman Gusman, yang hadir dan memberikan kata sambutan, berdecak kagum mengatakan bahwa ia belum pernah menghadiri suatu acara di Sumbar dengan kehadiran tokoh-tokoh masyarakat yang begitu lengkap seperti sekarang ini.
 
Bagi kehidupan Sastra Indonesia Modern yang masih sangat muda dan selalu redup ini, mungkin fenomena di atas menjadi lampu hijau yang menyala untuk kemudian akan melahirkan karya-karya besar.
***

*) Damiri Mahmud, sastrawan berdomisili di Medan. http://sastra-indonesia.com/2013/04/memberdayakan-sastrawan-dan-kehidupan-sastra-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar