Sabtu, 14 Agustus 2021

Referensi Bernama Huntington

Dian R. Basuki
ruangbaca.com
 
Di mata Huntington, tidak adanya ketertiban politik dan otoritas merupakan kelemahan paling serius di berbagai belahan dunia.
 
Namanya lekat dengan istilah yang demikian populer di bumi yang sempit ini, “benturan peradaban” (clash of civilization). Ia berpendapat, di dunia setelah Perang Dunia, konflik kekerasan bukan disebabkan oleh friksi ideologis diantara negara-bangsa, melainkan oleh perbedaan kultural dan keagamaan di antara peradaban-peradaban besar dunia. Persis sehari menjelang Natal tahun lalu, Samuel Phillips Huntington meninggalkan dunia ini dengan tetap teguh memegang keyakinan akantesisnya itu.
 
Namun Huntington memiliki keluasan pandangan lebih dari itu. Sebagaimana dipujikan oleh banyak sarjana, yang setuju maupun yang tak bersepakat dengan dirinya, yang mengagumkan mengenai kesarjanaannya ialah keluasan rentang topik yang ia tulis. Terlebih lagi, betapa tiap-tiap buku yang ia telurkan kemudian menjadi referensi dalam masing-masing sub-bidang. Tanpa lelah ia mengajar dan melakukan riset, terutama, mengenai pemerintahan Amerika Serikat, demokratisasi, politik militer, strategi, dan hubungan sipil-militer, politik perbandingan, dan pembangunan politik.
 
Lebih dari 90 artikel akademis yang ia tulis, dan menjadi penulis utama, atau punco-author, atau pun editor bagi 17 judul buku. Yang terpenting ialah The Soldierand State untuk hubungan sipil-militer; The Common Defenseuntuk kebijakan pertahanan; Political Order in Changing Societies dan The Third Wave untuk politik perbandingan; The Clashof Civilizations and the Remaking of World Order untuk hubungan internasional; American Politics: The Promise of Disharmony dan Who Are We? The Challenges of America’s National Identity untuk politik Amerika. Bekerja sama dengan murid-muridnya, ia menciptakan sub-bidang kajian strategis- wilayah yang tidak secara serius diteliti oleh sebagian besar universitas hingga ia mengkajinya.
 
Buku pertama Huntington, The Soldier and the State: The Theoryand Politics of Civil-Military Relations, diterbitkan pada 1957 dan menimbulkan kontroversi besar. Buku ini telah dicetak uang 15 kali dan masih dianggap sebagai buku standar mengenai bagaimana urusan militer bersilangan dengan dunia politik. Bahkan, untuk memeringati 50 tahun terbitnya buku ini, Akademi Militer West Point menggelar simposium pada 2007. Untuk sebagian, buku tersebut diilhami oleh kritik Presiden Harry Truman atas Jenderal Douglas Mac Arthur -dan pada saat yang sama ia memuji bahwa korps perwira tetap stabil, profesional, dan netral politik.
 
Political Order in Changing Societies, terbit pada 1968, termasuk di antara karya Huntington yang luas pengaruhnya. Ketika itu para ahli ilmu politik terpukau oleh besarnya perubahan yang sedang terjadi di dalam masyarakat Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang “sedang berusaha menjadi modern”.Teori modernisasi dianut oleh para ahli ilmu politik dan perbandingan politik disorot dalamkonteks modernisasi.
 
Di tengah perdebatan mengenai teori-teori modernisasi yang menganggap penting perubahan nilai-nilai normatif menjadi modern, yang akan menghela perubahan di bidang ekonomi, politik, dan lainnya, Huntington mengajukan tesis yang berbeda. Menurut Huntington, politik berjalan dengan logika yang berbeda dari ekonomi; menjadi modern tidak berarti akan serta merta mengubah ekonomi, politik, dan hukum suatu negara-bangsa. (Dalam kumpulan tulisan yang diterbitkan pada 1976, Pembangunan Politik dan Perubahan Politik, Juwono Sudarsono menyertakan The Change to Change, tulisan Huntington yang membahas isu modernisasi, pembangunan, dan politik).
 
Di mata Huntington, tidak adanya ketertiban politik dan otoritas merupakan kelemahan paling serius di berbagai belahan dunia. Lebih dari bentuk rezim politik, derajat ketertiban dianggapnya sebagai pokok persoalan. Tanpa ketertiban politik, pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial tidak akan berhasil. Dua dekade kemudian, Huntington masih membahas tema yang sama dengan perspektif berbeda. Dalam bukunya, The Third Wave: Democratization in the Late Twentieth Century, yang terbit pada 1991 dan memenangi Grawemeyer Award for Ideas Improving World Order, ia menyebutkan bahwa bentuk rezim politiklah “demokrasi atau kediktatoran” yang merupakan pokok persoalan.
 
Dalam penilaian Francis Fukuyama, Political Order in Changing Societies mungkin merupakan upaya besar terakhir untuk membangun teori umum tentang pembangunan politik. Ketika penulis The End of History itu menjadi pengulas buku di Foreign Affairs, pada 1997, ia menominasikan Political Order sebagai salah satudari lima buku terpenting mengenai politik internasional yang diterbitkan dalam 75 tahun terakhir. Mungkin karena itulah, Huntington meminta Fukuyama untuk menulis pengantar bagi cetakan baru edisi paperback buku tersebut, yang terbit pada 2006.
 
Dalam buku itu, Fukuyama antara lain menulis: “Untuk memahami nilai penting Political Order secara intelektual, kita perlu menempatkannya dalam konteks gagasan yang dominan pada 1950-andan awal 1960-an. Saat itu sedang ramai-ramainya -teori modernisasi’, yang barangkali merupakan ikhtiar paling ambisius orang Amerika untuk menciptakan teori perubahan sosial manusia yang terintegrasi dan empiris. Teori modernisasi memiliki asal-usulnya dalam karya akhir abad ke-19 di Eropa, karya teoritisi seperti Henry Maine, Emile Durkheim, Karl Marx, Ferdinand Tonnies, dan MaxWeber.”
 
Penulis-penulis ini membangun serangkaian konsep (yakni status/ kontrak; solidaritas mekanik/ organik; otoritas rasional karismatik/ birokratik) yang berusaha menggambarkan perubahan-perubahan dalam norma dan hubungan sosial yang terjadi sebagai ciptaan masyarakat manusia dalam transisinya dari era pertanian keproduksi industri. Karya ini lahir terutama dari pengalaman modernisator awal, seperti Inggris atau AS, dan berusaha menarik hukum pembangunan sosial yang bersifatumum.
 
Walau Political Order dipuji oleh Fukuyama, namun The Clash of Civilizations tak bisa dipungkiri merupakankarya yang paling memancing perdebatan. Dalam perjuangan peradaban ini, tulis Huntington, Islam akan muncul sebagai tantangan utama terhadap Barat. “Hubungan antara Islam dan Kristen, baik ortodoks dan Barat, seringkali ribut… Konflik abad ke-20 antara demokrasi liberal dan Marxis-Leninisme hanyalah fenomena sejarah yang cepat berlaludan superfisial dibandingkan dengan hubungan yang terus berlanjut dan sangat berbau konflik antara Islam dan Kristen.”
 
Huntington mengemukakan pandangannya itu pertama kali dalam artikel yang terbit pada 1993 di jurnal Foreign Affairs. Ia mengembangkan tesisnya itu menjadi buku, The Clash of Civilization sand the Remaking of World Order, yang terbit pada 1996 dan hinggak ini telah diterjemahkan ke dalam sekitar 40 bahasa.
 
Pandangan Huntington itu banyak menuai kritik. Amartya Sen, dalam karyanya Identity and Violence:The Illusion of Destiny (2006), menyoroti tesis yang membenturkan peradaban, yang cenderung tertuju pada perbedaan agama sebagai karakteristik sentral yang membedakan budaya-budaya. Dalam penilaian Sen, tesis ini mempunyai cacat konseptual di dalam memandang manusia sebagai memiliki satu afiliasi saja dan mengandung kesalahan historis karena mengabaikan interelasi penting antara apa yang diasumsikan sebagai peradaban yang terpisah dan memiliki ciri berbeda.
 
Pendekatan ini juga mengabaikan heterogenitas afiliasi agama yang mencirikan kebanyakan negaradan, terlebih lagi, kebanyakan peradaban. Pendekatan ini, di mata Sen, bisa menjadi persoalan yang amat besar, sebab orang-orang yang menganut agama yang sama sering kali menyebar di banyak negara yang berlainan dan di sejumlah benua yang berbeda. Sen mencontohkan, India mungkin dilihat oleh Samuel Huntington sebagai “peradaban Hindu”, namun dengan hampir 150 juta warga muslim, India adalah negara muslim terbesar ketiga di dunia. India memiliki jauh lebih banyak penduduk muslim dibandingkan dengan negara-negara yang oleh Huntington dikategorikan sebagai “dunia muslim”.
 
Sen mengingatkan, sejarah dan latar belakang bukanlah satu-satunya cara melihat diri kita dan kelompok yang kita menjadi bagian darinya. Ada sangat beragam kategori di mana kita secara serentak menjadi bagian kategori-kategori itu. Pada saat yang bersamaan, kata Sen, “Saya bisa menjadi orang Asia, warga India, orang Bengali dengan moyang Bangladesh, penduduk Amerika atau Inggris, ekonom, orang yang iseng berfilsafat, penulis, berbahasa Sanskrit, sangat meyakini sekularisme dan demokrasi, seorang pria, feminis, hetero seksual, dari latar belakang Hindu, bukan kasta Brahma, dan orang yang tidak memercayai hari kemudian.”
***
 
Huntington lahir pada 18 April 1927 di Kota New York, putra dari Richard Thomas Huntington- seorang editor dan penerbit- dan pasangannya, Dorothy Sanborn Phillips, penulis. Ia memperoleh BA dari Yale University (1946), memasuki dinas militer, lalu memperoleh MA dari University of Chicago (1948), dan Ph.D dari Harvard pada 1951. Ia mengajar di Harvard tanpa jeda sejak 1950 dan sempat menjadi associate professor di Institute of War and Peace Studies di Columbia University.
 
Huntington agaknya seorang sarjana yang menikmati betul profesinya sebagai pengajar. Dalam surat pensiunnya kepada Presiden Harvard pada 2007, ia menulis, antara lain, “Sulit bagi saya untuk membayangkan karier yang lebih menghargai atau lebih menyenangkan dari pada mengajar di sini, khususnya mengajar mahasiswa tingkat sarjana. Saya menghargai setiap tahun dari tahun-tahun yang saya jalani di sini sejak 1949.”
 
Namun Huntington juga tak bisa menampik daya tarik politik praktis. Tatkala Jimmy Carter memasuki Gedung Putih, ia bergabung sebagai koordinator perencanaan keamanan untuk Dewan Keamanan Nasional (1977-1978). Ketika itu Zbigniew Brzezinski menjadi Penasihat Keamanan Nasional Carterdan ia adalah kawan dekat Huntington. Pada 1964, Brzezinski bersama Huntington sebagai co-author, menulis Political Power: USA-USSR, yang merupakan kajian utama mengenai dinamika Perang Dingin dan bagaimana dunia dapat dibentuk oleh dua filsafat politik yang saling bertentangan.
 
Hingga akhir hidupnya, potensi konflik yang melekat dalam kebudayaan begitu menonjol dalam mengambil tempat pada pemikiran Huntington. Sebelum kesehatannya merosot, pada musim gugur 2005, ia mulai mengeksplorasi isu agama dan identitas nasional.
 
“Sam itu sejenis sarjana yang membuat Harvard universitas besar,” kata sahabat Huntington hampir enam dasawarsa, ekonom Henry Rosovsky. “Orang-orang di seluruh dunia mempelajari dan memperdebatkan gagasannya. Saya yakin, ia salah seorang political scientist paling berpengaruh dalam 50 tahun terakhir.” (Berbagai Sumber)
***

http://sastra-indonesia.com/2009/11/referensi-bernama-huntington/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar