Jurnal
Nasional, Minggu 27 Juli 2008
TRANSKRIPSI
QANA
ada
lubang di mana ranjang cinta
pernah
ada. seharusnya tetap ada
udara,
kau tahu? penuh debu
sisa
serpihan dan tebaran
bubungan
dari segala yang runtuh
barbeque
party di halaman dalam
di
tengah musim. di sini, kini:
tak
ada musik. tak ada riuh suara anak-anak
hanya
sirine. gerak sigap tanpa suara
di
antara ogah menangis dan mengeluh
kami
bisu. kebencian muncul dari
aroma
darah. silsilah bom + roket menjalar
BAALBEK — JOMBANG
persaudaraan itu 1.000.000 tenda
yang
menyatukan kita dalam satu
ruang.
luka di baalbek nyeri di jombang
kami
berteriak. 1.000.000.000 takbir
membuat
kita lupa akan derita
penghinaan
dan pengkhianatan amerika
kita
tegak. tangan terkepal, suara
lantang.
percaya kemurahan Allah
–
roda nasib digulingkan dari jombang
dengan
berteriak di jalan-jalan,
dengan
berdoa di masjid-masjid
–
hanya berdoa. berdoa bersama-sama
TALKING ABOUT
di winter’s tales bar di long beach
seorang
penyanyi negro bergumam:
”sometimes
the snow comes down on june”*]
seorang
marinir mengangkat gelas wishkey,
”di
libanon selatan,” katanya, ”bom + roket
berjatuhan
tiap dini hari sepanjang akhir juli”
gadis-gadis
topless menawarkan xo ekstra
dengan
pusar ditindik butir berlian imitasi
kemilau
bagai sisa tangis dalam kelam
di
pipi anak yatim disiram sisa lampu
mobil
ambulan. ”berjatuhan tiap dini hari …”
”semua
mati …,” katanya. dan di jakarta
london.
roma. paris. la. new york. tel aviv
sambung-menyambung.
ledakan tak kunjung reda
*]
bait awal lagu Vanessa Williams, ”Save The For Last”
DINDING
AMARAH
sisa panas siang naik dari ladang
angin darat menating dan menebar
di
atas deru ombak dan lenguh lumba-lumba
tanpa
atap. tanpa dinding. di tengah
instalasi
reruntuk bombardir dini hari
adzan
shubuh bagai jamaah yang tersesat
tersaruk
mencari ceruk. sisa mihrab buat
mengeluh.
”berapa kilo lagi,” katanya,
”berapa
hari lagi untuk tiba di jerusalem …?”
kami
tak punya apa-apa. hanya amarah
yang
dihidangkan dengan tangan kosong
yang
akan dihidangkan dengan tangan kosong.
__________
Beni Setia lahir di Bandung, 1954. Ia menyelesaikan
pendidikannya di Sekolah Menengah Pertanian Atas, Soreang, Bandung pada 1974.
Ia menulis cerpen, puisi, serta esai sosial-budaya baik dalam bahasa Indonesia
maupun bahasa Sunda. Bukunya yang telah terbit, Legiun Asing: Tiga Kumpulan
Sajak (1987), Dinamika Gerak (1990), dan Harendong (1996). Kini ia tinggal
bersama keluarganya di Caruban, Madiun, Jawa Timur. http://www.media-kangayan.com/2008/08/beni-setia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar