Anugrah
Gio Pratama
Puisi
berjudul “Tebak Siapa Saya” karya Sainul Hermawan, terhimpun dalam buku kumpulan
puisi, dan cerpen berlabel “Mata untuk Mama.” Buku tersebut diterbitkan tahun
2009, oleh salah satu penerbit di Banjarbaru, Scripta Cendikia. Dalam buku ini
memuat kurang-lebih 21 puisi, dan 14 judul cerpen. Prolog bukunya, ditulis Aprinus
Salam, seorang sastrawan sekaligus dosen Universitas Gadjah Mada (UGM), sedang
epilognya M. Faizi, penyair yang berasal dari pulau Madura.
M.
Faizi (2009) menyatakan, puisi “Tebak Siapa Saya” yang ditulis Sainul Hermawan tahun
2006 silam, membicarakan kegelisahan penyair terhadap dunia pendidikan kita
sekarang. Dari sudut pandang penyair, pendidikan di tanah air sedang berada
dalam kondisi gelap gulita, karena adanya pergeseran tujuan yang tidak sesuai cita-cita
awal dibangunnya pendidikan di negeri ini. Dalam puisi inilah, penyair
menampilkan sosok Nauka yang tidak lain “anak” dari penyair.
Ada
dua poin yang ingin penulis kritik dari puisi “Tebak Siapa Saya.” Poin pertama,
berkaitan pemilihan kata yang kurang tepat. Kedua, keterikatan antar bait yang sedikit
bermasalah. Langsung saja, saya kan membahas awal kesalahan pilihan kata. Ini
bisa dilihat di beberapa bait mengawali puisinya, tepatnya bait kedua dan
ketiga. Berikut cuplikannya:
TEBAK SIAPA SAYA
Berkatalah
guru Nauka:
Anak-anak,
simpan buku kalian dan siap-siap
bermain
coba tebak siapa saya!
Senanglah
kawan-kawannya
Mata
mereka membelalak siap menebak
.........
(Sainul
Hermawan, 2009: 130)
Perhatikan
baik-baik larik pertama bait kedua, penyair menggunakan diksi “anak-anak,”
untuk menunjukkan tokoh guru Nauka merupakan seorang tenaga pengajar, dan
anak-anak peserta didiknya. Namun saat memasuki larik pertama bait ketiga,
diksi penyair berubah jadi “kawan-kawannya”. Ini tentu kesalahan pemilihan kata
yang jelas terlihat, jikalau benar-benar mengamati puisi ini secara saksama.
Harusnya tidak menggunakan diksi “kawan-kawannya,” tetapi “murid-muridnya” atau
“siswa-siswinya.” Dan poin selanjutnya, masalah keterikatan antar bait. Berikut
cuplikan puisi yang merupakan kelanjutan dari potongan puisi sebelumnya:
........
Berkatalah
guru Nauka:
Saya
masuk paling pagi, pulang paling sore
paling
capek sendiri, tapi sedikit digaji
Serentak
mereka teriak: Ibu guru!
Berkata
lagi guru Nauka:
Saya
paling rajin, jarang bermain
disiapkan
jadi mur dan baut industri
Serentak
mereka teriak: Murid ibu guru!
Kayutangi,
29 Maret 2006
(Sainul
Hermawan, 2009: 130)
Mari
perhatikan dengan baik, sepertinya ada hal janggal dari cuplikan puisi di atas.
Kita bisa menyaksikan keanehan dalam puisi ini, berada di bait kelima dan ketujuh.
Di mana bait itu, ada bagian saat murid menjawab beberapa pernyataan dari guru
Nauka, padahal jelas sekali dalam puisi tersebut, sang guru belum melontarkan
pertanyaannya.
Coba
kita bayangkan sejenak, seandainya ada guru mengajak muridnya bermain
tebak-tebakan, pastilah akan melontarkan beberapa pernyataan lebih dahulu, lalu
barulah para murid menjawabnya. Andaikan si murid menjawab duluan, sebelum guru
melontarkan pertanyaannya, maka yang terjadi dua kemungkinan: Pertama murid
salah menjawab, karena pernyataan dari guru belumlah usai, atau pertanyaan
belum dilontarkan. Kedua, para murid telah berlaku tidak sopan dengan memotong
perkataan gurunya. Inilah yang terjadi di bait kelima, dan ketujuh. Maka saya
menilai bagian ini ambigu, sekaligus ada sedikit masalah keterikatan antar bait
dalam puisi tersebut.
Solusi
yang penulis tawarkan dalam masalah ini, dengan menambahkan satu kalimat yaitu
“coba tebak siapa saya?,” yang bisa diletakkan di larik keempat bait keempat
dan keenam, atau diletakkan dalam bait berikutnya. Dengan begitu, maka bagian
pada puisi di atas akan tampak lebih kuat keterikatan antar baitnya, disisi
menghilangkan beberapa hal yang terkesan ambigu.
Terlepas
dari beberapa kesalahan yang telah tertera di atas. Puisi ini tetap masih
memiliki daya pikat kuat dengan gaya naratifnya yang khas, serta eksplorasi ide
pokoknya yang bening-segar, lantaran jarang terpikirkan oleh orang-orang awam,
bahkan sebagian sastrawan.
***
Daftar
Rujukan:
Hermawan,
Sainul. 2009. Mata untuk Mama. Banjarbaru: Scripta Cendikia.
-------.
2011. Maitihi Sastra Kalimantan Selatan 2008-2011. Banjarbaru:
Scripta Cendekia.
http://sastra-indonesia.com/2020/02/kritik-puisi-tebak-siapa-saya-karya-sainul-hermawan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar