Dian Tri Lestari *
Lembaga Pecinta Islam & Sains (LPIS) Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang (Unisma), Sabtu (4/6/2016), membedah buku “Jangan Sampai Ada dan Tiadamu di Dunia Ini Tak Ada Bedanya” dengan mendatangkan penulisnya, Ahmad Rifa’i Rif’an.
Digelar untuk menyambut bulan suci Ramadan ini mampu menarik perhatian publik. Tepuk tangan peserta kian riuh ketika Ahmad Rifa’i Rif’an atau yang akrab di sapa Rifa’i itu tampil di atas pangung dan mulai membedah buku.
Buku yang terbit tahun 2015 dan memasuki cetakan kelima itu, menurut Rifa’i adalah buku yang mengantarkan kita untuk menjadi manusia di atas rata-rata.
Buku itu ditulis Rifa’i dengan terinspirasi dari Cak Nun (Emha Ainun najib) yang membagi manusia ke dalam lima golongan. Yakni : 1) manusia wajib (manusia yang harus ada di muka bumi ini dan keberadaannya sangat dibutuhkan), 2) manusia sunnah (manusia yang adanya memberikan manfaat, dan ketika dia tiada, ada orang yang menggantikannya, 3) manusia mubah (manusia yang ada dan tiadanya sama saja tidak memberikan manfaat apa-apa), 4) manusia makruh (manusia yang hanya merepotkan orang lain saja), dan 5) manusia haram (manusia yang hanya memberikan kontribusi negatif).
Oleh sebab itu, dalam buku tersebut Rifa’i berpesan bahwa jika kita tidak mampu menjadi manusia wajib, setidaknya kita menjadi manusia sunnah. Di mana untuk mencapai itu kita harus menjadi manusia di atas rata-rata.
Rifa’i lantas menuturkan lima cara yang harus ditempuh untuk menjadi manusia di atas rata-rata di antaranya:
Pertama, jangan mau menjadi orang rata-rata, yaitu: orang yang merasa puas dengan kehidupan yang apa adanya. Jangan mau hidup hanya mengalir seperti air, karena secara alami air hanya akan mengalir ke tempat yang rendah.
Kedua, jangan takut memulai perubahan dan bermimpilah muluk. Selama kita hidup, paling tidak kita harus memberikan kontribusi positif bagi orang lain, berprestasi, dan memiliki mimpi yang melebihi batas kemampuan kita.
Ketiga, kita harus berhati-hati dalam memilih tiga hal, yakni; menempuh pendidikan yang sesuai dengan bakat dan minat kita, memilih pekerjaan yang memberikan manfaat lebih dan memberikan waktu luang lebih kepada keluarga, serta selektif memilih pasangan, tetapi yang menjadi kriteria utama adalah mencari yang shalih/shalihah, alim, dan yang mau dengan kita. Sebab cinta yang benar-benar tulus bukan dari orang yang hanya bisa menghibur, melainkan dari orang yang menjadi beban untuk kita.
Keempat, membenahi tangga kesuksesan, yaitu: mengakhirkan kesuksesan materi dan menomorsatukan kesuksesan abadi .
Kelima, meyakini bahwa akhirat adalah pelesat, jadi maksimalkan dan istiqamahkan ibadah-ibadah sunnah. Kebanyakan orang-orang sukses adalah orang-orang yang memiliki ibadah andalan.
Keenam, berteman dengan siapa pun, tetapi harus bersahabat hanya dengan orang-orang baik. Sebab orang-orang baiklah yang mengingatkan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Setidaknya enam cara itulah yang diberikan oleh Rif’ai dengan harapan kita harus menjadi manusia di atas rata-rata sepulang dari membedah buku.
*) Mahasiswi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Islam Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar