Senin, 19 Juli 2021

HOLOCAUST RISING: DI TENGAH KRISIS TEATER DAN KANIBALISME

Sri Wintala Achmad *
 
Tidak terpungkiri bahwa Yogyakarta telah diasumsikan banyak orang sebagai salah satu kantong seni-budaya di Indonesia. Sehingga tidak musykil kalau EMHA Ainun Nadjib pernah menggagas bahwa Yogyakarta berpotensi menjadi ibukota kebudayan. Gagasan Cak Nun tersebut sangat beralasan. Karena berbagai genre kesenian yang merupakan produk budaya telah mengalami pertumbuh-kembangan secara dinamis di kota ini. Tidak hanya seni rupa, sastra, tari, dan seni teater yang bernuansa modern, melainkan yang bernuansa etnik lokal dan nusantara dapat tumbuh subur di Yogyakarta.
 
Terutama dalam kehidupan seni teater. Sejauh yang saya catat, kesenian teater (mother of arts) yang kini mengalami masa lesu tersebut pernah mengalami masa kegairahannya pada dekade 70-90an. Pada masa itu, banyak kelompok teater baik yang sanggar maupun akademis (sekolah dan kampus) mengalami pertumbuh-kembangan dinamis di kota Yogyakarta.
 
Dinamika pertumbuh-kembangan kelompok-kelompok teater yang sangat kompetitif di dalam berproses kreatif tersebut, sekadar menyebutkan nama antara lain: Teater Alam, Teater Sanggar Bambu, Teater Dinasti, Teater Starka, Teater Jeprik, Teater Gandrik, Teater Stemka, Teater Tikar, Teater Arena, Teater Aksara, Teater Pusaka, Teater Kita-kita dll. Sementara kelompok-kelompok teater akademis, semisal: Teater Gajah Mada (UGM), Teater Unstrat (IKIP Negeri/UNY), Teater ESKA (IAIN/UIN), Teater KSP (UST), Teater Padmanaba (SMAN 3 Yogyakarta), Teater SMERO (SMEAN 2 Yogyakarta) dll.
 
Meskipun kehidupan perteateran di Yogyakarta pada masa pasca 2000 cenderung mengalami degradasi kuantitaf, namun tidak berarti kota ini telah sepi dari kelompok teater yang masih konsisten meningkatkan kualitas kreatifnya. Bukankah kita masih sering menangkap getar kreativitas dari beberapa kelompok teater semisal: teater Gardanala, Teater Garasi, dan Saturday Acting Club (SAC)? What’s SAC?
 
SAC (Saturday Acting Club) yang berdiri sejak 2002 merupakan kelompok kajian acting yang semula bernama Saturday Acting Class. Kelompok ini merupakan sekumpulan orang yang bergelut di wilayah keilmuan teater dan secara khusus berkonsentrasi pada kajian acting serta mengekplorasi segala gaya acting dari berbagai isme.
 
Disebabkan kebutuhan untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk kajian, maka SAC memutuskan untuk mulai mengekspresikan hasil tersebut ke dalam wujud pementasan teater (2006). Disepakatilah kemudian bahwa SAC untuk mengganti kata class menjadi club. Kata Saturday diambil karena kegiatan regulernya menggunakan hari Sabtu sebagai waktu pertemuan.
 
Keanggotaan SAC sendiri terdiri dari civitas akademika Institut Seni Indonesia dan orang-orang dari luar institusi yang mempunyai perhatian sama terhadap disiplin ilmu teater. Sampai saat ini SAC mempunyai anggota tetap yang tidak kurang dari 15 personil.
 
Hal yang dibanggakan, kehadiran SAC di tengah kelesuan dunia perteateran Yogyakarta telah memresentasikan karya-karyanya di ruang apresiasi publik baik di lingkup lokal (Yogyakarta) dan pusat (Jakarta). Karya-karya yang pernah ditampilkan, antara lain: Children First (Kedai Kebun/Teater Arena ISI, 2007); Smole & Ice Cream, Le Guichet, Traller HP. Zero Matrix (Kedai Kebun, 2007); Lithuania, karya Rupert Brook (Gelanggang Teater Gajah Mada/Laboratorium Teater Garasi, 2008); Beringin Soekarno (Kampus USD, 2008); Bintang Tamu Parade Teater “Big Days Art” CATASTROPHE (UNY, 2008); “Catastrophe” dan “Zero Matrix” (Auditorium Teater ISI Yogyakarta/Sanggar Baru TIM dan Universitas Pembangunan Nasional Jakarta, 2008), dan Holocaust Rising yang dipentaskan di Taman Budaya Yogyakarta pada 14-15 Oktober 2008.
 
Membaca Geliat Holocaust Rising
 
Siapakah manusia? Banyak orang menyebutkan, manusia sebagai hamba Tuhan yang paling sempurna. Karena manusia terlahir di muka bumi telah dibekali akal budi. Namun realitasnya, banyak manusia cenderung menggunakan nafsu purbani (kebinatangan)-nya, hingga kehidupan yang beradab hanya menjadi mimpi kaum moralis. Hingga kehidupan tidak ubah arena pertikaian antar manusia berjiwa binatang yang menempatkan kepentingan pribadinya di atas kepentingan sesama.
 
Persepsi yang berpijak pada realitas sosial yang mulai memberhalakan spirit kanibalisme tersebut telah dilukiskan Rossa R. Rosadi (penulis scenario dan sekaligus sutradara) ke dalam pertunjukan teater komtemporer “Holocaust Rising”. Melalui pementasan teater yang cenderung mengeksplorasi unsur gerak (tari), posture, monolog ketimbang dialog, Rossa memresentasikan hasil amatan dan cerapan yang diendapkan terhadap fenomena sosial di depan publik (Taman Budaya Yogyakarta, 14-15 Oktober 2008).
 
Hal yang menarik di mata saya, Rossa tidak hanya melukiskan spirit kanibalisme dari sekelompok orang tolol yang lebih menggunakan power of physic ketimbang power of intelligence, melainkan pula dari sekelompok manusia cerdas yang memilih senyuman manis sebagai pisau lipat buat menikam lawan dari belakang. Pengertian lain, pengkhianaan cerdas telah dipilih oleh kaum kanibal modern (kapitalis) sebagai senjata mematikan.
 
Dari dimensi ide, Rossa layak diacungi jempol. Karena Rossa telah sanggup memresentasikan kritik sosialnya itu melalui bentuk pementasan teater yang tidak lazim. Namun dari sisi teknik permainan, masih banyak yang harus dibenahi. Terutama kelenturan komposisi, dinamika grafik permainan dan olah vokal dari sebagian pemain yang tidak jelas artikulasinya. Hingga audience yang tidak gamlang mendengar monolog dan dialog antar pemain niscaya gagal menangkap gagasan Rossa.
 
Meskipun demikian, seluruh anggota SAC layak mendapat penghargaan. Karena nama-nama pemain, semisal: Jamal Abdul Naser, Surie Inalia, Moh. Djunaedi Lubis, Ratna Aniswati, Nanik Endarti, Mariya Yulita Sari, Shanti, Intan Kumalasari, Wheni Black Out dll telah melakukan proses latihan yang sangat optimal. Totalitas latihan di dalam dunia teater memang penting.
 
Namun totalitas latihan yang tidak disertai dengan metode yang benar, serta pemanfaatan waktu yang efektif hanya akan menghabiskan energi para pemain pada saat pementasan. Hingga image yang muncul di benak audience, pementasan kurang berhasil!
 
Sekadar Catatan Penutup
 
Pementasan SAC di dalam pementasan teater “Holocaust Rising” yang mendapatkan dukungan TBY tersebut membuktikan bahwa kelompok teater belum punah di Yogyakarta. Meskipun saya tetap memrihatinkan, kuantitas kelompok teater di kota ini dapat dihitung dengan jari. Masalah ini seyogyanya mendapatkan perhatian dan tindakan konkret dari berbagai pihak guna menumbuh-kembangkan kembali atas kuantitas kelompok teater sebagaimana dekade 70-90an.
 
Selain itu, event pementasan SAC tersebut sanggup membenahi citra TBY sebagai penopang penumbuh-kembangan (kalau tidak mau disebut penyelamatan dari krisis) seni teater di Yogyakarta. Karena sebagai lembaga pemerintah, TBY tidak hanya memberikan fasilitas gedung sebagai tempat latihan dan pementasan, melainkan pula pendanaan. Sekalipun diakui, terealisasinya dan gaung pementasan tersebut tidak dapat dilepaskan dari peran berbagai pihak yang terkadang tidak mau disebutkan namanya.
***
 
*) Penyair tinggal di Sleman, Yogyakarta. http://sastra-indonesia.com/2010/10/holocaust-rising-di-tengah-krisis-teater-dan-kanibalisme/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Anzieb A. Khoirul Anam A. Muhaimin Iskandar A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho A.H. J Khuzaini A.S Laksana Aa Sudirman Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Acep Iwan Saidi Achiar M Permana Addi Mawahibun Idhom Adhi Pandoyo Adi W. Gunawan Afrion Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agung Poku Agus Buchori Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wahyudi Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Baso Ahmad Dahri Ahmad Farid Yahya Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Munjin Ahmad Naufel Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadul Faqih Mahfudz Ahmadun Yosi Herfanda Akhlis Purnomo Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Albert Camus Alfathri Adlin Alfian Dippahatang Ali Audah Alim Bakhtiar Alimuddin Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin An. Ismanto Andhi Setyo Wibowo Andik Suprihartono Andri Awan Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Ari Welianto Arief Rachman Hakim Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Asarpin Asep Dudinov Ar Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Nuzul Bahrum Rangkuti Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Berita Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bonardo Maulana Wahono Bre Redana Budi Darma Budiman Hakim Buku Bung Hatta Bustan Basir Maras Butet Kertaredjasa Candrakirana Capres Cawapres 2019 Catatan Cerpen Chairil Anwar CNN Indonesia Coronavirus COVID-19 Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahlan Iskan Dahlan Kong Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewi Satika Dian R. Basuki Dian Sukarno Dian Tri Lestari Dien Makmur Din Saja Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diponegoro Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodit Setiawan Santoso Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Darmawan Doris Lessing Dr. Hilma Rosyida Ahmad Dwi Pranoto Dyah Ayu Fitriana Edisi Khusus Edy A Effendi Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Eko Prasetyo Eko Tunas Ekwan Wiratno el-Ha Abdillah Enny Arrow Erdogan Esai Esthi Maharani Estiana Arifin Evi Melyati F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahri Salam Faisal Kamandobat Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Forum Santri Nasional Frischa Aswarini Fuad Mardhatillah UY Tiba Fuad Nawawi Galeri Sonobudoyo Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Geger Riyanto Geguritan Goenawan Mohammad Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Gus Dur Gusti Eka Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf Halim HD Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamzah al-Fansuri Hari Puisi Indonesia (HPI) Harris Maulana Hasan Basri Hasnan Bachtiar Herry Fitriadi Herta Muller Heru Kurniawan Hesti Sartika Hilmi Abedillah Hudan Hidayat IAI TABAH Ibnu Wahyudi Idrus Efendi Ignas Kleden Iis Narahmalia Imam Jazuli Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Inung As Irfan Afifi Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iwan Simatupang Jafar Fakhrurozi Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat Jawa dan Islam JJ. Kusni Jo Batara Surya Joni Ariadinata Jordaidan Rizsyah Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastra K.H. Ma'ruf Amin Kadek Suartaya Kadjie MM Kalis Mardiasih Kanti W. Janis Karang Taruna Kedungrejo Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Kedungrejo Muncar Banyuwangi Kemah Budaya Panturan (KBP) Kembulan KetemuBuku Jombang KH. M. Najib Muhammad KH. Muhammad Amin (1910-1949) Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Kelamin Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Buana Kasih Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra dan Teater Lamongan Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Komunitas Selapan Sastra Kopi Bubuk Mbok Djum Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kuswaidi Syafi’ie L Ridwan Muljosudarmo L.K. Ara Lagu Laksmi Shitaresmi Lan Fang Launching Buku Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Linda S Priyatna Literasi Liza Wahyuninto Lona Olavia Lukisan Lukman Santoso Az M. Faizi M. Lutfi M. Raudah Jambak M.D. Atmaja Maduretna Menali Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maimun Zubair Maiyah Banyuwangi Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Manneke Budiman Maratushsholihah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Sitohang Mario Vargas Llosa Marsel Robot Mas Garendi Mashuri Massayu Masuki M. Astro Max Arifin Media Seputar Indonesia Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mianto Nugroho Agung Mien Uno Miftachur Rozak Mihar Harahap Mochtar Lubis Moh. Husen Moh. Jauhar al-Hakimi Moh. Syafari Firdaus Mohamad Sobary Mohammad Rokib Mohammad Wildan Motinggo Busye Muafiqul Khalid MD Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alfatih Suryadilaga Muhammad Alimudin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhammad Yunus Muhidin M. Dahlan Mukhsin Amar Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Munawir Aziz Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Ndix Endik Nenden Lilis A Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ninin Damayanti NKRI Nur Taufik Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Obrolan Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Pagelaran Musim Tandur Palestina Palupi Panca Astuti Pameran Lukisan Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawon Seni PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Tarmuzie Pendhapa Art Space Pendidikan Penerbit Pelangi Sastra Pengajian Pipiet Senja Politik Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Jokowi Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Pungkit Wijaya Pusat Studi Budaya Banyuwangi (PSBB) Pustaka LaBRAK Putu Fajar Arcana R Giryadi R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rakai Lukman Rakhmat Nur Hakim Rani R. Moediarta Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Remy Syaldo Remy Sylado Rendy Adrikni Sadikin Resensi Reuni dan Halal Bihalal Mts Putra-Putri Simo 1991-1992 Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Antoni Riki Dhamparan Putra Rimbun Natamarga Rinto Andriono Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Romel Masykuri Nur Arifin Ronny Agustinus Rosi Rosihan Anwar Rosmawaty Harahap Roy Kusuma Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Salman Faris Sandiaga Uno Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang Sanusi Pane Sapardi Djoko Damono Saripuddin Lubis Sasti Gotama Saut Situmorang Saya Sayyid Muhammad Hadi Assegaf Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seni Gumira Ajidarma Seni Rupa Seno Joko Suyono Setia Budhi Shiny.ane el’poesya Shofa As-Syadzili Sholihul Huda Shulhan Hadi Sihar Ramses Simatupang Siti Aisyatul Adawiyah Siwi Dwi Saputro Soediro Satoto Soeparno S. Adhy Soesilo Toer Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunardian Wirodono Sunlie Thomas Alexander Sunoto Sunu Wasono Sunudyantoro Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahrudin Attar Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Taman Ismail Marzuki Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Afandi Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tere Liye Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono TS Pinang Tsani Fanie Tulus S Udo Z. Karzi Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Jember Untung Wahyudi Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyu Aji Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Widie Nurmahmudy Yanuar Widodo Yanusa Nugroho Yerusalem Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yoks Kalachakra Yonathan Rahardjo Yuditeha Yusri Fajar Yuval Noah Harari Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zuhdi Swt Zulfikar Akbar